❇ | extra chapter

26.6K 1K 54
                                    

‧°𖦹。⋆Brother in Law Zone⋆。𖦹°‧

7 Years laters.

Senna menggeliat geli dalam dekapan Janu. Kakak ipar yang kini telah menjadi suaminya itu dengan nakal meniup lehernya dan itu benar-benar membuat Senna merinding.

"Ayah! Sekali lagi bisakah kau diam? Sebentar saja aku mohon! Aku hampir menyelesaikan sketsa nya!"

Janu membasahi bibir melihat wajah Ajiel yang tertekuk masam. Putra nya yang telah tumbuh menjadi remaja tanggung. Pertumbuhan anak itu tidak main-main. Di usianya yang hampir menginjak umur lima belas tahun, Ajiel bahkan telah tumbuh hampir setingginya.

Senna terkekeh. Dia mengambil kesempatan untuk mencubit main-main punggung tangan Janu yang saat ini sedang mendekap pinggang nya. Sejak lima belas menit yang lalu keduanya duduk berpose sementara Ajiel melukis di depan sana.

"Sudah ku bilang jangan main-main atau Ajiel akan merajuk," bisiknya kecil.

Janu secepat kilat mencium lehernya, "Kau sangat harum. Aku tidak tahan."

Janu mengaduh nyaring ketika Senna mencubitnya lagi. Berbeda dengan yang tadi, cubitannya kali ini benar-benar terasa sakit.

"Ayah!"

"Ma...maaf, tidak akan Ayah ulangi!"

Senna tertawa kecil karena ulahnya.

🕊💭

"Selamat pagi!" Sapa Senna terhadap dua pekerja paruh waktu yang terlihat sedang bersiap-siap ketika dia melangkah memasuki kedai. Dua wanita muda itu dengan serempak membalas sapaannya.

"Selamat pagi Nyonya!"

Senna mengangguk, dia sejenak menepuk pundak Sheira-mahasiswi tahun ke dua yang sudah bekerja di sini sejak enam bulan yang lalu.

Senna memasuki ruang ganti dan bersiap untuk membuka kedai. Kini, dia sedang menjalankan sebuah kedai es krim. Hadiah dari Janu atas satu tahun pernikahan mereka.

Seperti biasa dia dan dua pekerja paruh waktu nya memulai aktivitas mereka. Melayani para pengunjung pecinta makanan dingin tersebut.

"Terimakasih banyak, semoga hari mu menyenangkan!"

Senyum yang tadi melengkung indah seketika berubah surut. Senna meringis kecil dan refleks memegangi perutnya yang tiba-tiba saja terasa kram.

"Nyonya kau baik-baik saja?" Sheira yang kebetulan berdiri di dekat Senna segera memegangi bos nya itu.

Dia membantu Senna untuk duduk terlebih dahulu.

"Ada apa? Apakah perut Nyonya sakit lagi?" Kahira-salah satu pegawai nya yang lain ikut merasa cemas. Sementara Sheira menggantikan posisi Senna di kasir, wanita muda itu dengan gesit meletakkan nampan di tangannya dan pergi mengambilkan air untuk di berikan kepada Senna.

"Ini sudah tiga hari. Apakah Nyonya masih belum pergi ke dokter untuk memeriksa kan nya?"

Senna menggeleng, "Aku agak takut."

"Kenapa?" Tanya Kahira lagi.

"Apakah Tuan Janu tahu keadaanmu?" Sheira yang baru saja selesai melayani pengunjung yang ingin membayar ikut bertanya.

Senna sekali lagi menggeleng. Gelagat wanita yang masih terlihat cantik itu tiba-tiba saja tampak aneh. Ragu-ragu dia berkata kepada dua pekerja paruh waktu nya.

"Aku baru mengeceknya sekali dan kupikir hasilnya positif."

Senna tersenyum tipis, matanya bergiliran memandangi Sheira dan Kahira.

Replace[END]✔Where stories live. Discover now