8

8.8K 15 0
                                    

Cerpen 8. Sold to His Boss

Aku memulas bibirku dengan lipstik berwarna London Red dan mengatupkanya setelah seluruh permukaan bibirku merah merata. Warna ini tak pernah gagal membuatku tampil lebih seksi. Mataku mengerjap hanya supaya aku bisa memastikan bulu mata palsuku telah terpasang rapi. Malam ini, aku memakai yang helaiannya tidak terlalu panjang sebab aku mencoba menonjolkan riasan pada bibirku saja.

Setelah puas dengan ketrampilanku mempercantik diri sendiri, aku berdiri dan mundur dari meja rias agar aku bisa mematut penampilanku dari ujung rambut hingga kaki di hadapan cermin. Jantungku berdegup keras karena bersemangat.

"Aku menunggumu di Royal Hotel. Jangan kenakan apapun selain lingerie yang kutinggalkan di atas tempat tidur di balik mantelmu. Maaf aku sudah mengabaikanmu akhir-akhir ini. Aku mencintaimu."

Jacob, Suami yang selalu mencintaimu.

Aku menghela napas.

Mengapa rasanya tetap saja ada yang janggal? Padahal seharusnya malam ini aku merasa bahagia. Jacob menghadiahiku lingerie dari sebuah merek pakaian dalam terbaik di New York. Sesuatu yang diimpikan para istri dari suami mereka setelah bertahun-tahun menjalin pernikahan. Kau tahu, kan? Kadang, sebaik apapun penampilanmu, sebagus apapun tubuhmu, bagaimanapun menariknya dirimu di depan pria lain, bagi suamimu kau hanyalah barang lama yang dimenangkannya. Dia akan mulai bosan dengan tubuhmu, apalagi memujamu. Kalau aku bilang pada Carol bahwa Jacob menghadiahiku lingerie, dia akan mendiamkan Robert seminggu penuh. Mereka baru menikah satu tahun, tapi Carol sudah mulai memakai ungkapan 'tempat tidur yang dingin' untuk menggambarkan kehidupan perkawinan mereka.

Sebenarnya, Jacob sudah tidak menyentuhku sekitar tiga bulan terakhir ini. Aku mulai menduga dia berselingkuh. Maksudku, lelaki mana yang bisa melewatkan tiga bulan penuh tanpa berhubungan seksual? Di awal-awal pernikahan, kami melakukannya lebih dari dua kali sehari. Pagi hari sebelum dia berangkat ke kantor dan malam hari sebelum tidur. Kadang, dia memintaku datang ke kantornya pada siang hari, dia mengunci pintu dan menyetubuhiku di sofa dalam ruangannya seperti seorang bos yang meniduri sekretaris mereka. Jacob selalu punya fantasi nakal dengan seorang sekretaris. Untungnya, sekretarisnya adalah perempuan tua yang sangat manis. Jacob tak mungkin memecatnya meski ia sangat ingin.

Pagi ini, ketika dia pergi tanpa membangunkanku, aku sempat menangis. Kupikir, kami akan segera berakhir. Apapun yang kulakukan pada wajahku, atau tubuhku, tak akan berarti di mata Jacob. Semuanya sia-sia. Dia tak peduli semua pria memandangiku dengan penuh minat setiap kali aku keluar rumah tanpanya. Seperti yang kubilang tadi, istri-istri bagi seorang pria adalah barang yang sudah usang. Mereka berselingkuh untuk sesuatu yang baru, kadang bahkan bukan dengan seseorang yang lebih baik daripada istri mereka di rumah.

Sampai kemudian, aku berhasil mengumpulkan puing-puing jiwaku yang berserak dan berguling ke sisi tempatnya tidur. Aku menemukan kotak besar berwarna hitam itu dan membukanya. Sebuah kartu kecil diselipkan di balik kertas pembungkus bagian dalamnya. Dia memintaku ke Royal Hotel. Di sanalah kami menginap usai menyelenggarakan resepsi pernikahan tiga tahun lalu. Sejak itu, aku menghabiskan waktuku di spa, membersihkan bulu-bulu di sekujur tubuhku sampai kulitku benar-benar licin.

Tanpa kusengaja, aku sendiri berdecak kagum menatap penampilanku di cermin. Lingerie berbahan satin hitam yang sangat pendek ini hampir tak bisa menyembunyikan bokongku yang terpapar. G-string yang datang bersamanya juga teramat nakal. Dia hanya berupa seutas tali dengan bagian yang hanya sedikit lebih lebar di bagian depannya, selain sangat transparan. Aku mempertimbangkan untuk melanggar sedikit permintaan Jacob karena—meski orang tak bisa melihatnya di balik mantel—aku merasa malu berjalan-jalan hanya mengenakan gaun seminim ini, tapi mungkin itu bukan ide yang bagus. Bagaimana kalau aku tak sempat menanggalkannya sebelum Jacob menelanjangiku?

Mature ContentWhere stories live. Discover now