Prolog 2

7 2 0
                                    

Will, panggil saja aku begitu, dan usiaku 6 tahun. Sepulang dari les, aku nyaris tertabrak mobil ugal-ugalan yang pengemudinya mabuk berat, si*lan emang.

Lalu saat hendak menyebrang di lampu merah, aku hampir terlindas truk yang mengalami rem blong yang berakhir terjatuh di area pasir khusus bagi pengendara rem blong, berlokasi tidak jauh dari lampu merah. Truk itu memuntahkan muatannya yang ternyata bermuatan pasir juga. Ngeri!

Karena saat itu hari sudah malam, aku melewati sebuah gang gelap yang terkenal dengan sarang para penjahat. Dan benar saja, tidak lama setelah itu aku berakhir di culik (bukan pertama kalinya) dan di bawa oleh para penculik itu ke sebuah gudang terbengkalai yang terletak di pedalaman hutan. Percuma bae aku berontak, wong tenaga mereka saja lebih besar dariku yang hanya seorang anak kecil.

Bangke emang! Wong niatnya mau pulang doang malah kena apes segala.

Memeras otak, aku berhasil mengelabui para penculik itu dengan berpura-pura masih pingsan setelah di bius dan melepaskan ikatan tanganku menggunakan pisau lipat yang tersimpan di saku. Aku bangkit dari kursi lalu mengendap-endap melewati satu-satunya pintu keluar.

Setelah susah payah berusaha menghindari pengawasan para penculik yang sadar bahwa aku berhasil lolos, setelah lokasiku agak jauh dari gudang terbengkalai langsung saja aku berlari sekencang mungkin di tengah kegelapan malam lalu pada akhirnya berakhir sampai ke rumah dengan selamat. Aku segera melapor polisi, dan ternyata kelima pria jahat yang meculikku adalah para buronan yang di hargai tinggi jika berhasil menangkap mereka hidup atau mati.

Sudah banyak sekali korban-korban mereka sebelum aku. Mereka kerap kali melakukan penipuan, pencurian, penculikan, pemerkosaan, perdagangan organ-organ ilegal, bahkan sampai pembunuhan.

Ya sudah. Setelahnya aku menolak untuk di publikasikan media bahwa aku yang secara tidak langsung membantu para polisi menangkap kelima buronan itu, dan sebagai gantinya aku mendapat banyak uang berkat jasa besarku itu.

Hahaha, lumayanlah, 100 miliyar.

Setelahnya aku menjalani kehidupan sebagai anak sekolahan seperti biasa.




















































Atau tidak?

Tentu saja tidak!

Bagaimana pula ceritanya aku bisa sampai berpindah dunia dan malah memasuki alam bawah sadar seorang Demon King?

Ya! Demon King!

Argh, bangcat! Padahal aku cuma ingin leyeh-leyeh di rumah sambil menjalani kehidupan normal seperti orang-orang lainnya.

Tapi apa ini? Kejadian di luar nalar yang menimpaku seperti di film-film fantasi menjadi kenyataan! Dan kenapa pula tidak ada yang memberitahuku bahwa dahulu pernah ada yang namanya gerbang menuju jembatan penghubung antar dua dunia?!

Hah, benar-benar di luar nurul! Tidak manuk akal! Sungguh herman saya.

Oke, kembali ke saat ini.

"Kau butuh tubuh baru. Bagaimana kalau naga?"

"Apa?! Jadi naga?!!" buset dah, belum apa-apa aku sudah harus jadi naga?! Whyyy???

"... yah, seperti itu."

"Kenapa???"

"Karena jiwa dan tubuhmu saat ini tidak menyatu dengan dunia ini. Kau berasal dari dunia lain, benar?"

"Iya, benar."

"Maka dari itu kamu harus memiliki tubuh perantara yang berasal dari dunia ini, sementara jiwamu tetap apa adanya. Dengan begitu, maka kau akan terhubung dengan dua dunia, itu lebih aman daripada hanya terhubung dengan satu dunia karena aura dan warna jiwamu akan sangat berbeda dan kamu bisa menjadi incaran serangga-serangga liar di luar sana."

PERJALANANKU DI DUNIA LAIN SEBAGAI OUTSIDERWhere stories live. Discover now