13. Mbak Istri Pov : Orang Lain Adu Nasib, Kita Adu Suami

427 17 0
                                    

Terimakasih Sudah Mampir🤗, Sorry Typo..

Dan

Selamat Membaca Yaar.. 📖

*
*
*

"Sa?! Belum seminggu loh kamu nikah, masa udah kayak orang pengen cerai gitu sih?" Nadin datang sambil membawa segelas es teh untukku.

Tadi setelah selesai kelas, aku memutuskan untuk mengunjungi Nadin ke rumahnya. Meski aku harus teriak-teriak karena satpam perumahan melarang aku masuk. Siapa lagi kalau bukan ulah si Catur itu.

Tapi, akhirnya setelah aku berdebat, dan menelpon Nadin, Nadin datang dan meminta satpam untuk melepaskan aku. Dan disinilah aku sekarang. Duduk tenang diatas Sofa milik Nadin.

"Mending gue belum seminggu, udah kayak bini mau cerai, ketimbang lo yang baru nikah sebulan udah ada dede bayi usia dua bulan." Balasku, dengan ketus.

"Saaa!" Gertak Nadin.

"Bersyandaaaa..." Aku menirukan trend yang diviralkan oleh seorang mahasisiwi.

"Nggak lucu Ah!" Nadin merajuk, dengan memukul lenganku. Sepertinya dia memang sangat kesal.

Tck! Aku lupa mood ibu hamil tidak selalu stabil. Mungkin jokes yang aku layangkan kali ini terdengar keterlaluan. "Iya iya.. ngambekan kek cewek!"

"Aku memang cewek!" Sembur Nadin.

Aku cengengesan melihat kelakuan Nadin yang seperti anak kecil. Perempuan berhati lembut ini selalu menggemaskan jika merajuk.

Aku mengambil segelas es teh yang ada diatas meja "Ah Es Teh Mulu, Ngopi napa Ngopi.." dan meminumnya dengan pelan "Aahh.. Segerreee.."

Saat Aku hendak meminumnya lagi, Nadin dengan cepat mengambil gelas itu dan meminumnya.

"Kan Punyaku!" Kataku. Kini aku yang terlihat merajuk padanya.

"Katanya mau kopi! Sana bikin Kopi sendiri. Nggak bersyukur di buatin Es teh." Ketus Nadin.

"Aaaahh... Bercandaa Nadnad.. mau itu, balikin Ah.." Aku merengek dengan menampilkan puppy eyes.

Nadin menolak, dan meminum lagi Es itu. Aku yang masih ingin minum pun, merebutnya dengan cepat dan meludahinya. Sambil tersenyum bangga.

"Jorok!" Kesal Nadin, dengan raut jijik.

Tanpa berlama-lama lagi, aku kembali meminumnya di depan Nadin. "Ahh segerr, Es Teh rasa jigong." Aku menaik turunkan alis menggoda Nadin.

Nadin melempar bantal sofa ke arahku, "Nggak pernah berubah!" Kesal Nadin, namun dia tertawa setelahnya. Aku pun ikut tertawa melihatnya. Sudah lama sekali, kami tidak bertengkar, berebut sesuatu dan tertawa bersama seperti ini.

"Si papan Catur kan lagi pergi. Kamu kenapa nggak pulang ke rumah aja sih Nad? Nanti kalau ada apa-apa gimana?" Aku menatap Nadin menelisik "Kamu lagi hamil, sendirian di rumah, apa nggak bahaya ta?" Tanyaku lagi.

"Suami goblok kayak gitu masihhh aja di pertahanin. Besok ikut gue ke sorum jual beli suami bekas. Kita daftarin nama si Catur. Sapa tahu dia laku, ada yang mau ngadopsi. Ya kan?"

"Huss, lambene.." Nadin terkekeh. Tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi jelas sekali wajahnya menggambarkan kesedihan.

"Kamu tahu, hubunganku sama Ayah. Dia masih marah Sa.. aku nggak mau ibu makin sedih. Pokoknya Aku nggak mau semakin membuat mereka repot." Kata Nadin.

Benar, Ayah Nadin memang masih belum bisa menerima keadaan Nadin saat ini. Meski begitu, Ibu Nadin dan Bang Rudi yang selalu mensupport Nadin.

"Udah ya Sa, kamu mau ada apa kesini?" Tanya Nadin, mengalihkan pembicaraan.

Mas Suami VS Mbak IstriWhere stories live. Discover now