VI

822 113 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"APA tujuan lo ngasih tau gue hal ini?"

"Simple, gue cuma nggak mau liat Charley sakit hati karena Miko."

Orang yang menjadi teman bicaranya itu mendecih, "Lo orang terdekat Miko bukan, tapi kenapa lo malah kirim foto ini ke gue?"

"Dengan lo kasih foto ini ke gue, maka secara nggak langsung lo ikut andil dalam rusaknya hubungan mereka nanti."

"Terus apa pedulinya gue?" Tanyanya, lalu menghisap rokoknya. "Gue cuma mau Charley nggak berhubungan lagi dengan Miko, gitu aja. Dan lo juga yang punya niatan yang sama kayak gue, seharusnya fair-fair aja dong jikalau foto itu lo kirim ke Charley?"

Orang itu tertawa kemudian. "Asal lo lupa, mereka berdua juga bisa pacaran karena temen-temen lo bangsat!" Dia berdecak marah-- di karenakan sebuah fakta yang baru saja dirinya ketahui, lalu menatap tajam orang yang ada di depannya. "Nggak usah munafik, lo ngelakuin hal ini karena lo suka kan sama Charley?"

"Ya. Gue emang suka sama Charley!" Jawabnya cepat, menimbulkan decihan sinis dari lawan bicara. "Dan seharusnya lo berterimakasih sama gue karena udah kasih tau segala informasi mengenai kehidupan Miko sama lo. Dengan begitu, lo punya bukti yang kuat untuk pisahin mereka berdua nanti!"

.
.
.

Miko masih mematung di tempatnya.

Kakinya perlahan melemas, dengan detakan jantung yang perlahan mengencang akibat dentuman hebat dari perkataan seorang Charley yang sangat berefek besar untuknya.

Tak pernah terpikirkan dalam benak Miko jika Charley, orang yang dicintainya kini ingin memutuskan hubungan dengannya-- setelah satu tahun menahan diri dengan segala sifat buruk yang dia milikki.

Pemuda itu menggeleng cepat, refleks menarik tubuh Charley ke dalam pelukan dan memeluknya dengan erat-- sarat tak ingin melepaskan. Padahal baru saja dirinya ingin memperbaiki semuanya, tapi kenapa Charley secara tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan mereka?

"Kamu nggak salah ngomong kan?" Miko berusaha menahan isak tangisnya akibat pernyataan tersebut. Dadanya terasa sangat sesak sekarang, begitu sangat menyakitkan.

"Miko..."

"Bilang ke aku, kalo kamu salah ngomong!!" Miko memotong jawaban Charley. Dia kemudian melepaskan pelukan, lalu menangkup pipi sang gadis untuk menatapnya.

"Charley dengar! Aku tau aku salah selama ini, bahkan aku nggak pernah becus jadi pacar kamu. Tapi untuk putus? Aku nggak bisa!" Charley tertegun ketika melihat setetes air mata yang jatuh ke pipi Miko.

CHARMIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang