Satoru kembali ke ruang tunggu menemui teman-temannya. Shoko yang menlihatnya sendirian lantas langsung memasang wajah curiga. "Dimana Geto?" Tanyanya dengan sinis.
"Dia mungkin sedang mencari angin" Satoru menjawab dengan enteng. Membuat Shoko jadi sedikit kesal. Sudah pasti terjadi sesuatu saat mereka mengobrol tadi.
"Jadi sebenarnya apa yang terjadi?"
Shoko akhirnya menuntut penjelasan atas kejadian hari ini.
"Tenang saja, aku akan menceritakannya–"
"Gojo-sama" Tiba-tiba seorang pria berpakaian formal memanggilnya. Terlihat pria itu berjapan bersama pria yang tak lain adalah Michio.
Satoru terdiam, wajahnya seketika berubah jadi sangat serius. Shoko, Haibara, dan Nanami lantas kebingungan melihat kemunculan dua pria asing mendekati mereka. Diam-diam semuanya siaga.
"Maaf telah membuat anda repot, Gojo-sama." Ucap asisten Michio seraya membungkukan tubuhnya pada Satoru.
"Aku yang seharusnya minta maaf. Maaf karena aku terlambat hingga jadi seperti ini" Timpal Satoru, ia pun ikut membungkukkan tubuhnya. Teman-temannya sontak terkejut melihat Satoru yang untuk pertama kalinya membungkuk dengan sopan pada seseorang.
"Ini bukan tanggung jawabmu, Gojo-san" Kali ini Michio yang bicara. Ia kemudian memperhatikan teman-teman Satoru yang sudah menatapnya dan Takeshi dengan penuh kecurigaan.
"Apakah kalian teman-teman Shiori?" Tanya Michio.
"Benar..." Satoru terdiam sejenak, bingung bagaimana ia harus memanggil orang tua ini "Mereka juga ikut mencari Shiori, bersama satu teman kita yang lain. Hanya saja ia sedang pergi saat ini" Jelas Satoru lalu ia memperkenalkan teman-temannya satu persatu.
"Begitu rupanya" Michio tersenyum simpul, ia kembali menbungkuk pada anak-anak dan sontak membuat mereka semua bingung "Terima kasih banyak karena sudah membantu mencari putriku" Ucapnya dengan penuh rasa syukur.
Mendengar penuturannya lantas membuat para siswa jujutsu ini terkejut "T-tidak apa... Anda tidak perlu seperti ini... Suga-san" Ucap Haibara dengan ragu-ragu. Michio kembali menegakkan tubuhnya dan tersenyum.
"Sebut saja aku Michio. Aku adalah ayah Shiori." Akhirnya Michio memperkenalkan diri. Semua siswa jujutsu pun giliran membungkuk pada Michio, dirinya pun mengangguk membalas penghormatan para siswa.
"Gojo-san, bolehkah aku mendengar penjelasan detail kejadiannya?" Michio kembali memfokuskan diri pada Satoru. Keduanya lantas berjalan menjauhi para siswa jujutsu lain. Meninggalkan mereka lagi-lagi dengan penasaran dan penuh tanya.
"Bagaimana orang tua Suga-san bisa mengenal Gojo-san?" Tanya Haibara, terlihat ekspresinya terkejut sekaligus kebingungan.
"Aku juga tidak mengerti" Nanami menimpali dengan raut yang sama-sama bingung.
Sementara itu, kohai mereka justru sedang terbelalak sambil menatap ke arah Satoru dan Michio. Pikirannya kembali teringat pada hari dimana dirinya sedang berlatih dengan Satoru dan Suguru beberapa waktu lalu di sekolah.
Yaga pernah menyebutkan bahwa ada keluarga ahli kekkai yang jarang muncul ke dunia jujutsu dan dirumorkan juga bahwa dia menyembunyikan keluarga dan keturunannya. Shoko ingat betul bahwa Yaga sensei menyebutkan nama Michio saat menceritakannya.
"Jangan-jangan... dia orang itu?" Gumam Shoko pelan. Jika dipikir lagi, orang itu seolah menolak panggilan Suga dan meminta untuk dipanggil dengan nama Michio langsung.
Shoko menunduk, otaknya berpikir keras menghubungkan segala hal yang selama ini terjadi dan ia saksikan di sekitarnya.
"Sugawara..." Shoko teringat kembali pada gelang yang melekat pada pergelangan tangan Shiori saat ia pingsan beberapa waktu lalu.
"...?!" Matanya kembali terbelalak setelah ia menyadari semuanya. Ia menelan ludah sambil tak percaya dengan asumsinya sendiri 'Suga-san... adalah keluarga Klan Sugawara..?'
