Bagian 16

20.8K 1.6K 25
                                    

Suasana nampak tegang di kediaman Atmajaya orang-orang di sana menampilkan beragam ekspresi. Sudah ada 5 pengacara dan dua orang dari kepolisian yang hadir, sebenarnya ini agak berlebihan tetapi tidak ada yang tahu hasil akhir nanti apakah akan berjalan kondusif atau malah ricuh. Untuk itu para pengacara sengaja mendatangkan dua orang aparat kepolisian.

Kiran mengerut dalam duduknya, di sampingnya ada Sakti mendampingi yang pada saat awal kedatangannya tadi membuat beberapa orang nampak menatap laki-laki itu dengan raut penasaran dan bertanya tapi ini bukan saatnya menanyakan mengenai siapa Sakti karena aura di sini sudah di dominasi oleh ketegangan dan kemarahan sehingga semua orang memilih untuk memfokuskan diri.

"Karena semua anggota sudah hadir, jadi sebaiknya kita segera mulai saja untuk membacakan lagi wasiat mengenai harta warisan yang di tinggalkan oleh mendiang Wirawan Atmajaya yang sebelumnya sudah saya bacakan tetapi karena kini ada anggota Atmajaya yang baru bisa hadir maka surat tersebut akan di bacakan ulang." Ucap Pak Baskoro yang di angguki para pengacara lainnya.  Lalu seorang pengacara yang berada di sisi Pak Baskoro mulai mengeluarkan sebuah kertas dari dalam map dan mulai membacakannya.

"Dalam surat ini saya, Wirawan Atmajaya dengan sehat dan penuh kesadaran menulis surat wasiat ini mengenai pembagian harta warisan yang saya tinggalkan jika saya sudah tidak di berikan umur yang panjang lagi untuk terus hidup di dunia. Harta yang saya kumpulkan dan saya perjuangkan semasa saya hidup ini sekurang-kurangnya adalah untuk para anak-cucu saya nantinya. Di sini saya sampaikan jika saya berusaha membaginya dengan seadil-adilnya dan saya harap kalian dapat menerima keputusan saya ini dengan sikap baik."

Semua yang ada di ruangan diam mendengarkan ketika seorang pengacara membacakan isi wasiat Wirawan Atmajaya tersebut.

"Untuk itu saya akan memberikan sebuah bandar udara yang sudah saya beli dengan saham paling besar yaitu milik Atmajaya kepada putra sulung saya bernama Valdo Atmajaya, semoga kamu bisa lebih mengembangkannya melebihi saya."

Valdo yang namanya di sebut hanya diam saja menatap lurus pada keras yang sedang di pegang si pengacara.

"Rumah sakit Atmajaya Care's Hospital untuk putri saya bernama Verinka Atmajaya yang akan di kelolanya bersama suaminya."

Inka menganggukkan kepalanya dengan raut tanpa ekspresi dan di sampingnya terdapat suaminya yang menggenggam tangan wanita itu.

"Lalu saham-saham yang saya punya di beberapa mall di Indonesia saya berikan pada Valerin Atmajaya."

Erin yang berpenampilan paling mencolok dengan gaya glamor dari ujung kepala sampai ujung kaki juga hanya diam saja.

"Untuk putri terakhir saya Kirani Medina Atmajaya saya berikan kepemilikan penuh atas hotel-hotel yang keluarga Atmajaya punya untuk di kelola dengan sebaik-baiknya."

Mata Kiran berkaca-kaca, mendengarkan wasiat yang Ayahnya tinggalkan. Rupanya Wirawan Atmajaya sudah menempatkan anak-anak sedari awal di bidang-bidang yang di kuasainya.

Suara protesan langsung terdengar menggema di ruangan ketika pembacaan mengenai harta yang Wirawan Atmajaya tinggalkan untuk Kiran selesai di bacakan.

"Sudah saya katakan kemarin jika anak itu tidak pantas mendapatkan sepeserpun dari keluarga Atmajaya. Dia hanya seorang anak pungut yang tidak tahu malu!" Protes keras Dona yang kini sudah berdiri sambil menunjuk-nunjuk Kiran.

"Ibu mohon untuk tenang dulu." Tegur satu pengacara.

"Bagaimana saya bisa tenang? Saya yakin anak itu pasti sudah memanipulasi dan memanfaatkan penyakit Kakak saya sampai-sampai dia bisa mendapatkan harta warisan!" Dona masih tidak terima. Wajahnya terlhat bengis menatap Kiran penuh benci.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang