Prologue | Memeluk Rasa Sakit

91 12 1
                                    

Author Notes
Atention

Halo temen-temen!!
ini cerita pertama saya dalam wattpad sebagai author.

Sebelum membaca ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Tegur dan koreksi saya dengan baik dan santun apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, penggunaan kata (PUEBI) dan semacamnya yang ada pada setiap chapter. Dan temen-temen boleh berbagi pikiran di kolom komentar mengenai cerita ini, dengan senang hati saya akan keep dan senantiasa selalu perbaiki dan tingkatkan kualitas plot yang akan datang.

2. Alur cerita hanya fiksi dengan genre fiksi remaja - angst (+13) dan setiap adegan buruk dalam cerita tidak untuk ditiru.

3. Visual, nama dan karakter tokoh hanyalah imajinasi saya, mohon dimaklum jika ada kesamaan, semuanya bukan lah kesengajaan.

3. Jadilah pembaca yang bijak, ambil nilai-nilai positif, dan buang hal - hal negatif atau buruk dalam cerita, jadikan semua nilai nilai dalam cerita sebagai pelajaran.

4. Mohon bantuan temen-temen semua untuk terus dukung cerita ini di setiap chapternya. Berikan vote, komentar yang baik dan share cerita ini kepada orang terdekat kalian, karena hal kecil untuk kalian bisa menjadi hal yang sangat berharga untuk orang lain.
Terima kasih

Jangan lupa untuk follow akun Instagram
@dellunaseven_ (write space)

Jangan lupa untuk follow akun Instagram @dellunaseven_ (write space)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Enyoy reading

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

PROLOGUE

Seberapa kuat dan kokoh fisik seseorang tidak bisa menjamin berapa banyak luka tak terlihat yang bersarang dalam tubuhnya.

Terlepas dari banyaknya luka yang terlihat. Luka yang tak kasat di pandang justru lebih menyakitkan dan kekal dirasa.

Hakikatnya rasa sakit biasa diarasakan oleh makhluk hidup, pun layaknya kita sebagai manusia normal yang diciptakan untuk bisa merasakan rasa sakit, suatu hasil dari luka yang didapat.

Rasa sakit bisa menyerang siapa pun sebagaimana nyata adanya dapat dirasakan, walau tak nampak.

Namun aku, dia, dan sedikit orang di luaran sana memilih untuk tak merasakan rasa sakit. Mungkinkah aku, dia, lalu sedikitnya orang di luaran sana tidaklah normal? Sebab kami tak merasakan rasa sakit itu?

Lalu.

Tidak ada seorang pun yang benar-benar ingin mati. Mereka hanya lelah dengan keadaan lalu tak tahu cara beristirahat sebab dunia tak pernah membiarkan itu terjadi.

Mereka memilih untuk mati sekedar untuk mengehentikan rasa sakit yang dirasakannya, sebab mereka tak tahu bagaimana caranya untuk menepis rasa sakit itu, dan memilih untuk menghentikan semua itu. Dengan menghabisi hidupnya di tangannya sendiri.

Namun, aku tak membenarkan tindakan seperti itu.

Meski aku pun berada dipenghujung pilihan, antara menyerah atau bertahan dengan membawa luka.

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

·:*¨༺ ༻¨*:·

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Memeluk Rasa SakitWhere stories live. Discover now