Setelah beberapa waktu, Michio dan Satoru kembali menghampiri Shoko, Haibara, dan Nanami di kursi ruang tunggu. Akhirnya Michio pun meminta para siswa jujutsu untuk pulang kembali ke Tokyo. Karena pengawasan Shiori sudah dialihkan, Shoko, Haibara, dan Nanami pun pulang diantar oleh Takeshi - ajudan Michio. Sementara Satoru kembali bersama dengan ajudan keluarga Gojo.
Pada akhirnya, perayaan ulang tahun yang direncanakan untuk Shiori gagal total dan berujung pada sebuah tragedi yang jauh diluar dugaan mereka. Terlarut dalam situasi kacau, para siswa jujutsu hingga tak ada yang sempat mengucapkan ulang tahun pada Satoru. Mereka bahkan melupakan Suguru yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
Setelah kepulangan para siswa jujutsu dan keluarga Gojo, ritual pelepasan segel pun dibatalkan karena Shiori yang masih terbaring dalam kondisi kritis.
Menunggu dengan perasaan cemas, Michio duduk termenung seorang diri di ruang tunggu. Memikirkan bagaimana kondisi putrinya setelah kejadian hari ini. Mengetahui bahwa ada kemungkinan kebocoran energi dari dalam tubuh Shiori saja sudah membuatnya kepalang. Belum lagi dengan fakta bahwa ibunya yang sampai tega melukai putrinya hingga seperti ini.
Pikiran dan hati Michio sungguh kacau. Ia sangat merasa bersalah pada putrinya. Sebagai seorang ayah dirinya merasa gagal karena telah lalai dalam menjaga putri satu satunya "Shio-chan..." Gumam Michio dengan lirih. Tersirat rasa penyesalan dalam suaranya.
"Maafkan Ayah..."
•
Setelah kejadian hari itu akhirnya Satoru tak menjelaskan apa pun pada Shoko, Haibara, dan Nanami. Meski begitu, Shoko percaya akan kesimpulan yang ia tarik dari setiap rentetan kejadian yang ia lihat. Lain halnya bagi Haibara dan Nanami yang masih benar-benar tidak mengerti dengan semua kejadian ini. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar bagia semuanya, mengapa bisa ada kejadian seperti itu menimpa Shiori.
Seiring waktu yang berjalan, ingatan tentang kejadian hari itu berlalu dan seolah membeku bersama musim dingin. Para siswa jujutsu pulang ke rumah, menikmati waktu liburan musim dingin bersama keluarga mereka masing-masing. Meninggalkan asrama jujutsu tanpa perasaan khawatir, tanpa tahu bahwa Suguru masih setia menghuni asrama jujutsu hingga hari ini.
Setelah berhari-hari mengurung diri di kamarnya, hari ini Suguru pergi berlatih di lapangan. Seharian penuh ia berlatih di bawah hujan salju. Seberapa lelah tubuhnya, sebanyak apapun dirinya tertatih, Suguru terus-menerus menguji dirinya dengan latihan.
Meski tubuhnya meronta untuk istirahat, dirinya tak bisa diam walau sesaat karena pikirannya akan langsung dipenuhi hal-hal negatif. Tak ingin membiarkan pikiran negatif memakannya, ia pun menyiksa diri dengan latihan sepanjang hari.
Gubrak!
Setelah berjam-jam berlatih, Suguru akhirnya tumbang. Tubuh panasnya terkapar di atas hamparan salju. Napasnya terengah-engah, tangannya tampak menunjukkan beberapa memar khususnya di bagian punggung tangan.
Sambil menatap langit putih, dirinya berusaha mengatur napas. Perasaan lelah dan kesal menghantui dirinya. Tanpa sadar pikirannya teringat kembali pada kejadian yang menimpa Shiori beberapa hari lalu. Seketika perasaan rindu menyelimutinya, diikuti dengan rasa khawatir dan cemas. Ia belum mendengar kabar apa pun dari gadis itu. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Shiori, namun semua pesannya masih belum berbalas. Membuatnya semakin digulung perasaan resah dan rindu.
"Shiori-chan..." Panggilnya diantara deru napas yang berantakan.
VOCÊ ESTÁ LENDO
The Only Exception; Suguru
FanficSetelah melalui misi sulit di musim panas, ideologi Suguru terhadap dunia jujutsu dan non-jujutsu mulai goyah. Menciptakan sebuah revolusi dimana hanya akan ada jujutsu, merupakan ideologi baru sang jujutsu berbakat, Geto Suguru. Demi mewujudkannya...
