Bahkan niat baik putrinya yang hanya ingin mengisi ulang minuman ibunya mengakibatkan bencana.

“Jangan khawatir, isi perutmu sudah dicuci hingga bersih. Seluruh racunnya sudah berhasil dikeluarkan. Kau tetap bisa makan makanan biasa dengan normal.”

“Kau tidak akan memotong gaji atau memecat Jaemin kan?”

Hongjoong menggeleng pelan. “Kau tidak akan membiarkanku untuk melakukannya kan? No need to fret, aku sudah memberinya kesempatan kedua. Tapi itu adalah kesempatan terakhir. Kalau ia melakukan kesalahan lagi, aku akan benar-benar memotong gajinya sebesar sembilan puluh persen selama tiga bulan berturut-turut. Dan aku ingin kau menyetujuinya. Aku sudah cukup bijaksana kan?”

Seonghwa terisak, Hongjoong menghapus air mata itu dengan lembut. Tidak ingin sentuhannya menyakiti pipi si kesayangan yang memar.

“Hongjoong, Minju itu …” Seonghwa menggantungkan kalimat.

“Anak nakal.” Hongjoong yang melanjutkan.

“Tidak, ia tidak nakal. Hanya butuh waktu, tapi entah sampai kapan.” Padahal kalau boleh berkata kasar, Seonghwa ingin sekali bilang bahwa anak itu adalah bocah iblis yang dikirim dari neraka. Bahkan kehadiran anak itu tidak pernah diharapkan. Anak itu terjadi karena sebuah kecelakaan. Dan begitu anak itu dinantikan kelahirannya pada akhirnya, makhluk yang tadinya disebut sebagai malaikat kecil itu seakan tidak lagi pantas menyandang panggilan mulia seperti itu.

Tapi tidak. Seonghwa adalah seseorang yang paling mengenal Minju lebih dari siapa pun. Ia mengenal anak itu seperti ia mengenal punggung tangannya sendiri.

Maka bagaimanapun, Kim Minju tetaplah malaikat kecil baginya. Dan ia akan selalu menyayanginya sepenuh hati, tidak peduli apa pun yang terjadi.

“Aku sudah tahu semua yang terjadi, aku mendengarnya dari para pekerja di rumah.”

“Benarkah? Tapi kau tidak memarahi Minju kan?”

“Tidak, aku tidak memarahinya. Hanya menegurnya sedikit.”

“Apa teguran itu membuatnya menangis?”

“Tidak, ia hanya menunduk. Aku tidak bohong sayang, aku tidak memarahinya.”

“Baiklah, aku percaya padamu.”

“Aku sangat salut padamu. Lihatlah dirimu. Anak itu hanyalah bocah berusia tiga tahun, tapi bisa membuatmu jadi begini. Padahal aku baru saja meninggalkan kalian selama sepuluh jam.”

Seonghwa melanjutkan isakannya.

“There, there, jangan menangis lagi sayang. Satu bulan dari sekarang, kita bertiga akan menghabiskan waktu bersama-sama. Peranku sebagai seorang ayah akan sangat berguna. Dan bulan depan aku tidak akan pergi ke mana pun. Kau yang akan ke Horizon Gulf untuk mengurusinya, dan aku yang akan merawat Minju di rumah. Sehingga aku bisa merasakan betapa besarnya perjuangan menjadi dirimu.” Ia mengecup punggung tangan Seonghwa yang lemas dan diperban itu, selama beberapa detik.

“Alright, nanti tolong jaga ia baik-baik. Dan tolong jangan buat ia menangis, ia sangat takut padamu.”

“Get it. Aku juga berpesan padamu, jangan terlalu baik pada Hyunsuk dan Heejin. Aku tahu kita memang menyukai keduanya. Tapi kalau mereka melakukan kesalahan, kau harus tetap menegur dan bersikap tegas pada mereka. Apalagi pada staf lain.”

Seonghwa mengangguk lemah.

Hongjoong membawa wajah keduanya mendekat, hingga bibirnya bertemu dengan bibir Seonghwa yang pucat pasi dan kering kerontang. Friksi antar kulit itu sedikit bergetar, terlebih ketika hidung keduanya saling beradu.

Tricky House 🎲 joonghwa [⏹]Where stories live. Discover now