Di suatu tempat di sebuah kediaman keluarga besar Michio, seorang pria paruh baya tampak baru saja keluar dari sebuah ruangan. Dengan pakaian dinas yang masih melekat di tubuhnya ia berjalan menuju ruang kerja pribadinya. Terlihat ia duduk di kursi kerjanya sembari menyenderkan kepala di kursinya. Helaan napas berat terdengar darinya, menyiratkan rasa penat di dalamnya. Sambil meraih telepon, tangan lainnya sibuk memegangi dahinya. Kerutan halus muncul di sana, namun tak jua membuatnya kehilangan pesona indah dari parasnya.
Michio menekan nomor yang hendak ia panggil. Setelah menunggu beberapa detik kemudian telepon tersambung. Dengan senyuman hangat ia kemudian menyapa anaknya dari telepon.
"Halo Shio-chan, bagaimana kabarmu?"
"Halo Ayah, kabarku baik. Bagaimana denganmu?"
"Begitulah, masih seperti biasanya"
"Ah, Ayah ini... selalu saja"
"Bagaimana, katanya ada yang perlu kau sampaikan pada ayah?"
"Ah.. iya benar. Tapi, ku harap ayah mau berjanji agar mendengarkanku hingga akhir. Setelahnya baru ayah boleh bicara, boleh kan?"
"...Baiklah, ayah akan mendengarkan"
Michio terdiam, menyiapkan diri untuk mendengarkan cerita dari putrinya. Shiori pun pelan-pelan menceritakan kronologi insiden yang menimpanya beberapa waktu lalu. Sesuai janjinya, ayahnya mendengarkan Shiori dengan baik hingga akhir tanpa menginterupsinya. Shiori merasa sangat lega karena mendapat respon kooperatif dari ayahnya.
Meski Shiori sempat mengatakan pada Suguru agar tidak perlu khawatir, sejujurnya di lubuk hatinya yang paling dalam ia juga merasa khawatir. Bagaimanapun kabar yang ia bawakan pada ayahnya ini pasti akan mengundang kekhawatiran ayahnya. Ia bisa membayangkan bagaimana ayahnya akan menatapnya jika mereka berhadapan langsung, beliau pasti sudah menatap dengan seluruh rasa khawatirnya.
"Astaga... begitu rupanya, nak..." Respon Michio di akhir cerita putrinya.
"Yah... aku benar-benar minta maaf karena kejadian seperti ini harus sampai terjadi..." Shiori berucap dengan segenap perasaan bersalah. Mendengar hal itu ayahnya pun menghela napas kemudian tersenyum.
"Tidak perlu minta maaf, ini kan bukan salahmu. Mengetahui keadaanmu yang sudah membaik juga sudah membuat ayah sangat bersyukur, Shio-chan"
"Terimakasih Ayah..." Shiori mengulas senyuman dibalik telepon, meski tak terlihat ayahnya bisa merasakan ketenangan dari suaranya.
"Tentu, Putriku. Kalau begitu biar ayah urus masalah toko bungamu. Saat ini kau fokus dulu saja dengan penyembuhan dan sekolahmu, ya"
"Baik Ayah. Aku akan melakukannya dengan baik"
"Anak pintar"
"Kalau begitu aku tutup teleponnya ya, Ayah"
"Iya, selamat istirahat Putriku"
"Terimakasih, Ayah juga yaa. Sampai jumpa Ayah"
"Sampai jumpa, Putriku"
Sambungan telepon pun terputus. Perlahan Michio menaruh teleponnya kembali. Tatapannya beralih menuju pemandangan di luar jendela. Dengan risau ia melihat keluar, memikirkan bagaimana kondisi putri semata wayangnya di sana.
"Apa ini sudah saatnya..?"
•
"Shiori-san~!" Sapa seorang gadis dari kejauhan. Sang empu lantas menoleh sambil menatap tak percaya ke arahnya.
"I-Ieiri-san!?" Shiori mengerjapkan matanya, apa benar Shoko baru saja menyapanya dengan akrab?
"Suga-san konichiwa~!" Kemunculan seorang pemuda dari belakang Shoko membuat Shiori tambah heran.
