"Sepertinya masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan saat ini" Ucapan Suguru sontak membuat temannya kembali pada realita.

"Yah..." Akhirnya Satoru pun taluk "Tapi soal kekuatannya, kurasa memang kekuatan Shiori sengaja disegel oleh seseorang"

"Jika memang disegel, kenapa sekarang—"

"Kekuatan Shiori semakin bertambah besar. Tak lama lagi pasti segelnya akan terbuka"

Sementara Satoru berbicara dengan Suguru di atap gedung, Shoko masih berjaga di ruangan Shiori dan mengamati setiap perkembangan kondisi gadis itu.

"Eh.. gelang?" Shoko baru menyadari adanya sebuah gelang di lengan kanan Shiori. Shoko pun mendekat, ia harus melonggarkan gelang tersebut agar tidak mengganggu peredaran darah dan energi dalam tubuh Shiori.

Anehnya saat ia hendak melonggarkan gelangnya, gelang itu seolah diikat mati. Padahal gelang ini jelas-jelas terbuat dari tali, tapi Shoko tak bisa melonggarkan atau bahkan menggeser talinya sama sekali.

Melihat kejanggalan ini lantas membuat Shoko keheranan. Ia perhatikan gelang yang melilit lengan Shiori dengan seksama "Hah.. sepertinya kau bukan gelang biasa ya?"

"Suguru-san..." Shiori tiba-tiba bergumam. Mendengar hal tersebut awalnya membuat Shoko terkejut. Dengan cepat ia meraih kepala Shiori dan mengusapnya.

"Suga-san..?" Shoko memanggil Shiori, memastikan apakah si gadis sudah sadar atau hanya sekedar mengigau.

Di sisi lain, si gadis floris sebenarnya sedang mengalami mimpi dalam tidurnya.

Awalnya ia melihat seorang gadis kecil, berjalan dalam kegelapan, sendirian. Gadis kecil itu kemudian tampak sedang berlari ketakutan. Lama kelamaan ia mulai menangis, dan tiba-tiba ia terjatuh.

"...Ojou-chan"

"Nee, Ojou-chan"

Gadis kecil itu berbalik melihat pada sumber suara. Terlihat secercah cahaya bersamaan dengan munculnya seorang pemuda tengah mengulurkan tangannya pada gadis kecil itu, namun entah mengapa keduanya malah terpisah dan kedua tangan mereka tak pernah berhasil meraih satu sama lain. Seolah diseret, si gadis kecil dibawa kembali pada kegelapan dan angin berhembus kencang.

Tiba-tiba Shiori melihat dirinya sendiri, masih dihantam dengan angin kencang dalam kegelapan. Sekuat tenaga ia berusaha bertahan sambil mencari-cari jalan keluar. Ajaibnya, ia melihat Suguru dari kejauhan. Dengan segera ia berlari ke arah Suguru dan memanggilnya.

"Suguru-san!"

Shiori berteriak selagi bersusah payah meraihnya. Semakin ia berlari ke arahnya, semakin menipis jarak di antara keduanya. Shiori mulai tersenyum, ia merasa tenang karena akhirnya ia bisa menemukan Suguru. Hingga tiba-tiba ia melihat gadis lain di sisi Suguru dan seketika semua pengelihatannya pecah dan hancur.

"Suguru-san..." Lagi-lagi Shiori bergumam dengan suara lirih.

"Suga-san..?" Shoko kembali memanggil si gadis. Beruntungnya sang empu mulai menunjukkan respon baik.

Kedua alisnya bertaut seraya ia membuka matanya dengan perlahan. Melihat hal tersebut lantas membuat Shoko tersenyum lega. Sebaliknya justru Shiori merasa resah dan kebingungan.

"Suga-san.. syukurlah kau sudah sadar" Ucap Shoko dengan lembut.

"Uh... Kau.." Shiori masih kesulitan mengenali Shoko dan sekelilingnya.

"Jangan memaksakan dirimu, Suga-san..." Shoko memegangi bahu Shiori saat dirinya tampak berusaha bangun.

"I-ieiri-san..??" Akhirnya Shiori mengenali gadis berambut pendek itu. Shoko tersenyum hangat dan mengangguk.

"Haik, ini aku" Responnya dengan lembut.

"B-bagaimana kau bisa ada di sini? Apa yang terjadi?" Dengan panik Shiori bertanya.

"Tenanglah, aku di sini tidak sendirian Suga-san. Gojo dan Geto juga ada di sini"

"S-satoru dan Suguru-san..??" Shiori membelalakan matanya tak percaya.

"Benar, biar kupanggilkan mereka—"

"Tidak!" Shiori dengan cepat menahan tangan Shoko "T-tidak perlu, Ieiri-san" Melihat respon Shiori sontak membuat Shoko terkejut. Ia pun menuruti Shiori dan kembali pada posisinya.

"Baiklah kalau begitu"

Untuk beberapa saat keheningan terjadi di antara mereka. Hingga Shoko pun kembali berbicara pada Shiori "Suga-san, apa kau ingat apa yang terjadi sebelum kau pingsan?"

"Ah.. itu.." Shiori mengalihkan pandangannya, ia tampak enggan bercerita. Bukan karena ia lupa, sebaliknya ia justru mengingat segalanya.

Bagaimana bisa ia cerita pada Shoko yang menjadi salah satu sumber pikiran buruknya, sementara gadis itulah justru yang kini sedang menolongnya. Shiori merasa sangat malu bahkan untuk sekedar menatap Shoko.

"Maaf..." Kata itu terucap dari Shoko. Shiori yang mendengarnya sontak kembali menatap Shoko dengan bingung sekaligus terkejut.

"Kenapa kau meminta maaf..?" Tanya Shiori lirih. Hatinya semakin sakit mendengar kata itu terucap dari Shoko yang tak salah apa pun. Padahal Shiori yang merasa bersalah dan seharusnya ia pula yang meminta maaf pada gadis itu.

"Ini soal pertemuan kita beberapa hari lalu"

"Ya..?"

The Only Exception; SuguruWhere stories live. Discover now