The last chapter

517 49 106
                                    

Seonghwa tidak tahu apa yang terjadi. 

Semuanya terjadi begitu saja. Begitu cepat, seperti kilat jepretan kamera. Bukan sesuatu yang bisa kau kendalikan. Bukan sesuatu yang kau kehendaki.

Ketika membuka mata, tahu-tahu ia sudah terbaring lemah di dalam sebuah ruangan serba putih berbau obat-obatan. Rasanya sudah tiga tahun lamanya ia tidak terbaring di ranjang rumah sakit, semenjak terakhir kali merasakannya saat periode proses penyembuhan pasca operasi dislokasi tulang kaki. Saat itu Jessica yang sering menemaninya. Kali ini Hongjoong yang berada di sisinya.

“Kau sudah bangun bunny.”

Seonghwa mendapati telapak tangannya sedang digenggam sang suami, dengan perasaan cemas.

“Kau sudah makan? Maafkan aku, aku tidak bisa memasak makanan kesukaanmu. Seharusnya aku bisa membuatkan sesuatu yang istimewa sebagai reward karena kau telah bekerja keras,” lirih Seonghwa lemah, menatap sang lawan bicara dengan mata memayung sayu. Membuat yang menatapnya merasa teduh, sekaligus haru.

“Tidak apa-apa. Dengan semua hal yang kau lakukan di rumah dengan baik, aku sudah sangat berterima kasih padamu.”

“Finally now you’re home, hubby.”

“Iya sayang, aku sudah berada di sini bersamamu. Aku sudah pulang.”

“Glad to see you’re here with me.”

Hongjoong tentu menyadari kondisi buruk pada fisik Seonghwa, yang terlihat jelas.

Mata merah dan sembab. Memar di pipi. Tangan diperban. Lengan memar.

Bahkan Hongjoong juga tahu bahwa Seonghwa merasa sakit di bagian belakang kepala dan pinggul. Jangan lupa di dalam perut Seonghwa, yang menjadi alasan sesungguhnya ia bisa berada di rumah sakit ini.

Karena Hongjoong sudah mendengar semuanya dari para karyawan di rumah, tentang kenakalan sang putri.

Minju yang menumpahkan deterjen hingga termakan oleh Seonghwa.

Menumpahkan sampo dan sabun cair hingga Seonghwa terpeleset dan kepalanya membentur lantai.

Menyemprotkan saus pedas hingga masuk ke mata Seonghwa. Hingga bahu, lengan, dan pinggul pria itu menabrak lemari dan rak kecil, dan kakinya tersandung kaki meja hingga tubuhnya tersungkur ketika berlari ke dapur untuk membersihkan mata.

Menyemprotkan air dari selang hingga Seonghwa basah kuyup dan kedinginan.

Melempar mainan hingga memecahkan kaca dan melukai wajah dan telapak tangan Seonghwa.

Mengocok botol susu hingga mengotori rambut, wajah, dan baju Seonghwa.

Tentang semua itu, Hongjoong sudah tahu. Ia tidak bisa terus-terusan tenggelam dalam kecurigaan. Makanya ketika mendapati Seonghwa masuk rumah sakit, ia langsung mengumpulkan semua pekerja rumahnya dan meminta penjelasan atas kesaksian.

“Why am I here? I’m supposed to be in my room.” tanya Seonghwa. Hongjoong ikut merasa sakit melihat kondisi pasangan hidupnya yang kacau ini. Ada rasa penyesalan. Kalau saja ia tidak pergi, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Padahal dianya saja yang tidak tahu, bahwa Seonghwa merasa kewalahan mengurusi anaknya bukan hanya pada hari itu saja. Tapi setiap hari.

Hongjoong menyibak poni Seonghwa yang mulai memanjang, yang menutupi keningnya. “Aku mendengar laporan dari Jaemin, bahwa jus yang Minju tuangkan ke dalam appletini-mu ternyata sudah kadaluwarsa selama tiga bulan. Katanya Jaemin telat memeriksa tanggal kadaluwarsa pada seluruh makanan bermerk di lemari es. Jacob—kepala pelayan—pun lupa untuk mengingatkannya. Tapi untung saja sejak tiga bulan lalu tidak ada lagi yang meminum itu.”

Tricky House 🎲 joonghwa [⏹]Where stories live. Discover now