Chapter 3

271 32 4
                                    

Hello~~~~ Welcome back to my fanfiction.
Kasih like sama commentnya dong biar makin semangat buat nulisnya.

Kelopak mata yg terbuka perlahan, menampilkan netra (Eyecolor) milik seorang wanita yang kini telah menyandang marga Mikage. Dia bangkit dan sedikit melakukan peregangan tubuh sembari mengumpulkan kesadaran. Dia menengok kearah samping kasur, lebih tepatnya di depan lemari pakaian, dimana terdapat suaminya yang telah rapih memakai pakaian olahraga dengan lambang klubnya, Manshine City. Kedua kelopak mata (Name) mengerjap.

"Loh Reo sudah mau pergi latihan? Padahal kita baru sampai di sini tengah malam tadi" tanyanya.

Reo menoleh pada istrinya.
"Pelatih hanya memberi jadwal cuti selama 5 hari. Jadi ya, aku harus pergi latihan sekarang" ucapnya.

"Kalau begitu biar kubuatkan sarapan dulu" ucap (Name) sembari bergegas bangkit.

"Tidak usah, aku bisa sarapan di kantin asrama nanti" ucap Reo tanpa menatap istrinya, tangannya sibuk menyiapkan barang-barang yang harus dibawanya kedalam tas.

Setelah selesai dia mendekat kearah (Name) dan menggenggam tangan kanan istrinya tersebut dan membuat semburat merah tipis muncul di pipi wanita itu. Reo merogoh saku celana training yang dipakainya, mengambil sebuah kartu berwarna hitam mengkilap dan menaruhnya di telapak tangan (Name). Wanita itu sedikit melongo karenanya. (Name) juga termasuk golongan berada, namun jika dibandingkan dengan keluarga Mikage memang masih bisa dikatakan berbeda golongan.

"Gunakan kartu ini semaumu" ucap Reo, dia melepas tangan (Name) kemudian memakai jaket klubnya dan meraih tasnya.

"Aku berangkat"

Reo pergi meninggalkan istrinya yg masih terpaku menatap kartu hitam ditangannya. Kesadaran (Name) baru pulih setelah mendengar suara pintu pintu masuk yg ditutup oleh suaminya.

"Sebaiknya aku membereskan barang-barangku dulu" ucapnya kemudian mulai membuka satu-persatu koper dan tas yang mereka bawa dan menatanya dengan rapih di tempatnya.

Setelah selesai dengan barang bawaannya, ia menelusuri setiap sudut apartemen sambil membersihkannya dari debu. Padahal mereka punya cukup uang untuk membayar pembantu, namun (Name) memang bersikeras untuk melakukan semuanya sendiri.

Begitu selesai bersih-bersih dia kemudian membersihkan tubuhnya yang lengket karena keringat. Dan membuat pancake untuk sarapan sembari bekerja. Semenjak orang tuanya meninggal, ia lah yang harus meneruskan perusahaan milik orang tuanya mengingat bahwa ia merupakan pewaris satu-satunya. Dia mengerjakan semua berkas dan dokumen perusahaan secara online, sisanya diserahkan pada wakilnya yang merupakan orang kepercayaan ayahnya dibawah pengawasan ayah mertuanya.

(Name) begitu fokus bekerja hingga tak menyadari langit yang telah menggelap.

"Oh aku harus membuat makan malam" gumamnya kemudian merenggangkan tubuhnya berusaha melemaskan otot-otot tubuhnya yang kaku karena duduk di depan laptop selama berjam-jam.

(Name) yang baru akan memakai apron, terhenti ketika mendengar pintu depan yang terbuka dan memunculkan sosok pria berambut ungu, suaminya. Dia pulang membawa beberapa kantong yang sepertinya berisi makanan. (Name) mendekat menghampiri suaminya.

"Kau sudah pulang?" tanyanya.

"Ya" Reo menjawab singkat, lagi-lagi tanpa menatap (Name). (Name) merasa nyeri di hatinya karena hal tersebut.

Reo menyerahkan bungkusan yang dibawanya pada (Name).
"Hari ini tidak perlu memasak. Kau juga pasti lelah karena beres-beres kan?" ucapnya.

(Name) tersenyum dan mengangguk. Dia bersyukur karena suaminya perhatian dan bersikap baik padanya meski pria itu tidak mencintainya. Hal kecil seperti itu sudah cukup untuk membuatnya merasa senang.

to be continued~~~

kalau penasaran apartemen mereka tuh gimana bentukannya. Kek gini

Sorry, i love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang