❇ | 14.

16.7K 987 2
                                    

‧°𖦹。⋆A Hug⋆。𖦹°‧

Tanpa di sadari, waktu menunjukkan sudah hampir pukul 7 pagi. Namun sepertinya hal itu tidak mengganggu dua insan yang pagi ini masih saja terlelap. Mengabaikan keterlambatan yang mungkin saja terjadi.

Hangat dari sinar matahari yang memasuki celah gorden menerpa wajah si manis yang tadinya tertidur pulas. Dia mengernyit, mendapati kesadarannya kembali. Dia tidak tahu sudah pukul berapa saat ini, namun kantuk yang masih menggelayut membuatnya sulit membuka mata.

Masih enggan membuka mata, wanita mungil itu meregangkan tubuhnya; mengubah posisi berbaringnya menjadi miring. Ia lalu mencari letak keberandaan Ajiel untuk di peluk.

Saat dirasa tangannya singgah pada perut seseorang, Senna mengerang kecil sementara tangannya kini bergerak memberi pat pat.

Dia kemudian membawa tubuhnya lebih dekat untuk menghirup aroma bayi dari tubuh putranya.

Namun, alih-alih harum bayi yang sentuh indra penciumannya, hidungnya kini hirup wewangian segar yang di sentuh manis-mungkin sandalwood? Senna tidak begitu yakin, mengisi rongga paru-parunya.

Untuk sejenak otaknya berhenti berpikir. Saat merasakan sesuatu yang janggal, Senna lantas benar-benar menarik kesadarannya kali ini. Matanya mengerjap pelan sebelum kamudian terbuka perlahan.

"Sudah sadar?"

What?!

Senna hampir saja terjungkal dari atas kasur jika saja sosok yang sedari tadi ia peluk tidak segera menarik tangannya.

"K-kak J-janu?"

Janu mengangkat sebelah alisnya sebelum kemudian laki-laki itu bangun dari posisi berbaringnya.

"K-kenapa Kakak ada di sini?"

Janu tidak menjawab. Kepalanya bergerak mencari letak keberadaan jam dinding.

Sudah hampir jam 7 rupanya.

Sejenak ia menatap wajah kebingungan Senna, "Bangunlah, kau akan terlambat mengantar Ajiel." ujarnya menghiraukan pertanyaan Senna.

Kemudian Janu segera turun dari atas kasur. Meninggalkan adik iparnya yang terduduk dalam kebingungan.

🕊💭

Mungkin sudah hampir lima belas menit lamanya Senna dan juga Jeevika pandangi putra mereka yang saat ini sedang coba habiskan makan siang yang keduanya inginkan.

Kedua anak itu kompak mengaku lapar usai pembelajaran hari ini.

Jeevika lagi-lagi melirik ke arah Senna yang saat ini masih memfokuskan seluruh perhatiannya terhadap Ajiel. Dia sudah mengetahui penyebab Janu tidur bersamanya tadi malam.

"Kenapa tidak membangunkan Nana saja jika ingin membuat susu?" Senna akhirnya buka suara terkait apa yang terjadi tadi malam.

"Nana tidur lelap sekali." jawab Ajiel seadanya.

Senna mendesah pelan. Dia kini membawa punggungnya bersandar pada kursi yang saat ini sedang ia duduki, wanita itu agaknya sedikit frustasi.

Sepertinya sudah begitu sering ia dengan tanpa sadar memeluk tubuh sang kakak ipar saat tidur. Sungguh memalukan, ringisnya.

"Ajiel?"

"Hm?"

"Apakah Ayahmu yang meminta untuk tidur bersama kalian?" Kini giliran Jeevika yang condongkan tubuhnya. Tak menutupi, ia juga sangat ingin tahu bagaimana cerita lengkapnya.

Ajiel menggeleng, "Aku pikir Ayah tidak bisa tidur juga, jadi aku mengajaknya untuk tidur bersama."

"Tapi Nana," lelaki kecil itu menghentikan kunyahannya. Dia lalu membawa pandangannya ke arah sang Nana.

"Nana bilang minum susu sebelum tidur bisa membuat seseorang tertidur lelap, tapi aku pikir sebuah pelukan lebih ampuh dari segelas susu."

"Itu benar! Aku juga selalu tidur dengan lelap saat Mama Jeevi memelukku." ujar Naren tiba-tiba saja menimpali.

Ajiel kemudian mengangguk dengan antusias. "Hu'um! Ayah dan Nana juga tidur dengan lelap sampai tidak sadar kalau aku sudah bangun."

Ucapan Ajiel sontak membuat wajah Senna memerah. Ia sangat malu.

"Ppfft..." Sementara Jeevika hampir saja menyemburkan minumannya.

"Sebentar...." interupsi Jeevika. "Siapa yang memeluk siapa? Nana atau Ayahmu."

Ajiel mengedikkan bahunya acuh. "Tidak tahu. Setiap kali aku kembali dari kamar mandi, Nana dan Ayah selalu mmpphh-"

"Sudah cukup," Senna dengan cepat membekap mulut putranya itu sebelum kebenaran memalukan lainnya kembali di dengar. "Yaa..."

Tawanya sudah tidak bisa lagi di tahan, tidak peduli terhadap ketenangan para pengunjung di sekitar mereka, Jeevika saat itu juga meledakkan tawanya.

Tangannya lalu terulur mengusap puncak kepala Ajiel yang kini cemberut karena bekapan tangan sang Nana barusan.

"Good boy~" seru Jeevika bangga.

Tbc.

Ajiel pintar sekalii yaaa Bunddd~

OKEE JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SAYANGGG<3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

OKEE JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SAYANGGG<3

Replace[END]✔Where stories live. Discover now