"Apa ini?" Lirih Ahmad. Yudi yang melihatnya hanya terdiam sambil penasaran.

"Pergi ke Lereng Gunung Klawu. Di sana kau akan menemukanku!"

Ahmad mengernyit. Ia tak mengerti apa maksud dari tulisan tersebut.

"Apa tulisannya Mas?" Tanya Yudi penasaran. Ahmad memberikan secarik kertas tersebut kepada Yudi. Terlihat raut wajah Yudi yang kebingungan setelah membacanya.

"Lereng Gunung Klawu? Di mana itu?" Ucap Yudi dengan raut wajah kebingungan.

"Saya pernah mendengar nama gunung itu, tapi saya tak yakin itu benar atau tidak. Sepertinya saya harus kembali ke Pondok. Saya harus menanyakan hal ini kepada Ilham." Ujar Ahmad.

"Ilham? Mas Ilham?" Yudi terkejut mendengar Ahmad menyebut nama Ilham.

"Ya, Mas. Dulu Ilham pernah bercerita tentang gunung Klawu. Kalau tidak salah, gunung tersebut dekat dengan tempat tinggalnya. Sepertinya saya harus menemui Ilham." Imbuh Ahmad.

"Tapi Mas, apa sebaiknya Mas Ahmad pikirkan lagi soal kejadian semalam. Itu sangat tidak wajar loh, Mas. Lihat, kepala Mas Ahmad saja sampai terluka, apa Mas Ahmad tidak ingin tahu siapa orang yang sudah memukul Mas Ahmad?" Celetuk Yudi. Ia merasa kasihan terhadap Ahmad. Pemuda itu seperti mendapat kemalangan semenjak datang ke desa Giung Agung.

"Sebenarnya saya juga penasaran, Mas. Tapi, mengenai hal itu, saya akan minta bantuan Pak Heru saja. Lagipula, saya kan pendatang Mas. Mana berani saya bertindak tanpa seizin orang yang berwenang di sini." Balas Ahmad.

"Mas Ahmad ini kok ya bisa punya pikiran sejernih itu. Mas Ahmad masa tidak punya rasa curiga sedikit pun sama Pak Heru. Pertama-tama, Mas Ahmad dipukul orang misterius. Kedua, ada orang yang sengaja menaruh kertas itu ke dalam saku baju, Mas Ahmad. Kalau bukan si pemilik rumah, siapa lagi yang berani masuk ke dalam kamar Mas Ahmad?"

Ahmad terdiam mendengar ucapan Yudi. Pemuda itu hanya memandang heran. Apa yang dikatakan Yudi memang tak sepenuhnya salah. Namun, juga tak sepenuhnya benar. Mungkin saja ada orang yang menyelinap masuk ke dalam rumah Pak Heru di saat semua penghuni rumah pergi.

Memang semalam hanya Pak Heru saja yang di rumah. Tetapi, mana mungkin Pak Heru pelakunya? Apalagi, Ahmad mengenal betul sifat suami dari kakak sepupunya itu.

"Mas, apa Mas tidak ingin mengecek satu persatu kamar di sini? Jujur Mas, waktu Indah kesurupan saya sempat mendengar bunyi sesuatu dari salah satu kamar. Awalnya saya pikir itu hanya angin lewat, tapi lama-lama kok saya merinding juga." Ucap Yudi sambil mengelus tengkuk.

Ahmad terkejut. Kenapa baru sekarang Yudi menceritakan hal itu kepadanya. Pemuda itu mengembus napas panjang, kepalanya terasa sedikit pusing. Isi kepalanya seakan saling bertarung. Ahmad segera duduk. Menyenderkan punggungnya ke kursi. Ia juga mengelus kepalanya yang sakit. Yudi pun melakukan hal yang sama. Duduk di sebelah Ahmad.

Setelah sekian lama terdiam, Ahmad akhirnya menyetujui usulan Yudi. Meskipun tidak sopan, namun demi menemukan petunjuk, Ahmad terpaksa melakukan hal tersebut.

Pertama, Ahmad masuk ke dalam kamar Pak Heru. Sementara Yudi, mengawasi dari luar. Siapa tahu sang pemilik rumah tiba-tiba pulang.

Setelah berada di dalam kamar, Ahmad tidak menemukan hal yang aneh. Hanya ada satu lemari dan satu ranjang tempat Pak Heru tidur. Ahmad berjalan menuju lemari. Niat hati hendak membukanya, namun pintu lemari tersebut terkunci.

JALAN PULANGWo Geschichten leben. Entdecke jetzt