23. Love Language of a Male Stripper

4.5K 10 0
                                    

The Love Language of A Male stripper

Tamara Aruna


"Breaking up itu bukan buat ditangisin, tapi buat dirayain, buat Juliaaanaaa!!!"

Oh... please... lagi???

Tidak bisa tidak, aku menenggak shot tequila-ku yang kesekian kalinya malam ini. Lima sahabatku, yang seharusnya menjadi lima bridesmaid-ku tahun depan, terbang menjengukku dari seluruh pelosok negeri. Mereka hanya bisa tinggal selama akhir pekan dan berjanji sepanjang akhir pekan itu aku tidak akan dibiarkan menangis. Besok pagi, mereka berlima harus sudah berada di bandara dan kembali ke rumah masing-masing. Sudah dua tahun kami tidak berjumpa karena kesibukan. Dua tahun lalu mereka datang untuk merayakan pertunanganku dengan Ted. Lima bulan terakhir ini kami rutin mengadakan pertemuan vitual untuk membicarakan acara pernikahanku yang sayangnya gagal. Pertunanganku dengan Ted berakhir. Kami tidak jadi menikah. Ceritanya panjang dan aku nggak ingin membicarakannya.

Untuk menutup akhir pekan, mereka mengajakku bersenang-senang. Apalagi kalau bukan berdansa dan minum-minum?

"Aku punya ide," kata Adriana. "Bagaimana kalau kita ke klub seberang?"

"Klub seberang?" sahut Mathilda. "Hell yeah... ayo kita lakukan!"

"Tunggu dulu," tahanku. "Male Stripper Club? Serius? Mathilda... kau punya pacar. Dia akan marah kalau kau mengunjungi tempat seperti itu!"

"Ayo lah, Juliana... kita hanya akan melihat laki-laki telanjang, bukan menidurinya. Jangan kolot begitu. Kami melakukan ini untukmu."

"Tapi aku nggak menginginkannya," kataku. "Jangan jadikan kemalanganku sebagai alasan kalau-kalau Ignacio memergoki perbuatanmu. Kau tahu kadang mereka merekam dan mengunggahnya di media sosial, kan? Tidak... aku tidak mau...."

"Ayolah, Julianaaa...," Carrie ikut-ikutan membujuk, padahal selama ini dia jauh lebih lurus dariku. "Kami yang seharusnya mencegahmu bersenang-senang secara berlebihan, bukan malah sebaliknya. Aku bersumpah, aku rela mengorbankan hubungan percintaanku demi membuatmu kembali tersenyum!"

"Aku sudah tersenyum!" seruku. "Lihat... oh tidak... Joice... jangan! Aku tidak ingin menari dengan pria telanjang saat ini... ayolah... ini ide gila. Bagaimana kalau kita di sini saja, aku akan minum sebanyak apapun yang kalian mau... kita berdansa... kita... Jenny... Milla... lepaskan tanganku. Hei... kalian... oh tidak... aku tidak ingin beradegan mesum dan ditonton oleh banyak orang. Tidak! Tidak! Jangan!"

Percuma.

Semua tangan memegang dan menyeretku keluar dari club malam tempat kami berpesta dan berpindah ke club lain di seberang jalan. Magic Men Paradise Stripper Club tajuknya. Astaga. Aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di tempat seperti ini sebelumnya. Bukan karena aku gadis baik-baik, atau apa. Hanya aneh saja.

"Kalau kita tidak ke sini sekarang... kau tetap akan ke sini juga. Kau pikir ke mana lagi kami akan membawamu untuk merayakan malam lajang seandainya kau jadi menikah? Hm?" kata Mathilda. yang sejak SMA selalu menjadi pemimpin kami berlima. Dia merangkulku, sementara Jenny dan Adrianna memesan tiket. "Malam ini... kita semua... tak terkecuali akan bedansa dengan para lelaki telanjang yang paling seksi, paling berotot, dan paling terlihat perkasa. Kami akan mentraktirmu!"

Semua orang kecuali aku bersorak.

"Kita semua akan naik ke panggung," seru Adrianna gembira. "Ternyata, kita bisa memesan tiket VIP supaya diundang ke atas panggung! Wooohooo!!!"

Oh... sial... mereka benar-benar melakukannya.

Aku hanya bisa pasrah saat mereka berlima menggiringku ke sebuah meja yang disediakan khusus berkat ratusan dolar yang digelontorkan Adrianna di meja resepsionis. Tak lama kemudian, seorang pelayan menawari kami minum dan membacakan peraturannya. Jika kami diundang ke atas panggung, kami harus siap menerima segala perlakukan dari sang stripper pria. Kami tidak boleh banyak menyentuh, dan hanya bisa membiarkan mereka menyentuh kami. Tidak akan ada indikasi pelecehan seksual apapun di atas panggung, semua dilakukan hanya untuk kepentingan pertunjukan. Orang yang duduk di meja kami harus mengikuti persyaratan yang mereka berikan. Tentu saja kami semua setuju. Adrianna membayar extra untuk ini. Selain itu, kami tidak diperkenankan mengambil foto, atau video. Semua dokumentasi hanya boleh dilakukan oleh pihak penyelenggara saja.

Mature ContentWhere stories live. Discover now