Prolog

12 2 0
                                    

"Aduh... kepalaku sakit sekali. Ini di mana? Kok hitam semua? Mana kagak ada senter lagi," gumamku sambil celingak-celinguk.

Di ruang hampa tempatku berada saat ini, hanya ada hitam. Semua hitam, hitam, hitam, dan hitam. Seperti saat rumah kalian mati lampu, semuanya pun hitam. Tidak ada setitik pun cahaya atau warna lain di sini.

Hitam dan hampa.

"..." Ah, kenapa rasanya aku ingin menangis?

Dasar cengeng.

"Halo? Apa benar-benar tidak ada orang lain di sini?" apa sih, yang kulakukan? Dasar aneh!

"Kau sudah bangun rupanya."

"!!?" aku celingak-celinguk ke segala arah. Suara siapa itu? Ada suara tapi tidak ada wujudnya. Aku bergidik ngeri, 'itu bukan hantu, kan?'

"Hah~, dasar keras kepala."

'Heh??' dia menghela napas?

"Aku tidak benar-benar bisa memahami jalan pikir mereka. Ini benar-benar mengganggu."

'Apa yang suara itu bicarakan sebenarnya?' baik, aku mulai gregetan sekarang.

"Permisi, wahai suara misterius. Maaf menginterupsi anda, tapi bisakah anda memberitahuku ada di mana aku sekarang ini?" tanyaku penasaran.

Hening.

"... halo?" aku kembali bertanya namun tidak ada jawaban.

Aku menghela napas lalu memijat kepalaku yang masih agak pusing, "sepertinya karena kepalaku membentur aspal sebelumnya sehingga aku berhalusinasi mendengar sebuah suara bergema tanpa wujud dalam kegelapan," gumamku.

"... kau tidak berhalusinasi."

"Rupanya halusinasiku makin parah."

"Sudah kubilang, kau tidak berhalusinasi, bocah!"

'Iyakah?' batinku.

"Maaf telah membuatmu menunggu. Aku bukan bermaksud ngacangin kamu tadi. Hanya saja, ada seekor tikus pengganggu jadi kubereskan terlebih dahulu," ucap suara itu.

'Tikus?' tidak ambil pusing, aku pun lantas mengangguk mengiyakan walau aku tidak mengerti apa yang suara itu maksud dengan tikus. Mungkin dia sedang membicarakan orang lain? Tapi kan hanya ada kita berdua di ruang hampa ini..., kan?

"Mmm... anu, kalau boleh tahu ini di mana, ya?" tanyaku memberanikan diri, "apa aku sudah mati?"

"... tidak. Kau tidak mati. Kau sedang berada di dalam bawah sadarku sekarang."

"... maaf??" aku memiringkan kepala bingung. Alam bawah sadarnya? Apa yang sebenarnya pria ini bicarakan? Aku tidak paham.

"Dimensi hampa dan gelap ini, adalah alam bawah sadarku. Aku yakin kau cukup pintar untuk dapat menangkap hal di luar nalar ini," jelas suara itu.

'... huh? Apa? Alam bawah sadar? Ruang hampa? Bagaimana bisa aku berada di sini?' aku cengo, bingung, nggak tahu harus ngomong apa. Jadi aku hanya bisa terdiam kek orang dongo sambil bertanya-tanya pada diri sendiri, 'apakah aku sudah gila? Pasti aku sedang bermimpi sekarang. Benar, kan? Kalau ini hanyalah mimpi, kapan aku bangunnya? Haruskah kutampol pipiku sendiri?'

Plakk!

"... aww!" baik, kurasa ini bukan mimpi. Salahku menampar pipi sendiri terlalu keras. Aduh, cenat-cenut rasanya. Sakit!

"Apa yang kau lakukan? Kau menyakiti dirimu sendiri, bocah."

"Uuhh, aku pikir ini hanya mimpi. Tahu-tahu nyata," jawabku lirih sembari memegangi pipi bekas tamparan yang masih cenat-cenut.

PERJALANANKU DI DUNIA LAIN SEBAGAI OUTSIDERحيث تعيش القصص. اكتشف الآن