Chapter 3

25 11 0
                                    

"Mamah kamu pingsan Aira, sekarang mba ada di dalam taksi mau antar mamah kamu ke rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mamah kamu pingsan Aira, sekarang mba ada di dalam taksi mau antar mamah kamu ke rumah sakit."

"Mba tolong jagain mamah. Aku kesana sekarang."

Ponsel dimatikan, Aira beranjak dari duduknya namun kembali meringis sakit membuat perhatian keempat lelaki disana beralih padanya.

"Lo mau kemana Ra?"  tanya Haidar

Aira tidak menjawab, ia berusaha berjalan memaksakan kakinya yang sakit.

"Wes santai santai. Lo sebenarnya kenapa buru-buru gitu?" ujar Ares menangkap tubuh Aira yang hampir terjatuh di depan pintu.

"Mamah..."

"Mamah lo kenapa?" Tanya Rehan

"Aku mau ke rumah sakit, plis lepasin." mohon Aira

Mereka berempat mengerti dengan kondisi yang tengah dialami gadis itu. Aira berlari, membuat Ares mengejarnya.

"Res, lo mau kemana woy?!" panggil Jeje

"Gue mau antar tuh cewek. Ijinin kita sama dosen nanti!"

"Oke!"

Saat Aira hendak menaiki motornya segera dicegah oleh Ares, "biar gue antar lo ke rumah sakit."

"Aku bisa kesana sendiri." tolak Aira

"Tapi kaki lo masih sakit."

"Udah sembuh."

Ares mengambil kunci motor Aira dan memasukannya kedalam kantong celananya.

"Sebenarnya apa mau kamu?!" kesal Aira

"Kaki lo masih sakit mana bisa bawa motor yang ada lo ikut celaka nanti."

"Apa peduli kamu?!"

Skakmat

Ares juga tidak tau kenapa ia bisa sepeduli ini sama gadis bernama Aira ini.

"Kita nggak saling kenal, jadi tolong jangan ikut campur urusan aku!"

"Gue tau gue bukan siapa-siapa lo. Tapi gue mau antar lo sebagai tanggung jawab gue karena buat kaki Lo sakit, sekarang paham?"

Aira terdiam.

"Tunggu disini, gue mau ambil motor."

Tidak lama Ares kembali dengan motor kesayangannya, "ayo naik."

Aira menaiki motor itu. Berpegangan pada bagian belakang motor. Ares bertanya dimana rumah sakit mamahnya berada dengan cepat Aira jawab. Ia tidak punya banyak waktu untuk berdebat.

"Makasih."

Ares melihat gadis itu berlari memasuki rumah sakit tanpa menghiraukannya. Ares berdecak, "seumur-umur baru kali ini liat cewek modelan kaya dia."

Tak urung Ares membuntuti Aira dari belakang. Melihat kepanikan gadis itu saat bertanya kepada resepsionis.

"Pasien berada di kamar Bulan nomor 102."

Hello Aira? [On going]Where stories live. Discover now