❇ | 4.

22.8K 1.4K 49
                                    

‧°𖦹。⋆Stop It⋆。𖦹°‧


Sesuai dengan janjinya waktu lalu pada Jeevika, Senna akan mencoba untuk berkencan. Semuanya di mulai dari kencan buta.

Saat berkencan, Senna selalu membawa Ajiel untuk ikut bersamanya. Ia ingin siapa pun orang yang akan menjadi pasangannya nanti, bisa menerima kehadiran Ajiel. Meski Senna tidak tahu kedepannya akan seperti apa.

Minggu pertama.

Pasangan pertama kencan butanya adalah seorang pria pekerja kantoran. Katanya rekan kerjanya Kelvin—suami dari Jeevika. Laki-laki itu terlihat cukup mapan sebab masih sendiri di usianya yang memasuki kepala tiga.

Awalnya semua terlihat berjalan dengan lancar. Senna dan Ajiel tiba lebih dulu di tempat janji kencan buta nya. Sementara lelaki itu tiba tak lama setelahnya.

Mereka berbincang dengan lancar sambil menyantap makan siang. Dia terlihat lebih dewasa mengingat usianya di atas Senna. Obrolan di antara keduanya juga tidak canggung sama sekali walaupun baru saja bertemu satu kali.

Sejenak Senna merasa bahwa mereka berdua begitu cocok. Sampai akhirnya....

"Jadi, apa dia anak mu?"

Minggu kedua.

Kali ini pasangannya adalah seorang chef muda yang bekerja di suatu restoran ternama yang menjadi tempat keduanya berkencan. Diketahui bahwa laki-laki itu sepantaran dengannya.

Ia merupakan chef hebat yang selalu mendapat pujian atas masakannya. Senna sedari tadi sungguh tidak bisa berhenti mengagumi cita rasa yang saat ini sedang dia dan Ajiel cicipi. Katanya itu dibuat khusus untuk kencan buta mereka.

"Senna, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyanya. Pandangan laki-laki itu sejenak tertuju; memperhatikan Ajiel yang sedang menyuap dengan tenang.

Seketika perasaan Senna tidak enak. "Ya, tentu."

"Begini, hm...apakah kau sungguh belum pernah menikah?"

Minggu ketiga.

Tidak seperti laki-laki sebelumnya yang sudah mempunyai profesi, pasangan kencan buta Senna minggu ini adalah seorang mahasiswa semester akhir yang katanya dua tahun belakangan belum juga lulus. Senna meringis saat mendengar hal itu.

Laki-laki itu kini lebih muda dari Senna. Ia adalah seorang yang sangat ekstrovert sehingga dari awal pertemuan ada saja kelakuannya yang bisa mencairkan suasana. Namun Senna hampir tidak bisa menahan ringisan melihat sifat aktif yang di miliki oleh laki-laki itu.

Dia memang terlihat tidak keberatan dengan kehadiran Ajiel. Malahan sangat bersikap terbuka. Ia bahkan selalu melempar candaan yang bisa membuat Ajiel selalu tertawa. Sebuah candaan ringan sampai yang berlebihan.

"Jadi Ajiel, kau bisa memanggilku paman mulai sekarang. Papa juga tidak masalah."

Tapi sepertinya Ajiel yang masalah. Rematan tangan mungil Ajiel membuat Senna menoleh. Anak itu menggeleng samar.

🕊💭

Janu menutup sisa map terakhir berisi dokumen penting yang baru saja di tanda tangani nya malam ini. Bahunya dijatuhkan; bersandar pada kursi kebesaran miliknya. Kedua garis mata sipitnya dia bawa terpejam.

Sudah beberapa minggu ini ia mengawasi Senna yang secara rutin pergi berkencan buta. Namun sepertinya belum membuahkan hasil sama sekali, sebab pasangannya selalu berganti-ganti.

Entah apa yang dipikirkan olehnya sampai-sampai ia mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh adik ipar nya itu.

Setelah beberapa menit, ia membuka matanya kembali. Janu melihat ke arah jam dinding yang terdapat pada ruang kerjanya.

