20.

687 76 17
                                    

Happy reading!

First sudah lama tidak berkunjung ke rumah ibunya Khaotung, selalu saja tidak memiliki waktu yang tepat.
Saat ini, untungnya First maupun Khaotung sendiri sedang memiliki waktu libur yang sama, jadi saat Khaotung memintanya untuk mengantarkan dia ke rumah ibunya First dengan semangat mengiyakan.

"Bawakan aku sisanya, Khao."

Khaotung dengan kesal kembali berbalik jalan menghampiri First yang terlihat repot membawa banyak kresek makanan, padahal Khaotung ingin segera menyapa ibunya.
Khaotung sih tidak pernah membeli apapun jika berkunjung ke rumah, cukup bawa badan saja toh yang ibunya bilang dia hanya merindukannya. Tapi beda lagi jika First yang datang, dia selalu berhenti di setiap toko makanan dalam perjalanan dan membeli semuanya untuk diberikan pada ibunya Khaotung.
Bukan semata untuk menarik perhatian calon mertua, memang First pengertian saja anaknya.

"Sudah kubilang jangan bawa apapun, kau merepotkan dirimu dan aku tentunya."

"Anak kurang ajar," gumam First sembari mengikuti langkah kaki Khaotung yang masih saja menggerutu dengan pengeluaran uang First yang berantakan.

"Ibu! Aku datang dengan seseorang!"

"Tunggu sebentar, ibu masih didapur!"

Terdengar suara langkah kaki yang mendekati pintu masuk rumahnya, kemudian wanita setengah baya itu dengan bahagia memeluk Khaotung dan menyatakan betapa rindunya dia pada putra semata wayangnya tersebut.

"Jadi First yang kau bawa kemari? Astaga, anakku juga." Thani memeluk First lebih erat dari saat beliau memeluk Khaotung, mungkin karena sudah lama tidak bertemu dan melihat banyak sekali yang dibawa First untuknya tidak seperti Khaotung, yang benar-benar hanya membawa badan saja.

"Kau selalu membawakan bibi makanan seperti ini setiap kali datang," ujar Thani terharu, lalu dia menjelekkan Khaotung didepan First yang disetujui oleh First sendiri betapa jeleknya karakter Khaotung.

"Ibu akan bawakan kalian minuman setelah-"

"Aku yang akan bawakan, ibu bereskan saja makanan yang dibawa First."

Khaotung lalu pergi ke dapur dan First membantu Thani membereskan semua kresek makanan itu ke atas meja.
Thani lalu bercerita jika malam tadi dia menyuruh Khaotung untuk membawa gadis yang dia janjikan akan dikenalkan padanya sekitar 5 bulan lalu, tapi Khaotung malah mengatakan dia akan membawa orang lain.

"Bibi tetap senang karena kau yang dibawanya, bibi merindukanmu juga soalnya."

First terlihat terdiam setelah mendengar itu, sampai saat ini Khaotung belum menjelaskan apa yang akan dia lakukan hingga memaksanya meresmikan hubungan mereka, First memikirkan sesuatu yang menurutnya buruk saat ini dan berharap jika Khaotung tidak akan melakukannya.

Terlihat Khaotung yang kembali dengan membawa minuman buatan ibunya, dia lalu mengoceh dengan semua masakan yang telah dibuat sang ibu. Itu sangat banyak, seolah mereka sedang memiliki acara makan besar.
First tidak mungkin bertanya pada Khaotung saat ini, anak dan ibu tersebut sedang melepas rindu dan First tidak mengganggunya.
Oh, dia juga merindukan ibu dan ayahnya yang sudah lama tak ia kunjungi, tapi mereka juga tak minta dikunjungi seperti ibunya Khaotung.

----

Hujan tiba-tiba saja turun, padahal rencananya mereka akan pulang sore ini, tapi sampai malam pun hujan terlihat tidak akan mereda.

"Jangan."

Khaotung segera memundurkan dua langkah kakinya dari hadapan First. Dia ingin mendapatkan pelukan First, tapi belum juga tangannya melingkar First sudah mengusirnya.

Should I Call It Love? [COMPLETED]Where stories live. Discover now