27

260 48 27
                                    

Hai hai, kembali lagi dengan aku. Author kalian yg paling kece badai pokoknya deh, udah siap baca kelanjutan cerita ini yg makin mencapai puncak konflik dan menuju ending?

Jangan lupa stok air putih sebelum baca ya, biar paham sama alurnya. Karena kalau kalian meleng dikit, beh otw ketinggalan buat memahami teori-teori yang terkandung di cerita ini. Karena sebelum aku nunjukin plot twist yg sangat woah, biasanya aku bakal ngasih aba-aba. Buat yg peka pasti paham, buat yg enggak ya....bakal kaget pasti wkwk...

Moga suka dan selamat membaca readersnya akuuuuhh....

****

"Dia kabur, Pan."

Kala itu, Sopan mendapatkan kabar mengejutkan dari Diana. Sebuah kabar yang bahkan sama sekali tak terpikirkan olehnya sejak awal. Sepasang matanya membulat, bersamaan dengan ekspresi kaget milik Sopan yang mendominasi. 

"Kabur? Kok bisa?" karena menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal, akhirnya Sopan bertanya. Melontarkan tatapan penuh kecurigaan.

Diana mengangkat bahu, menunjukkan mimik wajah tak bersalah. "Entahlah, Tante juga kurang tau. Tante cuma bilang sesuai sama arahan Ayah kamu, Sopan. Tapi, reaksi Frostfire aja yang berlebihan, maka dari itulah dia langsung lari dan kabur. Tante mau ngejar tapi dia larinya kenceng banget dan kebetulan juga mendung. Jadi, Tante nahan diri buat nggak ngejar."

"Cih, Tante pasti berlebihan. Tante tahu kan rencana Papa itu bagaimana? Di sini, kita bukan mengincar Frostfire, tapi--"

"Tante tahu, Sayang. Udah ah, kamunya jangan terlalu khawatir. Paling sekarang adik kamu itu lagi main ke rumah temannya, toh dia udah dewasa juga. Pasti tau akan bertindak seperti apa kan." Diana memotong kalimat Sopan secara tidak elit, sama sekali tak memberikan waktu agar menyelesaikan ucapannya. 

Mendengar bantahan itu, Sopan refleks mendengkus kesal. Dari zaman dahulu kala, Sopan memang tak pernah menyukai Diana. Entah kenapa Diana itu seperti manipulatif dan licik. Sebisa mungkin Sopan tak ingin berlama-lama mengobrol dengan wanita tersebut. Membuang tenaga dan tidak ada gunanya juga. 

Sopan terdiam lantas bangkit dari tempat duduknya, ingin melangkah memasuki kamar yang diduga adalah kamar milik Frostfire. Namun, lagi dan lagi, pijakan langkah kaki Sopan terhenti di saat Diana kembali mengeluarkan suaranya.

"Eh, kamu mau ke mana, Sopan?" Diana ikut berdiri, menatap punggung Sopan yang saat ini tengah membelakangi dirinya.

"Ke kamar Frost," jawab Sopan singkat, padat, dan jelas. Bahkan seharusnya pun Diana mampu menebaknya dengan mudah, kecuali kalau wanita itu hanya sebatas berbasa-basi saja. 

Diana terkekeh kikuk, kemudian menyusul posisi Sopan. Menepuk salah satu bahunya, "jangan masuk ke sana. Soalnya kamar Frostfire itu kotor banget, Tante aja nggak kuat ngeliatnya. Sama sekali nggak terurus, lebih baik kamu di sini aja ya sama Tante Diana? Lagi pula mau ngapain sih masuk ke sana segala, nggak akan ada apa-apa juga."

Sekali lagi, Sopan kembali terdiam. Sebenarnya dia enggan ya untuk menimpali kata-kata yang diucapkan oleh Tantenya itu, tapi Sopan juga sedikit kesal jadinya. Untuk apa sih Diana melarang Sopan untuk memeriksa kamar Frostfire? Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa pula dia dilarang? Toh, rumah ini juga sempat menjadi miliknya, jadi Sopan pun memiliki hak untuk masuk ke dalam.

"Memang kenapa, Tante? Saya salah ingin masuk ke kamar adik sendiri? Lagi pula mau apa saya masuk ke dalam juga bukan urusan, Tante." Jawab Sopan menggunakan intonasi suara ketus, dia tidak suka ditanya-tanya. 

RUMAH TERKUTUKWhere stories live. Discover now