❇ | 26.

17.5K 939 16
                                    

‧°𖦹。⋆Restart⋆。𖦹°‧

Ayah tampaknya masih tidak habis pikir oleh sebab Janu yang tiba-tiba saja bersimpuh di depan nya. Mereka baik-baik saja sampai waktu sarapan tadi-sebelum Senna mengatakan bahwa dia dan Janu ingin membicarakan sesuatu yang penting

Pengakuan keseriusan laki-laki itu terhadap putri bungsu nya, siapa yang menduga hal itu akan terjadi. Dia dan sang istri hanya bisa melongo tidak tahu menahu sementara Ajiel-sang cucu yang kini tersenyum begitu lebarnya.

"Baiklah-baiklah, bangunlah dahulu." Ujar Ayah.

"Apakah cucu ku Ajiel sangat senang?"

Ajiel mengangguk cepat. Dia beranjak turun dari pangkuan sang nenek lalu berlari kecil menerjang Senna yang duduk di samping sang Ayah.

"Wajah Nana merah sekali!" Bisiknya di telinga Senna.

"Kalian serius?" Tanya Ayah sekali lagi.

Janu yang masih bersimpuh mengangguk mantap. Sejenak, Ayah dan Ibu lalu saling berpandangan.

"Ti..tidak ada yang bisa kami lakukan jika memang itu yang terjadi. Ajiel juga tampaknya begitu senang mengetahui hal ini."

Ayah lalu melarikan pandangannya ke arah Senna, "Semuanya ada di tangan Senna sekarang." Teduh senyum pria paruh baya itu tertarik simpul.

Kedua sudut bibir Senna otomatis melengkung naik mendengarnya.

"Bagaimana dengan Ayah mu?"

Janu menoleh, memandang tepat ke kedua mata Senna yang sudah memandanginya saat ini.

"Aku akan segera memberitahu nya." Jawab Janu tersenyum.

Senyum tipis itu-pipi Senna rasanya panas sekali.

Janu kemudian mengangguk kecil yang mana adalah sinyal bagi Senna untuk giliran berbicara.

Dengan perasaan sedikit tidak enak Senna pandangi kedua orang tuanya itu bergantian. Sebelumnya, dia lepaskan pelukan Ajiel pada lehernya lalu bawa anak itu duduk di pangkuannya.

"Itu sebenarnya-rencana nya kami juga akan pulang hari ini."

"Pulang? Kenapa tiba-tiba?" Ibu dengan cepat menyahut. Air muka perempuan paruh baya itu seketika berubah sendu.

"Ajiel harus segera kembali ke sekolah ibu. Liburan semester nanti kami janji akan kemari ke sini lagi."

"Hum! Aku akan menemui kakek dan nenek dan juga makan masakan nenek yang paling enak!" Sahut Ajiel.

Mau tidak mau, walau berat kedua orang tua itu lantas menarik senyum hangat atas perkataan cucu mereka.

"Ajiel Janji?"

"Eung!" Ajiel mengangguk, anak itu kembali berlari menuju sofa tempat di mana kakek dan neneknya duduk saat ini.

🕊💭

Tak lama sehabis waktu makan siang, Paman Adrian akhirnya datang menjemput mereka. Kendati waktu perpisahan yang semakin menipis, kedua orang tua itu kini mengantarkan kepulangan sang anak berserta cucunya di perkarangan rumah.

Jiwa-lelaki bersurai terang itu juga ikut menyaksikan di sana. Dia bahkan menerima pelukan sampai jumpa dari Senna.

"Okay berhentilah memeluk ku atau dahi ku akan segera berlubang karena tatapan Ayah Ajiel." bisiknya.

Replace[END]✔Onde histórias criam vida. Descubra agora