Chapter 20 • Kembali Memulai

612 73 7
                                    

Zean duduk didepan Zidan yang dengan santai menyilangkan tangannya seolah ia marah pada Zean. Zean belum menyadari kesalahannya jadi ia bertanya hal lain.

"Bagaimana kamu bisa ada disini?" tanya Zean dengan menatapnya serius.

Zidan belum menjawab dan itu membuat Zean kembali bertanya, "beritahu aku bagaimana kamu bisa kesini dan untuk apa? Kamu ada ujian sebentar lagi dan kamu malah bermain main, apa kamu tid--"

"Zean Kanandra, aku yang harusnya bertanya, kamu meninggalkanku dan tidak ada kabar selama sepuluh hari, sepuluh hari! Apa kamu kira aku hanya akan menunggu dan menunggu?" ucap Zidan memotong ucapan Zean. Ia benar benar merasa kesal sekarang, sebelum bertemu Zean, ia merasa sangat merindukannya tetapi ketika Zean memarahinya karna ujian itu membuatnya menjadi marah dan kesal, apa Zean tidak mengerti itu?

Zean yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas, ia juga bersalah. "Maafkan aku, aku punya alasannya sendiri."

"Ya, kamu selalu punya alasanmu sendiri. Seberapa parah kamu sering berbohong? Bahkan ucapan seriusmu kini bisa kami anggap kebohongan, aku tidak pernah memaksamu untuk berbagi cerita tapi kamu selalu bertindak semaumu," ucap Zidan marah. Ia benar benar merasa Zean sangat menyebalkan karna bertidak sesukanya.

"Ini urusanku sendiri, aku tidak mau melibatkanmu, Zidan, antara aku dan kamu itu hanya sebatas wali dan juga dosen, aku membimbingmu sejauh ini bukan untuk mengacaukan studimu," jawab Zean mencoba tenang. Ia tahu dirinya salah dan mencoba menerimanya.

"Jika itu urusanmu maka apa yang aku lakukan adalah urusanku. Aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu dibimbing olehmu, Zean, apa kamu sama sekali tidak mengerti?"

"Terlepas dari apapun itu, kamu seharusnya menungguku untuk mengabari, kamu harus fokus pada ujianmu, apa kamu ingin mengecewakan orang tuamu? Aku tidak mengajarmu hanya untuk gagal dalam ujian," ucap Zean lagi.

Baik Zean dan Zidan sepertinya mempunyai rasa keras kepala, tidak ada yang mau mengalah dan menurunkan sedikit egonya, Zean merasa apa yang ia katakan adalah untuk menyadarkan bahwa Zidan tidak sepenuhnya benar dalam tindakannya dan Zidan sendiri merasa bahwa Zean sangat tidak mengerti dan Zidan merasa tindakannya memang pantas dilakukan.

Di lantai dua itu tidak banyak pelanggan karna Zean memilih area yang agak terpojok dan sedikit terhalang dinding. Zean mencoba berhenti berargumen tetapi setiap ucapan Zidan selalu membuatnya kesal.

"Zidan, aku salah oke? Sekarang berhenti dan cari tiket untuk kembali, pikirkan ujianmu, aku akan menyusul setelah urusanku selesai," ucap Zean mencoba menenangkan Zidan yang masih merasa kesal.

Zean tidak tahu bahwa ucapannya itu hanya memperkeruh perasaan yang Zidan rasakan, Zean memang sangat tidak manusiawi pada perasaannya.

Zidan menatap Zean dengan tajam, ia tertawa pelan sebelum berbicara, "Zean, apa kamu kira aku akan semudah itu untuk percaya lagi? Kamu akan menyusul setelahnya? Siapa yang coba kamu bohongi? Kamu ingat apa yang kamu ucapkan pada Kakakmu tadi? Kamu akan tetap disini dan kamu sekarang bilang bahwa kamu akan menyusul? Bagian mana dari ucapanmu yang bisa dipercaya?"

Zean terdiam, itu kesalahannya lagi. Zean benar benar bodoh, ia benar benar merasa bisa membodohi salah satu dari mereka tetapi ternyata itu tidak mempan untuk kedua kalinya.

Zean menghela nafas dan mencoba meyakinkan Zidan lagi yang sepertinya hanya memiliki setitik kepercayaannya.

"Zidan, aku serius, aku tidak akan membohongimu, kembali dan lakukan ujianmu, aku akan datang tepat setelah ujian berakhir."

Zidan mengepalkan jemarinya dan menatap Zean marah, ia menarik tangan Zean, "Apa kamu bodoh? Ujian, ujian, dan ujian. Aku mengkhawatirkanmu selama ini! Baik aku atau Keisya sangat khawatir karna kamu tidak ada kabar!"

KENZE: The First And Last Love [END]Where stories live. Discover now