Bagian 11

20.3K 1.6K 26
                                    

Sudah dua hari semenjak hari itu, hari di mana Kiran terlibat adu mulut dengan Mulan di kebun teh membuat banyak gosip-gosip yang simpang siur atas alasan kejadian tersebut bahkan gosip-gosip semakin menyebar hingga ke kampung-kampung sebelah yang mana banyak gadis-gadis di sana merasa patah hati. Namun, ada juga yang tidak mempercayai gosip itu dan hendak memastikannya langsung. Lalu ketika gadis-gadis itu justru bertemu satu sama lain di jalan atau di suatu tempat perdebatan pun akan terjadi mengemukakan argumen-argumen yang tentu saja masih berkaitan akan gosip itu.

Kacau, entah mengapa kini dari gosip itu justru membuat keadaan kampung-kampung menjadi panas saling menyalahkan dan membuat para pemuda di kampung sebelah kesal akan kelakuan para gadis-gadis di kampungnya yang bertengkar dan beradu mulut hanya karena gosip tentang Sakti si juragan muda yang masih melajang di umurnya yang saat ini menginjak 29 tahun.

Abah dan Ambu yang mendapatkan laporan tersebut merasa cemas apalagi ada salah satu warga kampungnya yang hendak pergi ke sawah yang ada di kampung sebelah justru mendapatkan serangan dari para pemuda di kampung sebelah yang merasa geram pada warga kampungnya ini. Lalu gantian para pemuda kampung ini yang tidak terima akan perlakuan para pemuda kampung sebelah pada salah satu warga kampungnya yang merasa di rugikan akhirnya hendak membalas.

Pak Kades yang mendapat laporan tersebut sontak turun tangan untuk menghentikan peperangan yang di lakukan para warganya akibat gosip yang simpang-siur tersebut. Sedangkan Sakti yang sedang sibuk-sibuknya menggarap kebun dan tidak terlalu peduli dengan banyaknya gosip yang tersebar akhirnya bereaksi saat rupanya gosip tersebut justru menjadi ajang perpecahan warga desa.

Sakti diam bukan karena membenarkan semua gosip yang beredar tetapi diamnya karena tidak ada satupun gosip yang sempat di dengarnya itu yang benar. Tetapi rupanya diamnya Sakti di salah artikan oleh orang-orang.

"Diam memang emas, tapi bukannya di keadaan genting seperti ini kamu tetap akan diam Sakti." Ucap Abah menasehati anaknya. Abah sendiri selaku orangtuanya tidak mengerti dengan jalan pikiran Sakti, pasti yang di pikirannya itu hanya ada kerja dan kerja.

"Tapi Sakti harus apa Abah, menyangkal pun Sakti pasti tidak akan mendapatkan pembenaran. Orang-orang yang sudah termakan asumsinya sendiri tidak akan dengan mudah bisa menerima opini orang lain." Bantah Sakti.

Ambu yang duduk bersama anak dan suaminya yang tengah berdebat merasa pusing sendiri apalagi dengan banyaknya kejadian yang di akibatkan gosip itu menyangkut putra semata wayangnya.

"Ibu-ibu di sini juga pada nyerang Ambu, Abah. Mereka minta supaya Sakti segera bertindak." Keluh Ambu, wanita yang rambutnya tampak tersisir rapi meski sebagian rambutnya nampak memutih itu menatap Sakti kasian.

"Ya, kita putuskan nanti malam saja bareng Pak Kades dan beberapa perwakilan pemuda kampung kita dan kampung sebelah untuk cari jalan keluar dari permasalahan ini." Ungkap Abah teringat akan Pak Kades yang meminta padanya untuk membicarakan masalah ini di rumahnya nanti malam.

Sakti menipiskan bibirnya, kepalanya berdenyut sakit memikirkan masalah perkebunannya yang beberapa ada yang gagal panen dan akan di garap ulang lalu kini justru timbul permasalahan lain. Menjadi seorang pria lajang dan merupakan seorang juragan bukanlah hal yang mudah untuk Sakti, apalagi di kondisi perkampungan seperti ini yang salah sedikit saja bisa di jadikan sebagai senjata orang-orang yang tidak menyukai akan keberhasilan seseorang sebagai bahan untuk menjatuhkan.

Apalagi Sakti merupakan pemuda yang banyak di minati para gadis-gadis kampung bahkan sepertinya janda-janda dan istri-istri orang juga sangat ingin dekat dengan Sakti membuat sebagian para pemuda desa merasa cemburu. Dan kini ketika memiliki celah untuk menjatuhkan seorang Ariosakti para pemuda desa itu tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang