19

275 49 20
                                    

Sidersnya parah ih, sini ku sembelih:(

****

Beristirahat dari lelahnya kehidupan adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan. Namun sayangnya, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk itu. Salah satunya adalah Glacier.

Kalian pasti kenal, kan?

Siswa paling gemilang dan harum namanya yang senantiasa dipuji oleh semua orang di setiap kali melihat sosok Glacier. Glacier yang memiliki perawakan sedang, kulit putih pucat, rambut kecoklatan, dan sorot mata tenang.

Glacier juga terkenal dengan kemurahan hati serta kelembutan dalam bersikap. Maka tak heran, jikalau banyak perempuan yang ingin mendekati Glacier untuk dijadikan pasangan hidup. Intinya, semua orang menyukai sosok Glacier.

Malam ini turun hujan. Tidak terlalu deras, hanya sebatas gerimis rintik-rintik. Sembari mengamati pergerakan langit yang suram, Glacier menutup jendela kamar kost miliknya. Air gerimisnya mulai merembes masuk mengenai meja belajar karena terbawa angin, sedikit membasahi beberapa buku yang berada di atasnya.

"Hhh, udah jam delapan ya?" di antara keheningan yang menghiasi, Glacier bertanya dalam diam. Melirik sekilas kepada jam dinding yang menggantung di sana.

Tengah asik melamun, ponsel milik Glacier bergetar. Memancarkan cahaya yang cukup terang dari layar ponsel. Sebuah nama tercetak di sana, menampilkan nama seseorang yang sangat Glacier kenali.

Glacier meraih ponsel tersebut, membuang napas pelan sebelum dia benar-benar memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, Ummi?" panggil Glacier dengan suara yang amat lembut, berusaha untuk memanggil lawan bicaranya.

Lengang sejenak. Tidak ada suara apapun. Lagi-lagi seperti ini.

"Ummi? Ummi mau bicara apa? Glacier ada di sini kok," ucap Glacier seraya menjelaskan. Seolah ingin memberitahu bahwa yang tengah berbicara dengan Ibunya saat ini adalah Glacier.

Tak ada jawaban atau sahutan yang menyambut pernyataan Glacier. Tanpa sadar, Glacier kembali menghela napas lelah. Dia harus sabar, memang membutuhkan banyak proses bagi Ibu Glacier untuk mengenali anaknya lagi.

Setelah kejadian buruk yang menimpa keluarga Glacier satu tahun lalu, Ibu Glacier mengalami syok yang berlebihan hingga akhirnya dia sama sekali tak mampu untuk mengenali Glacier lagi.  Dia menganggap bahwa Glacier yang saat ini sedang berada jauh dari kampung halaman bukanlah anaknya, tetapi hanyalah orang asing.

Kali ini, Glacier terdiam. Dia tak berbicara lagi, menunggu si lawan bicara menyahut.

"Ah, maaf, Glac. Lagi-lagi dia nggak mau bicara sama kamu," seseorang akhirnya menjawab. Lebih tepatnya memberikan kabar buruk kepada Glacier.

Ponsel sang Ibu telah berpindah ke pihak lain, seorang dokter psikiater. Dokter itu adalah orang yang menemani Ibu Glacier untuk menjalani berbagai terapi sekaligus sebagai penjaga.

"Iya, Tante. Nggak papa kok, udah biasa juga. Gimana sama keadaan Ummi? Apa ada tanda-tanda yang nunjukin kalau terapinya berhasil?"

"Hhh, sebenarnya belum ada sih, Glac. Ummi kamu ini benar-benar bebal sekali, susah dibilangin. Ingatannya pun masih sepenuhnya hilang, dia sama sekali belum ingat apapun tentang keluarganya atau urusan yang lain. Kamu yang sabar ya? Terapi yang dijalani ini memang tidak sepenuhnya bisa berhasil tapi akan ada kemungkinan besar. Jadi, lebih baik bersabar dulu ya?"

RUMAH TERKUTUKWhere stories live. Discover now