Bab 36: Jangan kaget

423 47 3
                                    


Haru

_

_

_

Benar saja Hujan langsung mengguyur langit kala aku meninggalkan mansion itu, Gian tampak melaju di belakang mobil ku dengan tenang.

Pikiran ku cukup kacau, aku sebenarnya masih menyangkal bahwa bunda Rana lah orang yang menghasut orang tua Zemi untuk menjauhkan anaknya dari ku.

Beberapa hari setelah acara pernikahan Kana, aku langsung mencari tau kebenaran mengapa Zemi pergi dan tidak kembali, itu benar-benar tak sesuai dengan perkataan ayah. Dia bilang Zemi akan kembali jika keadaan sudah stabil, bahkan saat keadaan benar-benar sudah stabil pun dia tak kembali.

Lalu aku berusaha mencari informasi dan mendapatkan kabar Zemi tinggal di Jepang bersama kedua orang tua nya, hal menyebalkan lainnya adalah dia dekat dengan seseorang, yang sekarang aku ketahui bernama Hyori.

Lalu kebenaran lainnya terungkap, ada campur tangan bunda dalam kepergian Zemi. Aku bertanya-tanya mengapa bunda menjadi seperti itu?

Bahkan dia barusan menyalahkan ku karena tidak menerima Akmal dengan lapang dada. Aneh saja rasanya, dulu saat Akmal begitu memaksa, bunda dengan tangan terbuka selalu mendukung apa pun keputusan ku, dan sekarang kenapa itu berubah?

Apa kebaikan yang selama ini dia perlihatkan hanyalah topeng? Entahlah aku pusing sendiri memikirkan itu, banyak dugaan-dugaan yang berseliweran di kepalaku.

Kembali pada realita, pada akhirnya aku memang di takdirkan untuk hidup seorang diri, orang yang ada di dekat ku perlahan-lahan akan menjauh. Oke mungkin ini karma karena telah membinasakan ibu ku sendiri. Tapi jujur aku tidak pernah menyesal akan keputusan ku yang satu itu.

Mobilku mulai memasuki pekarangan mansion, di depan pintu aku melihat sosok kecil dengan wajah datar menatap ke arah ku. Oh Awan yang manis, dia selalu setia menungguku pulang.

“Sudah lama menunggu?” Tanyaku pada Awan dan tentu saja tak mendapatkan jawaban. Dia menarik jari telunjukku menuju ruang makan, di sana sudah tersaji berbagai bentuk hidangan yang nampak sangat lezat.

“Aku memasak beberapa menu di antara makanan ini, jangan kakak pikir aku perhatian pada mu- aku, aku hanya ingin mencoba bakat ku yang lain.” Aku tersenyum mendengarkan nya, anak ini memang memiliki gengsi setinggi langit, bagaimana dia bisa hidup di jalanan dulu?

“Benar kah? kalau begitu ini pasti sangat enak.”  Matanya terlihat berbinar kala aku mencicipi masakannya, tapi dia dengan pintar menyembunyikan itu.

“Wah, ini sangat enak! Aku pikir kamu akan cocok menjadi seorang chef di kemudian hari!” Seruku penuh semangat. Dia hanya tersenyum tipis, sangat tipis sampai-sampai orang lain tidak akan sadar akan hal itu.

“Aku tidak berniat menjadi chef, ini hanya sebuah rasa penasaran ku.” Ujarnya dengan wajah datar, dasar bocah tembok.

“Ya sudah, apa pun cita-cita mu, aku pasti akan mendukungnya. Nah sekarang, mari makan bersama.”

Kami makan dengan khidmat, ini hanya ada aku dan Awan di meja panjang ini. Para eksekutif akan makan di jam yang lain.

*****

Sehabis menyenangkan hati bocah berumur 10 tahun itu, aku bergegas menuju kamar dan membersihkan diri. Lagi-lagi rebahan adalah hal tercandu semasa hidupku ini.

Aku tak ingat sudah berapa lama aku terlelap, terbuai akan hangatnya pelukan kasur ku ini. Tapi ada hal lain yang berbeda, aku merasakan sesuatu membelit ku tidak menganggu sih hanya saja rasanya aneh.

Beruang Kutub Harua [ TAMAT ]Where stories live. Discover now