Chapter 3

4 1 0
                                    

Lama aku tidak menulis di sini. Lama juga aku tidak berharap siapa-siapa yang mau datang ke dalam hidupku aebagai cinta. Sosok laki-laki yang aku anggap sebagai cinta atau pelampiasan nafsuku untuk melihat sosok itu sebagai sasaran aku setiap kali ingin melihat dia sebagai kekasihku.

Kekasih gampangan mungkin. Gampang di lihat gampang di nikmati atau gampang di lupakan. Kadang aku harus berganti orang lain di saat aku lupa padanya. Namanya adalah Adam. Tapi maaf aku tidak bisa penuh menyukai dia meski Adam dengan rela memberikan sesuatu padaku dengan janji aku harus datang ke Samarinda ke rumah dia.

Lain halnya dengan harapan uang yang sampai sekarang belum aku dapatkan. Tapi sukur alhamdulillah aku bisa menikmati hp ini dengan baik. Hak aku telah lama di ambil oleh orang. Nahasnya aku. Dan entah kapan aku dapat mengambil hak aku itu lagi.

Entah kapan aku bisa bantu.

Di hari sabtu aku makan nasi putih dengan kuah santan. Enak sekali masakan adik dan ibuku hari itu. Enak dengan campuran tahu dan ketewel atau nangka muda.

Aku merasa kalau aku semakin bertambah umurku. Dan hp aku masih saja kecil sampai sekarang belum bisa menabung atau mengumpulkan uang.

Tapi untunglah aku masih bisa bertemu dengan teman-temanku di aplikasi. Aku pikir itu adalah suratan takdir. Bagaimana tidak kalau aku tiba-tiba jadi orang lemah di saat akan bekerja dan jadi orang kuat pada saat akan makan.

Hal-hal yang buat repot harus aku hindarkan. Aku belum lihat ibu di sungai saat dia sedang cuci baju sendiri. Aku ingin lihat ibu dulu sebentar dengan pakai sepwda atau apa. Atau aku diam saja.

Agenda Merah Where stories live. Discover now