Empat

34 22 1
                                    

"Abang mana baksonya?"

Raihan yang sedang tertidur di sebuah sofa panjang berwarna navy merasa terganggu karena mendapatkan sebuah guncangan yang ternyata dari seorang anak kecil, yang merupakan adiknya.

"Sekarang jam berapa?" Suara parau Raihan terdengar oleh indera pendengaran sang adik.

Si adik yang mendengar pertanyaan Raihan segera menolehkan kepalanya dan melihat jam dinding yang berada di ruangan itu.

"Jarum panjang angka 4, jarum pendek angka 6!" Seruan sang adik seketika membuat Raihan terduduk dari tidurnya.

"Kagak sekolah lu tong?!"

"Ini udah rapi."

"Terus ngapain? Sana berangkat!"

"Bakso?"

"Mana ada orang jualan bakso jam segini! Berangkat sana lu! Nanti siang gua jemput, terus makan bakso dah!"

"Oke."

Adik Raihan langsung pergi meninggalkannya dan berjalan ke sekolah. Sekolah adiknya itu tidak jauh, dengan jalan kaki hanya memerlukan waktu 5 menit saja.

Raihan segera menidurkan dirinya lagu di sofa tersebut. Belum masuk ke alam mimpi, ia mendengar suara dari berbagai orang. Namun ia tetap tidak memperdulikan mereka semua. Raihan berusaha semaksimal mungkin untuk segera masuk ke alam bawah sadarnya.

Sepertinya usaha Raihan sia-sia, suara mereka terlalu keras. Bahkan salah satu di antara mereka bertanya kepada Raihan.

"Kamu gak punya kamar kah? Kenapa tidur disini?"

Pertanyaan itu tetap Raihan abaikan, suara perempuan itu membuat Raihan tidak berkata apa pun.

"Raihan! Saya ngomong sama kamu lho!"

"Biarin aja sih mi."

"Tapi Yan?"

"Mending sini mi, kita sarapan aja."

"Pi panggil mami gih."

"Reysa?"

Raihan merasakan wanita itu pergi dari sekitarnya. Ia tidak mau berurusan dengan siapa pun yang ada dirumah ini. Kecuali adiknya, Satria.

"Kamu bilang itu sama dia, jangan tidur di sofa, apalagi pagi-pagi seperti ini."

Suara seorang pria terdengar menyahuti perkataan Reysa itu. Mereka itu adalah keluarga Raihan, keluarga tiri. Orang tua Raihan sudah bercerai saat dirinya masih berada di bangku kelas 6 sekolah dasar. Hak asuh anak jatuh ke tangan sang papa yang bernama Arfan.

Bertahun-tahun Raihan tinggal bersama sang papa. Hingga di saat dirinya berusia 18 tahun, Arfan memilih untuk menikah. Wanita yang menjadi istri baru Arfan memiliki title single parent dengan 3 anak. Aryan, Fanya dan Deni, usia mereka terpaut antara 3 tahun.

Aryan yang tertua dan juga lebih tua dari Raihan. Fanya merupakan teman satu sekolah menengah keatas dengan Raihan, hanya saja mereka berbeda kelas. Fanya di kelas IPS dan Raihan di kelas IPA. Terakhir adalah Deni, dia memang jarang terlihat mengobrol dengan Raihan namun Deni cukup dekat dengan Satria.

Raihan hanya tidak suka orang baru saja. Maka dari itu dirinya tidak bisa dengan ibu dan saudara tirinya. Satria sendiri pun bukan orang baru, semenjak Raihan masuk ke SMA dirinya sudah pernah bertemu dengan Satria. Hingga setahun sebelum Arfan menikah dan disaat usia Satria ke 4 tahun, Raihan meminta Arfan untuk mengurus surat adopsi Satria.

Arfan tentu setuju saja, ia juga berharap bahwa sang anak setidaknya mempunyai teman ketika dirinya sedang sibuk dengan pekerjaan. Hubungan Satria dengan yang lain sangatlah baik, hanya saja memang Raihan yang menjauhkan dirinya.

Only Night || •TAMAT•Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt