"Energi di tokomu terasa tak beda jauh dengan tempat ini, Shiori"
"Apa maksudmu Satoru?" Shiori menukikkan kedua alisnya menandakan dirinya yang tak terima atas pernyataan Satoru. Apa Satoru baru saja mengatakan bahwa toko bunganya terasa seperti taman pemakaman?!
"Aku tahu kau cukup peka untuk merasakan energi tempat seperti ini" Satoru mengabaikan pertanyaan Shiori dan lanjut berjalan.
"Satoru?!" Shiori sangat kesal dengan perlakuan Satoru. Meski begitu ia berusaha menahan dirinya mengingat tempat apa yang sedang mereka pijak saat ini.
Tanpa berlama-lama Shiori pun menyusul Satoru dan keduanya keluar dari tempat pemakaman tersebut.
"Kau masih harus menemaniku, ada satu tempat lagi yang ingin aku kunjungi" Ucap Satoru selagi Shiori mengejar langkahnya.
"Apa?! Kemana lagi?" Tanya Shiori dengan sinis, anehnya Satoru malah tersenyum seolah ia puas karena telah membuat si gadis floris kesal.
"Kau akan tahu" Dan terjadi lagi, Satoru tidak memberikan jawaban pasti.
Berbeda dari perjalanan sebelumnya, kali ini tempat yang Satoru kunjungi adalah kuil yang berada di bukit yang tak jauh dari pemakaman.
Suasana sekitar begitu tentram, dedaunan yang saling bergesekan menciptakan sebuah simfoni yang begitu nyaman didengar. Shiori yang terenyuh akan suasana yang tenang ini tersenyum teduh. Tempat ini membuat perasaannya yang sebelumnya resah menjadi begitu damai. Shiori menyukai tempat ini.
"Bagaimana?" Satoru tiba-tiba bertanya dan membuat Shiori kaget sekaligus bingung.
"Bagaimana apanya?" Shiori balik bertanya, kali ini dengan nada lebih tenang.
"Kau bisa merasakan bagaimana energi di tempat ini bukan?"
"..." Shiori terdiam sambil menatap lurus pada Satoru, memikirkan apa yang harus ia rasakan selain suasana di sekitarnya. Pemilik netra biru laut itu pun menatap si gadis dengan lekat, menelisik sebuah enigma dalam matanya.
Keduanya cukup lama beradu tatap, hingga akhirnya Satoru memutus pandangan mereka dan berbicara "Dari setiap ekspresimu, kau terlihat begitu nyaman dan tenang di sini. Berbeda dengan saat kau berada di pemakaman tadi"
Shiori termenung untuk beberapa saat. Ia mengingat kembali bagaimana perasaannya bereaksi di masing-masing tempat yang ia kunjungi bersama Satoru, dan benar apa kata Satoru. Ia sadar berada di kuil ini membuatnya damai, dan ia merasa sangat tidak nyaman saat berada di pemakaman.
"Aku memang merasakan sensasi yang berbeda saat berada di pemakaman dan di tempat ini, tapi bukankah perasaan seperti ini bisa dirasakan oleh setiap orang?"
"Benar"
"Lalu apa bedanya apa yang aku rasakan dengan mereka?"
"Sebenarnya kau bisa lebih peka dan merasakan hal lain di luar itu Shiori"
"Apa?"
"Lain kali, cobalah untuk tidak menolaknya"
"...?"
Shiori termenung memikirkan perkataan Satoru. Shiori bahkan tak merasa dirinya menolak apapun, lantas apa yang harus ia rasakan? Apa yang ingin Satoru perlihatkan?
Lembayung senja mulai terlihat. Tanpa sepatah kata pun keduanya melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Meski penasaran kemana lagi Satoru akan membawanya, Shiori tetap memilih untuk bungkam. Perasaannya terlalu campur aduk untuk berbicara. Pikirannya kalut dengan memikirkan ucapan Satoru. Di sisi lain Satoru justru tak memikirkan apa pun.
Di tengan perasaan Shiori yang dilanda keresahan karena perkataan Satoru, entah mengapa keadaan sering kali memaksa Shiori agar bertumpu pada tubuh Satoru. Banyaknya penumpang dalam bus saat ini membuat dua siswa ini tak mendapatkan kursi dan mau tak mau mereka harus berdiri.
Satoru yang memiliki tubuh tinggi tentu dapat dengan mudah meraih penyangga gantung. Sayangnya si gadis floris ini tak sampai pada penygangga gantung, membuatnya jadi tak bisa menahan tubuh kecilnya yang rentan terhadap dorongan dan pergerakan bus yang tak menentu.
Melihat Shiori yang kesulitan Satoru tentu saja tak keberatan jika si gadis harus menggunakan tubuhnya untuk bertumpu. Hanya saja si gadis justru terlihat tak nyaman dan sungkan, membuat Satoru gemas sekali padanya hingga ingin rasanya ia menjorokkan Shiori ke tebing.
"Pegangan" Satoru mendekap Shiori ke dekatnya.
"...?!" Meski terkejut akan tindakan Satoru, Shiori tak bisa menolak karena padatnya penumpang yang membuatnya tak bisa bergerak.
Alhasil, si gadis pun mati-matian menata perasaannya agar detak jantungnya yang ribut sejak tadi ini bisa lebih damai.
•
Suguru kembali ke asrama dalam keadaan resah. Mengingat perkataan Haibara sebelumnya membuatnya jadi khawatir pada Shiori.
"Kenapa kau tak mengatakan apa pun kemarin, Shiori-chan..?" Perasaan khawatirnya kini bercampur dengan rasa kecewa. Membuat pikirannya seolah diselimuti oleh kabut.
Ditatapnya buket bunga pemberian Shiori beberapa waktu lalu. Terlihat bunga-bunga tersebut sudah layu. Alih-alih memikirkan solusi, pikiran kalutnya justru mengarahkannya pada perasaan kesal.
"Apa memang semudah itu bagimu melupakan semua hal tentangku..?" Tanya Suguru dengan suara lirih namun juga penuh penekanan.
YOU ARE READING
The Only Exception; Suguru
FanfictionSetelah melalui misi sulit di musim panas, ideologi Suguru terhadap dunia jujutsu dan non-jujutsu mulai goyah. Menciptakan sebuah revolusi dimana hanya akan ada jujutsu, merupakan ideologi baru sang jujutsu berbakat, Geto Suguru. Demi mewujudkannya...
