Bab 5 (Menjaga Jarak)

20 11 5
                                    

Sejak dua hari yang lalu, setelah aku mendengarkan cerita dari Niffa tentang wajahnya hari itu, aku jadi semakin geram kepada Baim dan juga Niffa. Aku kesal, kenapa Baim selalu mengambil opsi memukul Niffa hanya karena kesalahan sepele yang Niffa buat dan aku juga kesal kenapa Niffa masih mau bertahan dengan Baim padahal dia tahu Baim seperti apa.

Sekarang, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan hanya untuk sekedar menghajar balik Baim atas perbuatannya kepada Niffa pun aku sudah tidak bisa sebab Niffa melarangku untuk membalas pukulan-pukulan yang Baim berikan kepadanya, katanya Atta sudah menghampiri Baim sore hari itu, dia tidak terima kakaknya dipukuli dan Atta langsung menghampiri Baim.

"Anjir banyak nyamuk amat."

Aku nyaris berdecak saat melihat Yasa yang terus-menerus menepuk lengannya. Padahal aku sudah mengatakan padanya agar dia tidak usah mengikutiku untuk mengawasi Niffa dari jauh, tapi dia kekeuh memilih untuk mengikutiku jadi terima saja akibatnya.

Aku berada dipinggir jalan, disebuah ruko yang sudah tutup, aku dan Yasa duduk mengampar disana. Aku masih memperhatikan ruko tempat Niffa bekerja, toko pakaian wanita itu sedang bersiap-siap untuk tutup. Biasanya aku akan mengamati Niffa dari halte, tapi halte terlalu jauh saat ini untuk memperhatikan Niffa jadi aku memilih ruko di sebrang ruko tempat Niffa bekerja untuk menungguinya.

Aku menghirup oksigen yang tercampur polusi dan menghembuskannya. Lalu berdecak, saat lagi-lagi aku mendapati Yasa yang bergerak dengan berisik seraya terus menepuk-nepuk anggota tubuhnya yang digigit oleh nyamuk. Cowok itu memang tidak bisa diajak menjadi susah, ada saja tingkahnya.

Tidak mau terlalu memperdulikan Yasa, aku lebih memilih mengeluarkan rokok dan pematiknya dari dalam saku jaketku. Aku tidak menawarkan Yasa tapi cowok itu dengan cepat mengambil satu batang rokok dari dalam bungkus rokokku kemudian menyalakannya, kami masih harus menunggu disini sampai jam sebelas lewat tujuannya hanya agar aku tahu kalau Niffa baik-baik saja dan agar aku tahu siapa yang menjemput Niffa malam hari ini.

Jalanan Jakarta sudah cukup sepi, tidak banyak orang yang berlalu-lalang membuat aku lebih mudah mengawasi keadaan toko disebrangku. Aku melihat ada beberapa pemulung yang lewat, ada juga tukang gorengan dan sekoteng yang sedang mengobrol, pun dengan sebuah mobil sedang berwarna putih yang sejak tadi berdiam di depan ruko tempat Niffa bekerja juga tidak luput dari pandangan mataku.

Kuperhatikan lagi mobil itu, ketika Niffa keluar dari rukonya dan sedang mengirim pesan yang entah kepada siapa, seseorang dari dalam mobi itu keluar dan menghampiri Niffa. Dia menggunakan hoodie hitam, topi hitam dan masker berwarna hitam pula. Membuat aku tidak bisa mengenali wajahnya namun ketika dia menghampiri Niffa dan Niffa mulai merasa tidak nyaman serta kulihat sekarang mereka sedang berdebat kecil aku tahu siapa laki-laki itu, laki-laki yang memakai pakaian serba hitam malam hari ini.

Dia adalah Baim.

"Tau nggak Yov, gue pernah baca cerita hidayah, ada orang yang mati mengenaskan karena terlalu banyak gengsi semasa hidupnya."

Aku memilih untuk tidak langsung menjawab pertanyaan Yasa, mengabaikan kata-kata itu aku kembali menatap ke depan sambil terus memperhatikan kedua orang yang sedang beradu argumen itu. Harusnya Niffa dan Baim malu berdebat didepan umum dan diperhatikan oleh teman-teman kerja Niffa, tapi sepertinya memang tidak pernah ada kata malu bagi mereka.

Melempar rokokku yang tinggal setengah ke pinggir jalan, aku bangkit berdiri bersiap untuk menyebrangi jalan namun tanganku ditahan oleh Yasa.

Aku menunduk, lalu menepis tangan Yasa.

"Biarin aja."

Aku memang berniat membiarkan mereka, tapi risi juga lama-lama melihatnya.

Menekuk kaki kembali untuk ikut berjongkok disamping Yasa, menyugar rambutku dengan sedikit kesal i'm fine but Ya Allah Astaghfirullah Allahu Akbar kenapa perempuan yang aku sayangi harus diperlakukan seperti itu oleh orang lain? Kalau memang dia tidak bisa membahagiakan Niffa setidaknya perlakukan lah Niffa dengan baik.

KhaniffaWhere stories live. Discover now