Dua

43 28 5
                                    

Pagi ini Reina akan segera berangkat bekerja. Tinggal di sebuah kontrakan yang dahulu menjadi tempat berteduh dirinya bersama kedua orang tua yang ia sayangi. Namun 2 tahun lalu orang tua Reina meninggal dalam kecelakaan tunggal. Hingga saat ini hanya dirinya yang masih bertahan.

Biaya kontrakan yang memang pantas di daerah kita Jakarta. Hanya ada 1 kamar, dengan ruang tamu dan ruang dapur serta kamar mandi dalam. Reina memilih bertahan disana karena ia yakin tidak ada sebuah rumah yang disewakan dengan harga yang cocok baginya.

Setelah membereskan sarapannya dan bekal makan siang. Reina segera keluar dari rumah dan berjalan menuju jalan raya besar yang jaraknya tidak jauh. Ia sudah menaruh note alarm di ponselnya, yang menandakan bahwa sepulang kerja ja harus pergi ke suatu pasar untuk membeli kebutuhan memasaknya.

Isi kulkas dan semua bumbu dapur serta kebutuhan kamar mandi, ternyata sudah mau habis. Reina harus segera mengisinya kembali. Dalam perjalanan Reina menuju kantor cukup lancar dan dirinya tidak telat untuk masuk kantor.

Bahkan pekerjaannya saat ini juga tetap lancar dan cepat. Sehingga sebelum jam makan siang, beberapa pekerjaan sudah ia selesaikan. Di saat jam makan saat, Gilang mengajak Reina untuk makan siang bersama. Namun hal itu di tolak Reina, karena ia sudah membawa bekal siang untuk hari ini dan akan makan di pantry saja.

Menikmati makan siangnya dengan dua office Girl, Reina makan tanpa banyak bicara. Sedangkan dua orang lainnya mereka sibuk makan sembari bercerita tentang kehidupan artis saat ini. Reina hanya mendengar saja tanpa ada niat untuk mengikuti arah pembicaraan tersebut.

"Mba Reina, emang jarang ngomong ya?" Salah satu dari office Girl tersebut bertanya kepada Reina.

Reina hanya melihatnya saja dan ia yakin bahwa yang bertanya itu merupakan karyawan baru.

"Kalau lagi makan mba Reina gak pernah ngomong, itu udah kebiasaan beliau." Temannya itu yang Reina kenal dengan nama Desi yang menjawab.

"Oalah, berarti fokus makan aja ya."

"Iya, dulu kamu kalau makan sambil ngomong gak?"

"Iya tapi abis itu kena omel sama Mama. Mama bilang gini, sebentar." Wanita itu merubah posisi duduk nya dan gestur tubuhnya seperti seseorang yang sedang marah.

"Kamu tuh! Makan dulu sampai habis baru ngomong!"

Desi tertawa dengan nada bicara temannya. Tak hanya sampai disana, temannya itu berkata hak lain lagi.

"Atau gini mba pas aku main ponsel. Dibilangin dablek banget nih bocah ya! Makan! Makan dulu baru main ponsel. Makan! Fokus sama tuh makanan kamu! Oalah anak gadis makan begini, cape Mama kasih tau kamu."

Reina sambil mengunyah makanannya, dirinya memperhatikan dua wanita yang ada di depannya. Ia memang tidak ikut berbincang dan hanya jadi pengamat saja.

"Tapi mba Reina tuh gak deket sama orang-orang kantor ya?" Lagi, pertanyaan itu ditujukan untuk Reina. Jawabannya hanya sebuah gelengan oleh Reina.

"Kenapa?"

"Gak perlu pake alesan sih, toh cuman rekan kerja jadi gak perlu dekat." Desi yang menjawab tapi itu disetujui oleh Reina.

"Oh iya sih, berarti mba Desi gak anggap aku teman dong?"

"Emang lu mau gua anggap apa? Kecoa?"

"Heheh."

Di saat Reina hampir selesai dengan makannya, ternyata Gilang sudah tiba dan memasuki ruangan pantry. Gilang baru saja masuk sudah di sapa oleh dua office Girl itu. Reina tau pria itu akan membuat secangkir kopi. Gilang hampir setiap hari membuat kopi, tetapi lebih sering di saat jam kerja coffe break. Tetapi Reina tadi menyadari bahwa jam tersebut Gilang sedang berkutat dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk membuat kopi.

Only Night || •TAMAT•Kde žijí příběhy. Začni objevovat