Pukul sembilan lewat lima belas menit tertera di sana. Ia lalu membawa pandangannya ke arah sang sekretaris—Adrian yang juga telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Apa dia masih melakukan kencan buta nya?"

Adrian menegakkan badannya, menoleh ke arah Janu. Pembahasan tentang kegiatan Senna yang satu ini terakhir kali mereka bahas minggu lalu. Apa ada sesuatu yang terjadi sampai Janu selalu membahasnya?

"Ya, dua hari yang lalu Senna kembali bertemu dengan seorang laki-laki. Tapi sepertinya itu juga tidak berjalan lancar."

Janu mengangguk mengerti. Dia sekali lagi melirik ke arah jam dinding.

"Katakan padanya untuk datang menemuiku."

Adrian—pria paruh baya itu berdiri dari duduknya. Membungkuk sesaat sebelum meninggalkan ruangan untuk menemui Senna.

🕊💭

Senna baru saja selesai membacakan dongeng untuk Ajiel, anak itu telah tertidur dalam pelukannya bertepatan dengan Adrian yang mengetuk pintu kamarnya. Ia berusaha memindahkan kepala Ajiel dari tangganya ke bantal, lalu setelah itu bergegas membuka pintu kamar.

"Tuan meminta anda untuk menemuinya di ruang kerja," ucap Adrian menyampaikan pesan Janu pada Senna.

Dengan cepat Senna mengiyakan. Setelah Adrian berlalu, tanpa mengulur waktu Senna segera menuju ruang kerja tempat dimana kakak iparnya itu berada saat ini.

Sebelum mengetuk pintu, ia mengatur nafasnya sejenak. Perasaannya selalu tidak enak ketika Janu memintanya untuk bertemu secara tiba-tiba seperti ini. Firasatnya mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan pasti terjadi setelah Janu memanggilnya.

Kepalanya melongo sesaat untuk melihat ke dalam; menemukan Janu yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Laki-laki itu terlihat sedang serius membaca sesuatu.

Senna berdeham kecil begitu melangkah masuk. Ia berdiri kikuk di tengah-tengah ruangan dengan jari yang saling bertaut.

Ketika Janu menatapnya, dia refleks mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Janu segera meletakkan dokumen ditangannya kembali ke atas meja. Ia beranjak dari kursinya lalu melangkah ke depan meja kerjanya; senderkan pinggulnya di pinggiran meja dengan nyaman. Kedua tangannya kini dilipat di depan dada. Ada beberapa saat Janu perhatikan Senna yang sibuk larikan pandangan darinya.

"Hentikan itu," ucapnya tiba-tiba.

"Ya?" tanya Senna tak mengerti.

"Kencan buta, atau apapun yang coba kau lakukan saat ini, mulai sekarang berhentilah melakukannya."

"Tapi—"

"Kau sudah memiliki Ajiel, apakah kau ingin berpisah darinya?"

Senna mengernyit tak senang. "Aku tid-bukan seperti itu!"

Janu kini berjalan mendekat ke arah Senna. Keduanya saling beradu tatap untuk beberapa saat—menyampaikan emosi yang berbeda di masing-masing mata.

"Bersama orang lain sama dengan berpisah dari Ajiel." ujarnya, setelah mengatakan itu Janu lantas berlalu meninggalkan ruangan terlebih dahulu.

Sampai suara pintu terdengar tertutup, Senna otomatis berbalik badan. Dibawah sana tanpa sadar tangannya mengepal erat.


Tbc.

Terlalu bertele-tele nggak sih?
Review nya dong untuk part ini>,<

Sebelum nya siapa tau ada yang gak paham sama sistem kencan nya Senna.

Jadi Senna itu seminggu sekali kencan sama orang yang berbeda dan semuanya gak ada yang cocok soalnya mereka seperti keberatan sama kehadiran Ajiel. Sementara Senna ingin pasangannya nerima Ajiel sama seperti anaknya sendiri.

Terimakasih sudah membaca  🤗

Jangan lupa vote dan komen!

Replace[END]✔Onde histórias criam vida. Descubra agora