03

7K 437 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


.


.


.


.

Sinar matahari mulai memasuki kamar Al melalui jendela yang sedikit terbuka, Al yang terganggu pun membuka matanya.

Al melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 06.35 pun segera bangkit dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat memasuki kamar mandi Al melihat matanya yang bengkak, mungkin ini efek dari ia menangis semalam. Tak ambil pusing Al langsung membersihkan dirinya.

Selesai memakai seragam Al pun segera turun untuk berangkat ke sekolah, saat turun ia melihat keluarganya yang sedang sarapan dengan tenang tanpa dirinya, Melihat itu Al hanya diam dan berjalan melewati ruang makan tanpa sepatah kata pun. Sebenarnya ia lapar tapi karna ia sedang mendapatkan hukuman jadi mau bagaimana lagi ia tahan saja rasa laparnya itu dan segera pergi ke sekolahnya.

Melihat Al yang pergi semuanya tampak acuh dan meneruskan sarapan mereka kecuali Chris. Tidak tahu kenapa Chris merasa khawatir dengan adiknya itu. Semenjak kemarin sore ia selalu memikirkan adiknya yang satu itu.

"Apa yang kau pikirkan Chris? Lanjutkan sarapanmu" ucap sang kepala keluarga yang melihat anaknya itu tidak melanjutkan makannya.

Mendengar perkataan daddy nya itu Chris tersadar dan meneruskan sarapannya yang sempat tertunda.

⚘️⚘️⚘️

Disisi lain Al sudah berada di dalam kelasnya, Al menidurkan kepalanya di atas meja sambil menunggu bel berbunyi. Al merasa lapar ia ingin membeli makanan di kantin tapi ia tidak punya uang, ingat saat ini ia sedang di hukum.

Saat akan menutup mata Al merasakan ada seseorang yang mengelus kepalanya seketika Al mendonggak dan melihat Gio lah yang mengelusnya. "Loh ngapain abang ada disini?" Tanya Al bingung karena Gio berada di kelasnya.

"Ga ada abang mau lihat adik abang ini aja" ucap Gio yang masih mengelus kepala Al sayang. "Al udah sarapan belum? Kalo belum ayo sarapan bareng abang" ucap Gio lagi.

Mendapat tawaran Gio dengan cepat Al menolak, "Al udah sarapan kok abang" ucap Al namun beberapa detik kemudian perut Al berbunyi menandakan bahwa ia belum sarapan dan ia lapar.

Mendengar perutnya berbunyi Al yang merasa malu langsung menundukkan kepalanya, kenapa perutnya ini tidak bisa di ajak kompromi sih. Gerutu Al dalam hati, Ia kan jadi maluu.

Melihat Al yang malu Gio pun tertawa, kenapa makhluk di depannya ini sangat menggemaskan. "Udah ayo sarapan bareng abang keburu nanti bel" ucap Gio sambil mengangkat kepala Al agar melihatnya.

"Al ngga punya uang abang" ucap Al sambil menatap Gio, "kalau masalah itu biar abang yang bayar, yaudah ayo" balas Gio sambil menggandeng tangan Al menuju kantin.

Saat di depan kelas mereka bertemu dengan Ayyara yang baru datang bersama Edwin yang berada dibelakang Ayyara.

Edwin yang melihat temannya di kelas adiknya merasa bingung dan lagi kenapa temannya itu menggandeng tangan si pembunuh itu. "Apa yang kau lakukan disini gio?" Tanya Edwin penasaran.

Gio yang mendapat pertanyaan dari temannya itu hanya membalas singkat "aku hanya ingin bertemu adik ku" Mendengar balasan temannya itu Edwin semakin bingung, ada apa dengan temannya ini. Kenapa ia menyebut pembunuh itu adiknya.

"Apa kau sedang bercanda? Kenapa kau menyebut pembunuh itu adikmu?" Kata Edwin sambil menatap Al dengan tajam. Al yang mendapat tatapan itu hanya menunduk. Ayyara yang masih berada disana hanya menatap mereka dengan polos atau sok polos? Ntahlah.

"Bisakah kau tidak menyebutnya pembunuh dia ini mempunyai nama dan juga dia ini adikmu kalau kau lupa" ucap Gio dengan sinis, Gio merasa kesal dengan temannya ini kenapa dia bersikeras sekali menuduh Al tanpa bukti.

Ya Gio tau masalah keluarga Smith, itu karena keluarga mereka memang dekat atau bisa dibilang orang tua mereka itu sahabat. Jadi ia mengetahui dari orang tuanya.

"Tidak sudi aku mempunyai adik pembunuh sepertinya, adik ku hanya Ayyara tidak ada yang lain" Mendengar perkataan abangnya itu Al sebisa mungkin menahan tangis, apakah sebegitu benci abangnya ini kepadanya.

Gio yang tahu kalau Al sedang sedih dengan segera membawa Al meninggalkan Edwin dan Ayyara begitu saja, tapi sebelum melewati Edwin Gio berbisik "Kau pasti akan menyesal" setelah itu ia benar-benar membawa Al pergi dari sana.

Mendengar itu ntah kenapa Edwin merasa kesal dan meninggalkan Ayyara yang sedang memanggilnya, melihat abangnya yang mengacuhkannya Ayyara menjadi marah, "Awas saja kau Al" setelah itu ia masuk kedalam kelasnya.

⚘️⚘️⚘️

"Udah ga usah dipikirin ucapan Edwin tadi, segera makan sarapan mu" ucap Gio yang melihat wajah Al yang murung.

"Iya, makasih abang" ucap Al sambil memakan sarapannya. Gio tersenyum dan segera memakan sarapannya juga.

Saat selesai sarapan Gio mengantar Al ke kelasnya. "Pulang nanti bareng abang, tidak ada penolakan" Mendengar itu Al hanya mengangguk, abangnya ini suka sekali memaksa.
















TBC

NOTE:

Ga nyangka ada juga yang baca cerita ini😭💗 makasih loh yaa buat yang udah votement~~

Maaf juga kalo chap kali ini pendek.

Sampai nantii👋




A Real DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang