16

242 49 13
                                    

Baru tiga hari nggak up rasanya kek dah lama bgt wkwk...

Kl mau baca minimal vote yaw.

****

Hari ini, Supra memutuskan untuk membolos. Dia sama sekali tak berminat bangkit dari tempat tidur. Sedari pagi, dia masih berada di atas sana tanpa beranjak. Para pelayan yang bertugas melayani Supra terheran-heran dengan perilaku majikannya tersebut. Dia menolak keluar, menolak segala hidangan makanan yang dibawakan oleh para pelayan. Bahkan untuk menjawab panggilan pelayan saja, Supra hanya menggunakan gumaman pelan. 

Entah apa penyebab dari perangai Supra sampai galau seperti itu. Biasanya sih kalau Supra sudah memutuskan untuk mengurung diri atau menjauhkan diri dari orang lain, itu artinya ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Supra. Apapun itu, entah yang sepele ataupun serius dan kalau Supra sudah galau maka rumah itu akan mendapatkan masalah. 

Bunyi bel menyapa rumah tersebut, mengejutkan para pelayan yang lain dan bergegas membukakan pintu untuk sang Majikan. 

"Tuan Besar, selamat datang." Pelayan itu mengulas senyuman ramah, tubuhnya perlahan membungkuk sembari memberikan hormat. Kemudian memberikan jalan agar majikannya bisa lewat. 

"Dimana dia?" menatap pelayan menggunakan tatapan tegas, lelaki paruh baya dengan setelan jas yang menghiasi pun bertanya. 

"Tuan Muda sedang di dalam kamarnya, Tuan. Sejak pagi, Tuan Muda tidak mau keluar. Sudah diantarkan makanan pun, Tuan Muda enggan membukakan pintu. Maaf Tuan Besar, kalau kami mengganggu waktunya karena--"

"Tentu saja sangat mengganggu," potong sang Majikan cepat. Membuang napas kasar seraya memijat pangkal hidung yang berdenyut nyeri, dia melemparkan sorot mata tak suka. "Untuk selanjutnya, jangan hubungi saya kalau tidak ada urusan yang sangat mendesak. Paham?"

"Pa-paham Tuan, maafkan kami." 

Lelaki paruh baya tersebut melengos angkuh, kemudian melanjutkan pijakan kaki yang sempat tertunda. Langkah demi langkah, ia hentakkan menuju lantai ketiga. Tempat dimana kamar Supra dan ruangan pribadi lainnya berada. Setelah tiba di depan pintu Supra, dia pun mengetuk cepat diiringi oleh gerakan kasar. 

"Supra, buka pintunya!" 

Di dalam kamar yang hening, sepasang kelopak matanya terbuka langsung dikala Supra mendengar suara Ayahnya. Tunggu sebentar, apakah itu sungguh suara Ayahnya?

Mendadak tubuhnya menegang. Kepala Supra refleks menoleh kepada pintu kamar yang terkunci, melontarkan ekspresi takut. Tanpa sadar, Supra menelan salivanya dengan susah payah. Kalau Ayahnya berada di rumah, itu artinya dia ketahuan membolos dong?

Kalau ketahuan membolos, itu artinya dia akan....

"Supra!" panggil Ayahnya lagi dari balik pintu. Kali ini, nada suaranya sudah terdengar dingin. 

Supra memaki dalam diam, merutuki perbuatannya sendiri yang terbilang bodoh. Sudah tahu dia dikelilingi oleh mata-mata berjalan, masih saja berulah seperti ini. Tentu saja Ayah Supra akan mengetahuinya kalau dia memutuskan untuk membolos. 

Segera bangkit dari atas ranjang, dengan gerakan pelan Supra membuka pintu tersebut. Bersamaan dengan bawah bibir yang dia gigit, Supra menahan napas. Ketika pintu itu terbuka penuh dan menampilkan wujud Ayahnya, sebuah benturan keras menghantam pipi bagian kiri Supra beserta makian yang telak membuatnya semakin membeku di tempat. 

RUMAH TERKUTUKWhere stories live. Discover now