02.00

232 9 0
                                    

"Dirimu seindah arunika. aku ingin kamu menjadi seperti arutala yang selalu ada bersama malam."

"Berkas yang ada dimeja, nanti  kamu pelajari, Sam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berkas yang ada dimeja, nanti kamu pelajari, Sam. Tiga bulan lagi kamu lulus dan Papah mau kamu lanjutin perusahaan," ucap Atlantik yang tak lain Ayah Samudra.

Samudra menghela napas pelan. Lalu, dia duduk di samping Ayahnya. Menatap pria paruh baya yang saat ini sudah sangat rapi dengan jas hitam, kemaja biru muda, dan juga celana hitam.

Atlantik menaikkan satu alisnya, kala menyadari Putra sulungnya menatap dirinya dengan begitu dalam. "Kenapa? Ada yang salah sama penampilan Papah hari ini?"

Samudra menggeleng. "Sam mau ngomong."

"Ngomong tinggal ngomong, ngapain pake izin segala," balas Papah.

"Setelah lulus Sam nggak mau kuliah. Papah nggak keberatan, kan, kalau Sam lanjutin perusahaan Papah tanpa harus kuliah?"

Atlantik memberhentikan kegiatan makannya. Menatap Samudra.

"Dari awal Papah udah pernah bilang. Ini hidup kamu, terserah kamu mau bagaimana. Papah nggak mau terlalu mengekang kamu, Sam. Kalau mau kuliah, silahkan. Kalau nggak mau kuliah, ya udah. Lagian kuliah nggak menjamin masa depan kamu tertata rapih," jawab Papah.

"Papah nggak malu punya anak yang nantinya cuma lulusan SMA?"

"Pertanyaan kamu aneh. Ngapain Papah malu? Kamu nggak lakuin kriminal. Masa cuma gara-gara kamu lulusan SMA, Papah jadi malu."

"Ya udah."

"Setelah lulus Sam mau nikah."

"Pipis aja belum lurus kamu, Sam."

••••

Samudra duduk di sofa apartemen miliknya. Menunggu seorang gadis yang tak lain adalah kekasihnya, yaitu Cila.

Semalam Samudra menyuruh gadis itu datang jam tujuh. Namun, sekarang sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Gadisnya terlambat satu jam lebih sepuluh menit. Samudra sudah cukup sabar melihat tingkah Cila yang sudah berani pada dirinya.

Cowok itu membuka benda pipih yang tak lain adalah ponsel. Mengirimkan beberapa pesan pada Cila dan dengan satu kebiasaan, yaitu mengancam.

Sayang

Lo telat 1 jam 10 menit
Arshilla Salsabilla, 5 menit lo blm
sampe, jangan harap bisa  lari dari
hukuman gue.

Bodoamat! Gue g akan datang
Gue males sm lo
Lagian kemarin gue udah bilang, kalau
gue mau putus!

Samudra membanting ponselnya kala mendapat jawaban seperti itu dari Cila. Dia bergegas memakai jaket mililnya dan keluar dari apartemen. Cila tak bisa di biarkan. Dia harus memberikan hukuman pada Cila.

SAMUDRAWhere stories live. Discover now