10.

702 71 28
                                    

Happy reading!!

First bangun cukup terlambat hari ini. Biasanya dia bisa bangun tanpa alarm karena Khaotung yang bangun lebih awal akan membuat kegaduhan yang mana First pun bisa ikut terbangun juga. Tapi, kali ini alarm ponselnya harus berdering setiap 5 menit sekali untuk membangunkannya.
Kemudian saat dia terbangun, tak ada Khaotung disampingnya maupun di sekitar kamarnya.
Tadinya sih First pikir Khaotung ada di luar kamar, tapi ternyata dia memang sudah pergi lebih dulu, bahkan Khaotung tidak memberinya pesan apapun kemana dia pergi saat ini. Tidak biasa, karena Khaotung sering kali memberinya pesan jika dia harus pergi lebih dulu.

Setelah itu, First pun kembali ke kamar untuk membawa rokok dan korek apinya. Lalu pergi ke balkon apartemen dan merokok disana dengan keadaan masih baru saja bangun tidur.
Semalam pun First masuk ke dalam kamar, Khaotung mendiamkannya.
Padahal mereka berencana untuk bermain game, tapi entah bagaimana pertengkaran itu bisa terjadi Semuanya menjadi berbeda di pagi hari ini.

Keduanya tidak sekali dua kali bertengkar untuk sesuatu yang sepele seperti malam tadi, tapi sebelumnya First maupun Khaotung selalu menganggap itu angin lalu. Mudahnya, mereka akan melupakan pertengkaran setelah bangun dari tidur, tapi kali ini Khaotung yang pergi tanpa berpamitan membuat First ragu. Apakah mereka sudah baik-baik saja atau Khaotung masih marah dan kali ini butuh penyelesaian?

"Jun."

Bingung membuat First terpikirkan untuk meminta tolong pada Jun.

"Kau di rumah atau di klub?" Tanya First dengan asap mengepul dari mulutnya.

"Tidak, aku akan mampir ke rumahmu sebelum berangkat ke kampus."

Setelah itu, First pun melanjutkan kembali merokok dengan pikiran kembali tertuju pada Khaotung, dia akan menghabiskan satu batang rokok sebelum pergi menemui Jun untuk konsultasi.
.
.
.
.

Rupanya Khaotung pergi ke kampus lebih dulu, padahal jam kelas siangnya belum dimulai. Tapi, dia berdalih ingin menunggu View selesai dengan kelas paginya alih-alih mengatakan bahwa dia bertengkar dengan First makanya ke kampus lebih awal.
View pun yang merasa perjalanan cintanya dengan Khaotung berjalan lancar terlihat bahagia melihat pria yang ia suka sudah duduk di meja kantin setelah memberinya pesan 30 menit lalu bahwa dia berada disana untuk menunggunya.

"Untukku?" View melihat minuman kesukaannya di atas meja, dan dia tak tahan untuk bertanya pada Khaotung.

"Tentu, bagaimana kelasmu?"

View mengatakan jika dia tidak mengerti apapun hari ini. Yang jelas, dia senang karena ada Khaotung yang menunggunya di kantin seperti ini.
Sepertinya Jay benar, jika dia tak perlu khawatir bila First pun sudah mengaku sebagai gay padanya. Selama Khaotung dan dia saling menyukai, View hanya harus fokus pada kisah cinta mereka. Karena di dunianya, First hanyalah peran pendukung.

"Kupikir aku juga akan menunggu kelasmu selesai, apa yang akan kau lakukan setelah kelasmu selesai?"

"Tidak ada," jawab Khaotung. Katanya, dia hanya akan rebahan di apartemen First sampai menunggu malam hari tiba, dia malam ini akan kembali bekerja di klub Jun.

"Mau menunggu malam di apartemenku saja?" Tawar Khaotung.

Senyum terlihat muncul di bibir Khaotung yang saat ini perasaannya masih tidak karuan karena First, ia pun menganggukkan kepalanya tanda setuju bahwa dia akan pergi ke apartement View.

"Tapi, View. Apa kau sering bercerita tentang kita pada First?"

View menganggukan kepalanya. "Ini seperti dia bahkan tau lebih awal jika kita saling suka, jadi aku sering bertanya padanya tentang dirimu. Dia cukup asyik diajak bicara."

Should I Call It Love? [COMPLETED]Where stories live. Discover now