"Haibara-kun??" Kali ini alisnya bertaut, apa ia tidak salah lihat?
"Yoo, Shiori-chan" Suara yang begitu khas kini terdengar memanggil namanya, dengan cepat ia pun melihat ke arahnya dan masih dengan tatapan tak percaya ia menatap lelaki itu.
"Suguru-san..." Shiori terkejut sekaligus bingung melihat sekumpulan Siswa Jujutsu yang tiba-tiba datang ke tokonya. Ia tidak heran jika itu hanya Haibara atau Suguru, tetapi saat ini... Shoko, Nanami, bahkan Satoru pun turut hadir. Ada apa ini?
Pasalnya saat ini Shiori sudah memulai renovasi toko dan sebelumnya ia sudah mengabari para pelanggannya tentang tokonya yang ditutup sementara melalui media sosial. Lalu apa tujuan dari para siswa Jujutsu yang menemuinya hari ini?
"Anu... ada apa ya kalian ramai-ramai datang kemari? Tokoku sedang renovasi, jadi..."
"Baguslah kau langsung melakukan renovasi, Shiori" Satoru menyela Shiori dengan santainya.
"Aku sangat terkejut saat mengetahui apa yang terjadi dengan tokomu, Suga-san. Tetapi syukurlah kau baik-baik saja!" Haibara menambahkan senyuman setelah lisannya.
"Eh... Etto.. haik(?)" Shiori bingung mencerna perkataan Haibara. Apa Haibara sudah tahu soal kejadian yang menimpanya tempo hari lalu?
"Shiori-san kau pasti terkejut ya?" Shoko mendekatinya lalu menepuk pelan bahu si gadis floris.
"Ieiri-san..." Shiori masih kebingungan harus bagaimana menanggapi semuanya.
"Maaf kami semua tiba-tiba mendatangimu begini, Shiori-chan. Kami sebenarnya sedang libur jadi kami berencana untuk main bersama"
"Ah... begitukah? Jadi kalian mampir untuk menyapaku sebelum main?" Shiori bertanya dengan wajah polosnya.
"Kami mampir untuk mengajakmu ikut bersama kami, Shiori-san" Shoko meluruskan maksud dari ucapan Suguru.
"Eh?? Kalian mengajaku main bersama..??" Shiori terkejut mengetahui tujuan mereka.
"Tentu saja!"
"T-tapi.."
"Aku kasihan pada Shoko karena ia perempuan sendiri, Shiori. Ayo ikut saja" Tanpa diduga Satoru membujuk Shiori.
"Gojo..." Shoko menatap sebal pada Satoru karena ia menggunakan namanya tanpa izin.
"Benar, Shoko pasti akan sangat senang jika memiliki teman perempuan hahaha" Suguru menambahkan, sedikit tersirat satir di dalamnya.
"Bisakah kalian berhenti mengatasnamakan diriku?!" Shoko akhirnya menimpali dengan kesal, membuat semuanya tertawa tak terkecuali Shiori. Entah mengapa Shoko yang marah barusan justru tampak menggemaskan.
"Mm baiklah... kalau begitu aku ikut. Aku mau menemani Ieiri-san" Ucapnya diakhiri senyuman manis. Melihatnya Shoko lantas ikut tersenyum. Ia kemudian merangkul Shiori.
"Yeay! Terimakasih Shiori-san, Gojo dan Geto pasti sangat senang karena sekarang mereka bisabermesraan berdua" Gantian, kali ini Shoko yang menyeret kedua nama sahabatnya.
"Apa maksudmu Shoko?" Suguru menghela napas sembari tersenyum masam.
Sementara itu pihak lain yang disebut Shoko hanya terdiam dengan wajah datar. Sayangnya tak ada yang sadar akan hal itu.
YOU ARE READING
The Only Exception; Suguru
FanfictionSetelah melalui misi sulit di musim panas, ideologi Suguru terhadap dunia jujutsu dan non-jujutsu mulai goyah. Menciptakan sebuah revolusi dimana hanya akan ada jujutsu, merupakan ideologi baru sang jujutsu berbakat, Geto Suguru. Demi mewujudkannya...
