³√27 | Mencari 150 Telur Lalat

7 5 3
                                    

Dua puluh menit berlalu setelah melewati desa tepi kiri dan desa tik-tik, kini aku telah sampai di Desa Ajumaji. Desa yang dipenuhi puluhan lalat, bahkan telur lalat banyak yang pecah, namun aku merasakan kalau telur lalat berada pada wanita.

Kemudian aku siap hunt dari awal dengan menggunakan tiga skill yang ku dapat, demi mendapatkan 150 telur lalat.  Satu lalat dapat menghasilkan dua puluh exp, siapa sangka kalau aku malah up level 14. Aku tidak tahu apakah ini sekedar keberuntungan, lalu aku intip kembali untuk level 15 butuh 600 exp.

Lima belas menit kemudian, kini aku telah memperoleh sepuluh telur lalat dan tinggal 140 lalat lagi agar cepat selesai. Selama aku sibuk hunt, tiba-tiba Rafael level 14 datang menghampiri ku untuk mengajak duel dengan taruhan 1000 emas, sebenarnya aku tidak mau tapi Rafael sangat cerewet.

"Woy Zay, ayo kita duel. Lu berani nggak taruhan 1000 emas, kalau gue kalah lu dapat 2000 emas. Kalau gue menang, lu rugi 1000 emas,"  ajak Rafael.

"Ogah, aku mau up level aja. Males ladenin kamu, emas bisa dicari kalau hunt terus. Kalau duel dapat exp, mungkin aku mau." Aku menolak.

"Ah payah, bilang aja lu nob kan. Mana armor, baju dan pedang jelek." Rafael menyindir.

"Bodo amat, bisa diam nggak?! Atau aku pindah posisi dari tempat ini." Aku menahan emosi.

"Hahaha ... nob dasar akun bot, diajak duel malah baper."

Saking kesalnya dengan tingkah Rafael, kini aku mulai menerima tantangan Rafael untuk berduel dan taruhan 1500 emas.

"Kamu mau nggak taruhan 1500 emas, kalau nggak berani kamu sendiri yang nob. Ayo jangan diam saja!" ajak ku.

"Hmm ... siapa takut, akun bot lu gampang dikalahkan. Kalau kalah jangan  nangis yah." Rafael menyindirku.

"Siapa takut, ngapain mau nangis. Main saja belum."

Setelah kesepakatan duel taruhan 1500 emas, kini aku dan Rafael di bawah ke ruang arena. Sebelum memulai Rafael malah mengaktifkan semua skill assassin nya, kini darah ku tinggal setengah. Kemudian aku mengaktifkan HP sampai penuh.

Selepas terisinya HP, Rafael selalu menyerang ku dengan menghabiskan semua MP nya. Aku selalu menahan dan menghabiskan lima HP berukuran sedang.

"Ahh, payah lu kenapa diam saja. Mana skill kuat lu itu, tunjukkan kalau berani. Lah, MP gue malah habis!" kesal Rafael.

Selama Rafael meminum MP tiga botol, kini aku mulai bergerak untuk menyerang. Saat Rafael habis meminum MP, ia tidak sadar bahwa darahnya sudah setengah.

"Sialan, aku belum siap woy. Ini rasakan baj*Ngan!" kesal Rafael.

"Hahahaha ... nggak sakit, ambil ini!" Aku mengaktifkan skill kembali hingga darah Rafael tinggal sedikit lagi dan MP juga berkurang, hingga ia tidak ada kesempatan untuk healing.

"Ayo serang aku, kenapa kamu diam saja? Apa kamu takut. Ya sudah kalau kamu nggak mau nyerang, aku habisi aja yah, aku mau naikin level dulu."

"Tunggu, aku mau healing dulu."

"Terlambat!"

Kemudian Rafael kalah dan tubuhnya gosong. Kini ia kehilangan satu level dan 1500 emas.

"Bajingan!"

"Makanya, lain kali jangan ganggu aku hunt. Sudah hilang level, eh hilang emas lagi, kasihan."

"Lu curang!"

"Curang. Aku nggak curang, itu adalah teknik untuk mengalahkan musuh. Aku tahu kalau kamu itu kuat, tapi darah mu itu kecil bagiku dan mana mu lama untuk mengisi."

"Bacot, ayo duel lagi kalau mau."

"Males, pergi sana daripada kamu bangkrut gara-gara duel sama aku."

Kini aku pindah zona dan memilih hunt tempat lain, agar tidak diganggu oleh Rafael, kemudian aku blacklist akun Rafael.

Selanjutnya aku pergi kembali ke Desa Ajumaji, untuk mencari 140 telur lalat sesuai dengan keinginan Zoro. Kini HP ku tinggal 118 dari sebelumnya 121 dan MP ku berkurang satu dengan melayani Rafael, tapi aku senang emas ku bertambah dua kali lipat untuk membeli MP dan HP demi menaikan level secara bertahap.

Empat puluh lima menit berlalu, kini aku telah terkumpul 65 telur lalat, sekarang tinggal 75 telur lalat lagi dan aku sudah dua level — jadi level 15, lalu skill ku bertambah satu hingga menjadi empat. Mana skill empat cukup menguras banyak mana namun mampu menghabiskan lalat empat sekaligus, hingga berpeluang dua atau tiga telur lalat.

Lima belas menit selanjutnya, aku telah mengumpulkan 25 telur lalat hingga tersisa 50 telur lalat lagi, MP ku menguras banyak gara-gara skill baru. Selama aku sibuk hunt malam mulai larut dan telur lalat lebih banyak keluar di malam hari, demi mencari makan.

Melihat jumlah lalat bertebaran, membuat ku mendapat telur lalat secepat mungkin hingga waktunya, aku telah berhasil mengumpulkan 150 telur lalat selama satu jam lebih dan level ku sudah 17. MP ku juga tinggal 50 dan HP 100.

Kemudian aku bergegas pulang menuju Desa Azama, sebelum menghampiri Zoro. Aku pergi ke Toko Eli untuk menjual item yang masuk dalam inventori ku, lalu membeli MP 120 dan HP 20 dengan harga 2250 emas. Hasil jual yang kudapat 3000, jadi sisa emas 750.

Usai menjual dan membeli item, aku pergi menuju Zoro untuk menyerahkan 150 telur lalat.

"Selamat Malam, Zoro. Kini aku telah berhasil mengumpulkan telur lalat selama satu jam seperempat," sapa ku lalu menyodorkan telur lalat pada Zoro.

"Malam, wow aku tidak menyangka kalau bisa mengerjakan nya dalam sejam. Orang lain yang ku kerjakan sampai berhari-hari, baiklah sesuai kesepakatan sore tadi. Maka aku berikan 3000 exp, cincin dan kalung level 13," balas Zoro.

"Woahhh ... terimakasih banyak Zoro. Lain kali kalau kamu butuh tugas, panggil saja aku."

"Emang kamu mau mengerjakan tugas berat ku, kalau kamu mau. Besok pagi temui aku, ada misi yang lebih banyak dan klaim exp bisa sampai 5000-an serta item-item rare nan kuberikan pada mu." Zoro menantang ku.

"Wow ... aku terima kalau itu adalah tawaran mu, lagi pun aku sangat butuh level."

"Siap-siap, selamat malam anak muda. Semoga malam ini tidur nyenyak."

"Hahaha ... siap, malam juga Zoro. Sampai ketemu besok."

Selepas mengobrol dengan Zoro, dari level 17. Levelku bertambah menjadi 21 dalam sehari. Skill ku ke-lima juta terbuka dan lebih banyak menghabiskan mana dari skill ke-empat, beginilah menjadi seorang ksatria yang hanya kebal darah daripada mana. Namun ku sadari kalau tiap karakter baik ksatria, penyihir dan assassin punya kelebihan kekurangan masing-masing. Sebenarnya soal Assassin aku lebih banyak tahu, sebab sahabatku yang dulu adalah seorang Assassin.

Selanjutnya aku pergi ke Hotel Annora untuk bermalam, lagi pun mau up level di luar sana pada malam begini lebih ekstrim dibandingkan siang ke sore, mana level ku yang baru beranjak level 21 tidak bisa untuk menahan nya.

1:1000 Level Up for War Dewa (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora