d-11 | wishes she came out smarter

8.8K 888 203
                                    

Cek pesan: ripgianti dapet voucher 5k, mamakgalak dan ciVelan22 dapet 2k.




11 | wishes she came out smarter



"Gue baru tahu, jalan bolak-balik dari sini ke lobby butuh waktu tiga jam." Winny menatap tajam Trinda yang baru kembali ke kamar pada pukul sembilan lewat. Sudah nggak menunjukkan wajah menyesal, membawa wangi semerbak pula. "Kepleset di lantai delapan dulu lo ya??"

"Kok ... tau?" Muka Trinda langsung merah padam.

Kalau tadi dia bisa menyembunyikan muka semringahnya di bantal selama berada di ruang spa, maka sekarang mustahil menyembunyikannya dari Winny dan Theo. Soalnya, dibanding siapapun, dua orang itu paling mahir membaca gerak-geriknya, paling tahu isi hatinya, paling paham situasi asmaranya.

Tidak ikut nimbrung ke kasur, Trinda pilih menyingkir jauh-jauh ke kursi tempat dia makan tiga jam sebelumnya.

"Bau lo kayak abis mandi kembang!" Winny melotot.

Tentu saja, mendengarnya membuat muka Trinda makin memanas. Senyum di wajahnya juga makin nggak terkontrol.

Trinda sudah gila.

Bahkan dalam imajinasi terliarnya pun, dia nggak akan pernah kepikiran untuk melakukan couple spa bersama Mas Ismail, di saat mereka berdua nggak punya status hubungan apapun, seperti saat ini.

Logikanya, kondisi seperti apa yang bisa bikin Trinda pede untuk mengajaknya, serta alasan apa yang memungkinkan Mas Ismail untuk tidak menolak? Tidak ada. That's just impossible.

"Terus kenapa lo senyam-senyum?"

"Win ...." Trinda menangkup muka dengan kedua telapak tangan. Sungguh-sungguh merasa sudah gila. "Guess what?"

"Have no idea—"

"Aku abis couple spa sama Mas Ismail. Dia yang ngajak."

Winny dan Theo melongo berbarengan.

Meski tidak anti melakukan hal-hal frontal untuk melempar kode, tapi bagi Winny, couple spa agak membuat tercengang, apalagi kalau rambu dari kedua belah pihak masih belum jelas begini.

"Modusnya om-om emang di luar imajinasi." Winny manggut-manggut, meski dengan muka menolak percaya, dan Theo mengacungkan jempol tanda setuju.

Trinda ikut mengangguk. "Andai dia beneran modus, ya. Tapi sayang, aku cuma gantiin temennya yang batal dateng."

"Ah elaaah." Winny bangkit dari kasur, berjalan menghampiri temannya, memeluknya erat-erat. "Anggep aja dia emang modus. Don't ever let yourself down." Dan kemudian, perubahan ekspresi di muka Winny tidak mungkin bisa lebih drastis daripada sekarang. "So ... congratulations, Babeee!"

"Thanks." Trinda ikut tertawa saja, menoleh ke Theo demi mendapati temannya itu menunjukkan wajah maklum. Dengan aura kepercayaan diri mulai terpancar, Trinda balas memeluk Winny. "That—definitely—will fill my stomach with butterflies for weeks, or even ... for months."


~


Trinda bangun lebih pagi dari yang lain karena harus jadi Liaison Officer a.k.a. pendamping untuk MUA masnya. Tapi saat dia tiba di depan pintu three bedroom residence yang dituju di lantai tiga puluh satu, masnya malah masih sibuk sarapan dan belum mandi.

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now