Enver memberanikan diri mengelus pucuk kepala gadis itu. "Aku tidak berbohong, aku memang sedang sibuk," ucapnya penuh kelembutan membuat pipi sang empu merah merona akan perlakuan pria di hadapannya tersebut.

Haura hanya bisa tersipu malu, menutupi wajahnya di balik beberapa bunga tulip yang ia genggam.

Sungguh, Enver benar-benar dibuat tidak tahan akan perilaku gadis lucu di hadapannya tersebut.

Akankah aku dapat merasakan kebahagiaan seperti ini lebih lama lagi?

Ah, bahkan aku terlalu takut untuk memikirkan hari esok.

"Baiklah..." sahut Haura yang masih tetap fokus pada beberapa tangkai bunga tulip yang sebelumnya di bawakan oleh Enver.

"Kau mau kesana?" tanya Enver dengan arah pandangan yang menuju pada sebuah pantai di balik kaca besar rumah sakit.

"Lagi?"

"Kau tidak mau?"

"TENTU AKU SANGAT MAU, ENVER!" jawab Haura antusias. Binar keceriaannya tampak jelas dan itu membuat Enver ikut senang melihatnya.

Dengan penuh hati-hati, Enver membantu Haura untuk menaiki kursi rodanya. Haura, gadis itu dapat merasakan betapa tulusnya pria yang berada di sisinya saat ini.

"Ya Allah, jika kau mengizinkan, aku ingin sekali membangun sebuah keluarga kecil bersama dengannya," pinta Haura yang terdengar sangat tulus.

Enver mulai membantu Haura mendorong kursi rodanya, melewati lorong rumah sakit dengan canda tawa mereka berdua yang menggema di sepanjang lorong dan itu menarik perhatian beberapa orang yang berada disana. Jika bisa di gambarkan, mungkin mereka berdua saat ini bagaikan dua insan yang paling bahagia. Kesederhanaan yang saling melengkapi, perasaan yang muncul murni dari hati nurani mereka masing-masing dan rasa kasih sayang yang tertanam sejak awal pertemuan mereka.

"Tunggu! Bukankah kita akan ke pantai?" tanya Haura yang sedikit bingung pasalnya Enver membawanya menuju parkiran.

"Aku ingin mengambil gitar,"

"Gitar?"

Enver mengangguk sebagai jawabannya.

"Untuk apa?"

"Untuk menyanyikan mu sebuah lagu,"

Pipi Haura merah padam, gadis itu susah payah berusaha menyembunyikan senyumnya yang mungkin tidak dilihat oleh Enver. Namun, ternyata Enver menyadari hal tersebut.

"Silahkan tersenyum Nona, jangan kau tahan karena senyummu sangat indah untuk di sembunyikan," goda Enver yang membuat degup jantung Haura semakin menjadi-jadi.

Alih-alih tersenyum, justru Haura malah mencubit kecil telapak tangan Enver yang sedang membantunya mendorong kursi roda dan itu membuat Enver sedikit meringis kesakitan.

"Hey! Aku berkata jujur, senyummu memang terlalu indah untuk di sembunyikan,"

"Cepat Enver ambil gitar itu!" alih Haura, karena saat ini dirinya benar-benar dibuat terbang oleh pria tersebut.

Enver terkekeh dan menuruti ucapan gadis itu untuk mengambil gitar kesayangannya. Gitar yang diberikan oleh mendiang Ayahnya, Lionel.

BILLIONAIRE HUSBANDWhere stories live. Discover now