#9 Penanda Luka Setragis Ini

0 0 0
                                    

Wahai Sang yang aku puja
Wahai yang aku dambakan
Apa kabar Sang pemilik hati
Sang pemikir rindu didada

Aku mendambakanmu
Aku ingin mengecupmu dengan sangat dalam
Sampai rasanya ruhmu tersentuh
Sampai rasa rindu terseduh

Bagaimana rasanya berkaca sambil menatap gadismu
Saat kau tau pantulan diriku menangisimu
Bagaimana rasanya tertawa di landang pasir yang berangin?

Landasan yang tak pernah mau kau jajah
Apakah persembahan kota ini tak dapat memikat hatimu?
Apakah kesempatan berpesta untuk hidup tak menjadi jaminan yang menyenangkan
Daripada menerobos hujan untuk mati?

Apa salah aku yaa wahai pangeran pemilik perayaan awal dekade ini?
Kau menelantarkanku dijalanan yang aku persembahkan untukmu?
Apa teganya kau berdansa dengan permaisurimu
Saat gundikmu mati nelangsa di pintu masuk kastilmu

Apa boleh sekejam ini raja?
Kau hanya butuh sekejap untuk menghancurkan langit malamku
Apakah landasan pacuan kuda ini menyudutkanmu?

Apakah boleh sebodoh ini yang mulia?
Kehilangan diriku atau kehilangan cintamu
Apakah boleh senelangsa ini wahai pemilik negri?
Apakah ridho menelantarkan rakyat Sang pemuja ini?

Apakah permaisuri semegah itu sampai kau tak dapat berpaling?
Apakah permaisuri itu menari di bara api, sepertiku?
Dia melihatmu yang mulia, mengejarnya dalam kesengsaraan

Apakah egomu tak dapat mengalah dari milikku?
Tinggalkan lah sang permaisuri untuk lari bersama pendosa ini

Jangan kau lipur laramu raja
Cukup jadikan dia ibu suri
Lalu kau akan berkendara bersama aku di atas sepatu butut dengan tangan berpengang
Menikmati semua senja di langit malam
Hiruk piruk perayaan yang sampai ke hati

Tapi sang penanda luka yang paling terang
Mau kah kau berpaling?
Sang penanda luka setragis ini
Maukah kau menangisiku?

14:45
29 Sep 23

Jalanan Kota HampaWhere stories live. Discover now