Satu

49 28 5
                                    

"Rei nanti malem pada mau makan bareng nih, mau ikut?"

Seorang rekan kantornya yang bahkan Reina lupa nama orang tersebut mengajaknya makan bersama. Rekannya ini merupakan juniornya yang baru seminggu bekerja disini, tentu saja Reina lupa dengan namanya karena memang juga jarang berbicara.

Reina yakin ajakan itu hanya basa-basi, tapi sepertinya Reina cukup tertarik dengan ajakan tersebut. Lagi pula selama ini dirinya jarang sekali berkumpul dengan para rekan kantornya. Acara makan bersama pun lebih sering Reina lakukan jika itu jadwal dari kantor saja.

"Boleh."

Mendapatkan jawaban setuju dari Reina, orang tersebut memasang wajah kesal. Reina paham itu namun ia membiarkannya saja.

"Oh oke, nanti jam pulang kantor kita bareng ya." Mengatakan hal tersebut dengan nada yang dibuat seolah-olah ceria dan segera pergi meninggalkan Reina.

Posisi dirinya saat ini sedang ada di pantry dan tentu sedang membuat minumnya. Coklat panas adalah kesukaannya, awalnya ia ingin sekali membawa bubuk coklat itu ke kantor. Tapi karena bubuk coklatnya cepat sekali habis tanpa ia ketahui, akhirnya ia membawa sedikit-sedikit saja ke kantor. Reina tidak pelit, hanya saja ini masalah perizinan.

"Coklat panas Rein?" Suara bariton sedikit membuat Reina terkejut.

Dia teman kantornya, yang dulu juga merupakan teman masa sekolahnya. Semenjak sekolah dasar hingga menengah atas, lalu berpisah saat mereka memasuki masa kuliah. Namun kedua dipertemukan lagi di dunia kerja. Gilang, cowo yang Reina kenal mempunyai banyak penggemar.

Gilang bukan artis, hanya saja wajah dan tubuh proporsionalnya yang membuat para wanita jatuh hati. Reina hanya tahu secara singkat bahwa Gilang ini sudah memiliki kekasih yang merupakan teman kantor mereka juga. Satu lagi, hanya Gilang yang memanggil namanya dengan Rein.

"Uh? Iya, mau bikin kopi?"

"Iya nih, ngantuk."

Tak ada percakapan lagi, Reina yang sedang mengaduk coklat panas miliknya sedangkan Gilang sedang menuang air panas ke dalam cangkir yang berisi bubuk kopi.

"Ada kue di kulkas, itu punya Gita dan katanya boleh di ambil. Mau gak Rein?"

"Kue apa?"

"Kue tart."

"Gita ulang tahun?"

"Iya, kemarin anak-anak kasih surprise ke Gita kan. Ku gak ikut?"

Hanya gelengan kepala menjadi jawaban Reina atas pertanyaan itu. Gilang hanya menghembuskan nafasnya, setelah itu ia mengambil dua piring kecil dan tentu mengambil kue tersebut yang ada di kulkas kantor. Memotongnya lalu mengisi dua piring kecil tersebut dengan kue rasa coklat itu.

Gilang memberikan satu piring kepada Reina.

"Tapi gua gak ikutan patungan."

"Gapapa gua juga gak ikut Patungan, Gita bilang siapa aja boleh makan, dari pada di buang lebih baik kita makan."

"Makasih." Reina menerima piring tersebut dan langsung mengikuti Gilang untuk kembali ke meja kerja masing-masing.

Reina melihat Gita sehingga dia harus menghampiri wanita yang katanya kemarin baru saja berulang tahun.

"Gita, selamat ulang tahun. Maaf baru tau dan makasih kuenya, tadi diambilin sama Gilang."

Reina sekarang menjadi pusat perhatian dari seluruh karyawan yang ada di ruangan itu. Reina ini memang jarang sekali berbincang dengan karyawan yang lain kecuali saat membicarakan tentang pekerjaan saja.

Only Night || •TAMAT•Where stories live. Discover now