12. Mbak Istri Pov : Dosen Pengganti

507 19 1
                                    

Hai Yaar.. Akan lebih Baik Jadi Pembaca Yang Budiman. Tinggalkan jejak, agar saya lebih semangat lagi dalam hal menulis..

*
*

Sorry Typo..

Terimakasih sudah mampir, dan selamat membaca🤗..

__________________________________

"Anisa? Sudah ya marah nya.."

Pak Aru datang menghampiriku dengan membawa sepiring lontong sayur. Jadi ceritanya dia sedang merayu aku. Cih! Tidak mempan.

"Saya kan sudah minta maaf.."

Dia menaruh lontong sayur di atas meja yang berada di kamar kami.

"Anisa? Sayang..?" Aku melempar bantal ke wajahnya. Dan berlalu meninggalkan kamar. Menuju ke kamar mandi.

"Anisa?!"

"Saya kan nggak jadi memperkosa kamu!"  Aku berhenti dan membalikkan badan. Dengan penuh kekesalan aku melemparkan sandal rumah dan tepat mengenai bibirnya.

'Vulgar sekali!'

"Rasain!" Aku kembali berjalan menuju kamar mandi. Mandi pagi, lalu bersiap berangkat ke kampus.

Kemarin sore, pria bernama Badra datang dan menyerahkan tas ku yang sempat tertinggal gara-gara insiden cemburu yang berlebihan.

Benar berlebihan, aku bahkan hampir saja kehilangan keperawananku. Aku juga sudah menjelaskan pada Pak Aru perihal siapa itu Roni, dan dia meminta maaf akan kesalahpahaman yang terjadi. Tapi tetap saja aku marah padanya. Dia kurang ajar, dan menyebalkan.

Selesai mandi, aku memilih baju dan merias diri sebisa mungkin dan senatural mungkin.

Aku berdiri menilai penampilanku di dalam cermin. Hari ini lagi-lagi aku memilih untuk memakai hijab, karena alasan yang sama. Ya! Merah merah ruam hasil karya Pak Aru bertambah begitu banyak memenuhi leher dan tubuhku. Pria itu, tidak memberi ampun sedikit pun.

"Pak!"

Aku mendorong tubuhnya yang tiba-tiba saja memeluk perutku. "Jangan sentuh saya." Ketusku.

Dia hanya mematung menatapku dengan pandangan memelas. "Saya harus apa biar kamu nggak marah lagi Anisa?" Ucapnya dengan putus asa.

"Saya berangkat dulu ke kampus pak, Assalamualaikum!" Aku meraih tangannya dan menciumnya.

Saat aku hendak melangkah, Dia tidak melepaskan tanganku. "Saya Antar."

"Saya sudah pesan gokar!" Aku hempas tangannya, dan berlalu pergi dari hadapannya.

Dari luar kamar, Aku bisa mendengar umpatannya. Tapi aku tidak gentar dan tetap keluar. Biarkan saja, toh kemarin dia juga tidak memperdulikan perasaanku. Siapa suruh main hakim sendiri dan melecehkan aku atas dasar hukuman. Itu tidak di benarkan. Meskipun aku sudah sah menjadi istrinya, dan dia berhak atas diriku. Tapi dia tidak berhak memaksaku atas kehendaknya.

Huh! Sudahlah. Aku tidak ingin membahas dan mengingatnya. Ah! Kenapa malah mengingat kejadian kemarin siang.

Kemarin..

Cih!

Aku memukul bibirku yang dengan lancangnya mendesah resah, menikmati perlakuan kasar Pak Aru. Jika boleh jujur, apa yang Pak Aru lakukan kepadaku semalam itu, nikmat. Tapi, aku takut. Dan belum siap kehilangan. Dan aku juga merasa kemarin itu hal yang salah, karena aku di paksa.

Aku ingin melakukan hal itu, degan cinta. Sementara saat ini, aku belum mencintai Pak Aru. Dan aku tidak tahu, kapan cinta itu akan hadir diantara kami, terutama di dalam hatiku. Karena aku sendiri belum pernah jatuh cinta sebelumnya.

Mas Suami VS Mbak IstriOnde histórias criam vida. Descubra agora