❇ | beginning of the story

54K 2K 16
                                    

Masih segar ingatannya saat kemarin Senna menyaksikan kematian Kakak perempuannya. Lalu kini setelah lima bulan lamanya tidak bersua, Januartha--suami dari mendiang Kakaknya--datang berlutut di lantai rumah yang dingin dengan bayi yang berada dalam gendongannya.

Putus asa, terpuruk, dan segala hal buruk sudah cukup menjelaskan keadaan yang di alami oleh laki-laki itu.

Senna sebenarnya tidak ingin terlibat terlalu jauh dalam masalah ini. Namun Ayah dan Ibu memaksa dia untuk ikut berada disana. Duduk di atas sofa yang hangat sementara sang menantu kesayangan duduk bersimpuh layaknya pengemis.

Atau.... laki-laki itu memang sedang mengemis sekarang.

Sampai saat ini, Senna tidak pernah mengerti mengapa efek dari kehilangan seseorang yang dicintai bisa begitu dasyatnya. Membuat seseorang kehilangan gairah hidupnya, menjerumuskannya pada sebuah ruang gelap yang hanya di isi oleh kesedihan.

Seperti Januartha.

Tapi keterpurukan Senna dan kedua orang tuanya setelah kematian sang Kakak lima bulan yang lalu tentunya masih teramat membekas. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dia, Ayah dan juga Ibu perlahan mengobati kesedihan itu dan mencoba belajar ikhlas.

Tidak seperti Janu. Bahkan dengan kehadiran buah cintanya bersama mendiang sang istri pun tidak cukup untuk membuat Janu bangkit.

Lima bulan yang lalu, saat kabar persalinan Mbak Aya yang juga menjadi penyebab kematiannya—Senna, atau bahkan Ayah dan Ibunya tidak pernah melihat bayi itu.

Keterpurukan Ibu yang luar biasa saat itu membuat Ayah lekas bertindak untuk menyerahkan bayi itu kepada orang tua Janu sepenuhnya.

Sampai waktu ini.

Alasan kedatangan Janu di rumahnya dan kabar tidak enak yang laki-laki itu bawa mengenai keadaan Ibunya yang jatuh sakit.

Ayah dan Ibu masih tidak bereaksi apa-apa. Pikiran tentang bagaimana bayi itu yang menjadi penyebab kematian putri sulung mereka membuat mereka berdua takut.

Sampai... tangis kecil itu mulai terdengar.

Ibu menoleh ke arah Senna.

Tidak pernah terpikirkan sedikitpun bahwa selanjutnya Senna akan bergerak ke arah Janu. Mendekati lelaki itu dan ikut bersimpuh dihadapannya untuk mengambil alih tubuh mungil itu ke dalam gendongannya.

Dan anehnya setelah bayi itu berada digendongan Senna, tangis yang sedari tadi terdengar lantang kini meredup seiring tubuh mungilnya merasakan kehangatan yang Senna berikan.

Mungkinkah keajaiban datang untuknya?

Dan secara diam-diam dibelakang sana Ayah dan Ibu saling berpandangan.

"Senna akan ikut bersama mu, dia yang akan merawat bayi mu dan Fayazana."

Senna tersentak mendengar ucapan sang Ayah. Ia menoleh ke arah kedua orang tuanya itu, menatap mereka dengan pandangan tidak percaya.

"Apa maksud ucapan mu Ayah?"

Ayah mengela nafas gusar, "Hanya itu yang bisa kami lakukan."

"Tapi bagaimana dengan ku?" Tanya Senna tak terima dirinya menjadi korban disini.

Sejenak ia menatap Janu yang kini juga tengah menatapnya seolah meminta jawaban. Senna baru saja akan mengembalikan bayi dalam gendongannya pada Janu andai jemari mungil itu tidak menggenggam erat ibu jarinya.

Binar polos yang menatapnya itu membuat Senna bungkam dalam sekejap. Ingatan tentang betapa bahagianya sang kakak saat menantikan kelahiran manusia mungil ini memenuhi kepalanya.

Fayazana atau yang lebih sering Senna sebut Mbak Aya adalah satu-satunya saudara yang ia punya. Saat Senna mengetahui Mbak Aya akan menikah, ia bahagia bukan main. Namun siapa sangka ia akan begitu cepat berpisah dengan ibu dari bayi yang berada di gendongannya ini.

Lalu semuanya terjadi begitu saja.

Arsenna Gautami yang saat itu baru menginjak usia delapan belas tahun, mesti mengorbankan masa mudanya demi merawat bayi berusia lima bulan.


Tbc.

Mungkin part kedepannya tidak akan panjang. Soalnya saya mudah bosan kalau kepanjangan.

So, enjoy read this story.

Replace[END]✔Where stories live. Discover now