d-15 | this is how you fall in love

Start from the beginning
                                    

Ingin rasanya ditelan bumi sekarang juga daripada menanggung malu.

Memang kedengaran alay. Tapi siapapun yang melihat betapa kacau penampakan Trinda beberapa puluh menit lalu akan sepakat. Muncul dalam keadaan seperti itu di depan gebetan tuh namanya menggali kuburan sendiri. Padahal dia nggak tampil malu-maluin pun kansnya untuk jadi pacar Mas Ismail sudah kecil.

Jadilah setelah merasa terlalu lama di kamar mandi, dia terpaksa keluar sambil menebalkan muka.

"I don't know you can be this quiet."

Mas Ismail menyadari perbedaan tersebut setelah belasan menit mereka berdua duduk berhadapan di meja makan dan tidak satupun kalimat terdengar, selain saat Mas Ismail mempersilakan duduk. Padahal seingatnya, Trinda lumayan bacot.

Sebenarnya, ucapan Ismail barusan hanyalah tanggapan sambil lalu, tidak ada maksud serius. Dia bahkan hanya memandang Trinda sekilas sembari mengambil kerupuk dari toples di depannya sebelum kembali fokus menyendok nasi di piring.

Barulah ketika sadar tidak kunjung mendapat jawaban, dia mengangkat lagi wajahnya demi mendapati Trinda sedang menatapnya dengan wajah tertekan.

What the hell is happening? Begitulah arti kerutan di dahinya ketika melihat Trinda, lalu dengan sabar menunggu si cewek menjawab.

"Cuz I'm dying of embarrassment." Sepasang bibir Trinda kembali terkatup setelah mengatakannya. Kelihatan jelas makin tertekan sewaktu menatap balik Ismail.

"I don't get it. Why should you?"

"Cuz ...." Lidah Trinda tertahan. Biasanya Mas Ismail paling peka, kenapa mendadak bego sih??? Trinda jadi gemas sendiri. Kepalang malu, dia lanjutkan kalimatnya, "Cuz I just confessed my feelings for you. Shouldn't I behave instead of showing my silliness and pushing you further away?"

Kerutan di dahi Ismail makin bertambah, menunjukkan bahwa jawaban Trinda sama sekali tidak mencerahkan pikirannya. Dia lalu merenung sesaat, berusaha merangkai kalimat yang nggak terdengar tajam di kuping ABG. "Trinda, listen. Your confession didn't change anything, won't change anything. Whatever you do, it won't push me anywhere. I'm not your moral police, I have no right to judge you. Even if I have, I don't feel the need to. Kalau lo ngerasa perlu behave, ya terserah. Tapi kalau alasannya karena 'gue', that's not necessary."

Kalimat panjang itu menghentikan aktivitas Trinda mengaduk-aduk hampa isi piringnya. Ketika tatapan mereka bertemu, ada air mata tertahan di sepasang matanya.

"And what's with that face?" Mas Ismail kelihatan makin tidak mengerti.

Dia bilang kalau Trinda bebas berekspresi di depannya, tapi si cewek malah kelihatan terluka.

"The face of broken hearts." Trinda menjawab pelan sembari menundukkan wajah, khawatir keburu menangis sebelum sempat mengatakan apapun. "I need to improve my quality, in the hope that you will change your mind, but you said my confession won't change anything. Like I have no chance at all."

Makin-makin bingunglah Ismail. Seingatnya juga, dia sudah memberikan jawaban yang jelas perihal confession minggu lalu itu. Tapi kenapa masih diungkit-ungkit? Diputarbalikkan, malah.

Tanpa sadar, genggaman Trinda pada sendok garpunya mengerat, seolah dari situ dia mendapat suntikan energi. "Couldn't you at least give me a chance, Mas? Langsung jawab 'enggak' tanpa ngasih kesempatan buat buktiin kesungguhan aku tuh ... make me feel pathetic."

Satu alis Mas Ismail terangkat, tapi tidak ada kalimat yang keluar dari bibirnya.

Trinda bersuara lagi. "Okay, now I sound like a selfless bitch. Sorry."

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now