Bagian 15

21.8K 1.6K 8
                                    

Kiran dan Sakti berangkat menuju Jakarta tepat di jam 3 pagi bersamaan dengan pick up Sakti yang hendak memasok sayur ke pasar gede kali ini di dalam mobil ada Mang Rohim yang mengendarai sedangkan Sakti di tengah-tengah dan Kiran di sisi sebelah kiri jendela. Kiran tertidur di pundak Sakti yang sedang berbincang ringan dengan Mang Rohim mengenai urusan kebun.

Hingga akhirnya mobil tersebut sampai di terminal mengantarkan Sakti dan Kiran yang sudah bangun sebelum nanti Mang Rohim melajukan mobilnya ke pasar yang tak jauh di sana.

"Hatur nuhun Mang, buat masok besok kalau saya belum pulang dari Jakarta nanti ada Mang Asep yang bantu." Pesan Sakti.

(Terima kasih)

"Nya A, siap eta mah. Serahin itu mah sama saya, A Sakti ulah hariwang nu penting urusan A Sakti lancar sina enggal hajat." Balas Mang Rohim dengan sedikit kekehan.

(Iya A, siap itu mah. Serahin semuanya sama saya, A Sakti jangan khawatir yang penting urusan A Sakti lancar supaya segera gelar pesta)

"Iya Mang terimakasih, yasudah saya pamit, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kiran dan Sakti berjalan masuk ke dalam terminal yang mulai ramai menjelang subuh ini. Sakti mengajak Kiran ke mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat dan sarapan baru akan naik ke dalam mini bus.

Kiran duduk di sisi jendela dan Sakti berada di sisinya, kursi yang tersedia yaitu di isi oleh tiga orang dan satu orang yang merupakan seorang pria lain duduk di ujung kursi. Kiran duduk dengan gelisah saat pria yang duduk di ujung terus saja melirik padanya apalagi Sakti saat ini nampak sedang tertidur membuat Kiran merasa sedikit risih. Kiran mencoba memejamkan matanya tapi tak bisa karena sepanjang perjalanan dari kampung menuju pasar gede tadi dirinya tertidur apalagi dengan kini perasaan Kiran sedikit was-was pads pria itu.

Merasakan Kiran yang terus saja bergerak Sakti membuka matanya yang sedikit memerah dan menatap Kiran. "Kenapa?" Tanya Sakti dengan suara serak khas bangun tidur.

Kiran melirik sekilas pria itu yang kembali tertangkap matanya sedang meliriknya lagi. Kiran menggigit bibirnya mendekatkan diri pada Sakti hendak memberitahu. Sakti menaikan kedua alisnya melihat sikap Kiran. "Orang di sebelah kamu lirik-lirik aku terus ak—" Belum selesai Kiran berbicara Sakti sudah bereaksi dengan memalingkan wajahnya cepat pada si pria yang kebetulan sedang menolehkan kepalanya pada Kiran.

"Ada apa A?" Tanya Sakti dengan raut tanpa ekspresi pada si pria.

"Oh... nggak A." Jawab pria itu sedikit kikuk.

"Punten nya A, istri abdi kirang nyaman Aa liatin begitu."

(Maaf ya A, istri saya kurang nyaman Aa lihatin begitu.)

Pria itu mengatupkan bibirnya lalu memilih memejamkan mata. Sakti menatap pria itu beberapa saat sebelum kembali menghadapkan wajahnya pada Kiran yang kini pipinya tampak memerah.

Kiran menatap Sakti dengan wajah geli lalu mengulum bibirnya menahan senyuman. Sakti yang tahu jika Kiran tengah malu akibat ucapannya tadi yang berkata jika Kiran adalah istrinya ikutan merasakan malu.

"I-itu biar dia nggak berani lirik kamu lagi karena ada suaminya." Sakti dengan gugup menjelaskan.

Kiran menatap Sakti beberapa saat sebelum kekehan terdengar mengalun pelan di bibir perempuan itu. "Iya..." Jawab Kiran atas pernyataan Sakti.

"Udah mending kamu tidur, perjalannya masih jauh." Sakti menarik bahu Kiran untuk ia senderkan di bahunya.

Kiran menurut masih dengan raut gelinya. Sakti bergumam. "Yakan sebentar lagi kamu jadi istri saya apanya yang salah?" Kiran memilih mengangguk saja.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang