22

264 49 23
                                    

Frostfire telah menceritakan segalanya kepada Glacier. Tentang kesalahpahaman antara Frostfire dan Supra. Tentang keterlambatannya. Tentang kenakalannya. Tentang semua masalah yang telah terjadi di dalam kehidupan seorang Frostfire. Seseorang yang setiap harinya masih bisa mengeluarkan tawa sekeras dan selebar Frostfire telah berhasil menipu semua orang. Memikul masalah sebesar itu seorang diri tanpa bantuan siapapun. 

Malam itu, dengan disaksikan oleh hujan lebat yang menenangkan jiwa, Glacier menatap wajah Frostfire bersamaan isak tangis yang kian mengiringi kehadirannya. Malam itu, Glacier bisa melihat topeng kehidupan Frostfire semakin rapuh oleh keadaan yang memaksakan dirinya untuk selalu bersikap baik-baik saja. 

Di antara kesunyian UKS, Glacier merenung di samping brankar di mana Frostfire terbaring lemah. Sesekali terdengar isak tangis yang tertahan darinya, mengingat seluruh cerita yang disampaikan oleh Frostfire malam itu sangat mengguncang jiwanya. Selama bertahun-tahun Glacier mengenal Frostfire, dia sama sekali belum pernah mendengar keluh kesahnya. 

Yang mereka ketahui, Frostfire adalah anak yang susah diatur, pembangkang, suka mencari keributan, dan anak yang suka sekali tertawa. Glacier sama sekali tak merasakan ada kejanggalan dibalik sifat tersebut, menganggap bahwa semua itu adalah hal yang sangat wajar. Sehingga Glacier dan Supra sama sekali tak pernah bertanya kepada Frostfire tentang apa yang telah dilaluinya selama ini. 

"Aku gagal ya?" gumam Glacier di tengah kesunyian, merasakan sebuah gejolak penyesalan yang hinggap di rongga dadanya.

Pintu ruang UKS terbuka, sedikit mengalihkan perhatian Glacier yang sibuk bergelud dengan pikirannya. Supra kembali menutup pintu itu rapat-rapat, melanjutkan langkah untuk mendekati Glacier yang terduduk di samping brankar Frostfire.

"Gimana keadaannya, Glac?" bersamaan dengan napas yang menderu, Supra melontarkan pertanyaan kepada Glacier. Bisa Glacier lihat bahwa raut wajah Supra saat ini terlihat pias serta khawatir.

"Kamu....habis lari-larian, Sup?" tanya Glacier balik. Sedikit tak percaya dengan apa yang saat ini Glacier lihat. Akhirnya setelah sekian lama, Supra terlihat mencemaskan keadaan Frostfire. Seperti sedang melihat Supra di masa lalu.

"Ck, nggak usah balik nanya. Gimana sih kok bisa jadi kayak gini? Gue lagi makan di kantin, anjir." Sewot Supra yang kesal terhadap Glacier, karena intonasi bicara Glacier itu mirip seperti meledek.

Glacier sekilas terkekeh, kemudian mengangguk pelan. "Ya begitulah, si Sai. Aku nggak tau gimana kronologi kejadiannya, aku tahu juga karena ada laporan keributan dari salah satu siswi."

"Terus, mereka baku hantam? Si Frost kalah?"

"Hhh, sayangnya Frostfire itu nggak ngelawan, Sup. Dia diem aja sambil duduk di lapangan, dia bener-bener dipermaluin. Bahkan nginget kejadian tadi aja, aku nggak tega banget loh. Sakit hati aku tuh."

Supra termenung sesaat ketika mendengarkan penjelasan Glacier. Tumben juga ya si Frostfire tidak melawan bahkan sampai dipermalukan seperti itu. Ekor mata Supra memicing samar ke arah Frostfire, memperhatikan anak itu yang saat ini tengah tertidur pulas. Seolah tidak ada beban.

Tanpa sadar, Supra mengeratkan kedua kepal tangannya. Rahangnya mengeras menahan amarah yang entah kenapa tiba-tiba merasuki hatinya.

"Sai, hah? Dia yang mulai duluan?"

Glacier kembali mengangguk, membenarkan. "Iya, dari yang aku dengar sih, memang Sai duluan yang narik Frostfire ke sana."

"Sialan banget tuh bocah, nggak bisa dibiarin."

Supra bergegas berbalik sembari melenggang pergi. Sebelum keberadaan Supra benar-benar menghilang dari pandangannya, Glacier cepat-cepat menarik tangan Supra untuk mencegah kepergiannya.

RUMAH TERKUTUKWhere stories live. Discover now