1. Perihal upacara

94 62 32
                                    

Hai readers!!!
Ini cerita kedua ku!
Semoga suka yaaaa

Selamat membaca!
Jangan lupa vote dan komen yaaa

*****

Remaja laki-laki berusia 17 tahun memandangi dirinya sendiri di depan cermin sembari menyisir rambutnya. Dia sudah menggunakan seragam sekolahnya. Dasi berwarna abu yang bertuliskan nama sekolahnya juga sudah terpasang rapi di lehernya. Setelah selesai menyisir rambutnya, cowok itu segera mengambil tasnya, juga almamater OSIS yang bertuliskan namanya, 'EZIO SAPUTRA'.

Ezi keluar dari kamarnya, tas ranselnya ia gantung di sebelah bahunya. Tangannya menenteng almamater miliknya. Ezi menuju dapur, yang sekaligus sudah ada meja makan di sana. Neneknya sudah duduk di sana, Ezi ikut duduk di sebelahnya.

"Berangkat sama siapa, Nak?" tanya Kasmi sambil mengambilkan nasi ke piringnya.

"Biasa nek, sama Iyan," jawab Ezi.

"Bilang sama Iyan, jangan kebut-kebutan bawa motornya." kata Kasmi, dia menyodorkan piring yang sudah berisi nasi ke hadapan cucunya.

Ezi mengangguk, lalu mulai mengambil tahu dan tempe goreng sebagai lauknya. Sudah biasa Ezi makan dengan lauk yang seadanya, dia tidak pernah protes pada neneknya. Meskipun kadang dia ingin makan enak, tapi dia tahu keadaan ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan.

Setelah selesai makan, Ezi membawa piring kotornya ke wastafel, lalu mencuci tangannya.

Tin!

Terdengar suara klakson dari luar rumahnya, sudah dipastikan itu Iyan. Ezi segera memakai almamater dan mencangklong tas. Lalu, dia berpamitan dengan nenek, dan segera berangkat.

_____

Upacara hari senin kali ini, menjadi upacara pertama setelah murid baru kelas 10, resmi menjadi bagian dari SMA PANCADARMA, setelah seminggu lalu mereka melaksanakan kegiatan MPLS.

Matahari pagi ini, terasa sangat panas. Banyak siswa siswi yang mengumpat, lantaran lama sekali kepala sekolah memberi amanat saat upacara. Sangat membosankan.

Gadis bernama Khalisa Nabila, menundukkan kepala tatkala panas matahari menyilaukan matanya. Meski dia berada di barisan belakang, tetap saja terasa panas. Tak lama kemudian, Lisa dibuat kaget dengan sentuhan di bahunya. Gadis itu segera menolehkan kepalanya ke belakang.

"Pusing, nggak?" tanya cowok dengan almamater OSIS.

Sesaat, matanya bertubrukan dengan netra cokelat gelap milik seseorang. Lisa tetap diam, hingga senggolan di lengannya kembali menyadarkannya.

"Eh, lo ditanyain tuh," kata Frista, temannya yang kebetulan berada tepat disampingnya berdiri.

Lisa mengerjapkan mata, "hah? Kenapa, kak?" tanya Lisa, dirinya sudah seperti orang linglung sekarang.

"Masih kuat, nggak?" tanya Ezi. Ya, cowok itu Ezi. Dia ditugaskan untuk mengawasi peserta upacara.

Pertanyaan dari Ezi dijawab anggukan oleh Lisa.

"Kalau pusing, langsung ke belakang aja," katanya.

"I-iya,"

Ezi berlalu pergi dari sana, Lisa kembali menghadapkan kepalanya ke depan.

Lalu dari arah samping, terdengar suara Frista yang seperti meledeknya, "Ciee, di tanyain sama kakak OSIS," katanya sembari tersenyum meledek.

TAKDIR TIDAK SELALU BAIK Where stories live. Discover now