Chapter 21 • Panggilan Ayah

551 67 5
                                    

Zean sampai dirumah pukul setengah 10 malam, seharusnya pukul 9 ia sudah bisa dirumah tetapi seseorang yang tiba tiba masuk ke mobilnya membuatnya harus mau untuk mengantarnya.

Itu adalah Gibran. Entah bagaimana Gibran tahu bahwa di dalam mobil itu adalah Zean. Gibran berkata bahwa mobilnya terjerembab dan baru bisa diangkut besok pagi.

Gibran berkata bahwa kebetulan mereka bertemu dijalan dan Gibran hampir menghapal setiap plat mobil yang dimiliki keluarganya. Zean tidak tahu harus tertawa atau tidak karnanya.

Zean juga sempat mengantarkan Gibran kerumahnya yang membuat ia harus putar balik. Ketika sampai dirumah suasananya sepi, Zean berjalan menaiki tangga dan berhenti di depan kamar Kenzio.

Jika Kenzio marah padanya maka ia akan melimpahkan kesalahan itu pada Gibran dan bertindak bahwa ia membantu Kakaknya yang kesulitan.

Zean membuka pintu dan tidak melihat Kenzio disana tetapi ia mendengar suara air dari arah kamar mandi dan hening setelahnya, mungkin Kenzio sudah selesai mandi.

Zean duduk diatas sofa dikamar itu dan sibuk menunggu Kenzio keluar, ia juga sudah menyiapkan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.

Pintu kamar mandi dibuka dan uap di dalamnya keluar lalu menghilang di udara. Ia segera menyuruh Kenzio untuk mendekat, "Ken."

Kenzio menurut dan duduk dilantai yang dilapisi karpet. Zean tanpa menunggu lama mulai mengeringkan rambutnya dan sesekali memainkannya.

"Ken," panggil Zean.

"Hm?"

"Aku pergi dari rumah utama jam setengah tujuh tetapi macet lalu aku bertemu dengan Gibran dijalan, mobilnya mengalami masalah dan aku mengantarkannya kerumah. Jika kamu ingin marah, marah padanya, karna aku telat lebih dari dua jam karna Gibran terlihat cukup menyedihkan untuk seseorang yang kedinginan di musim dingin," ucap Zean memberikan alasan, sebenarnya alasannya itu terdengar seperti Gibran yang salah dan layak disalahkan dan tersirat bahwa Gibran sangat menyedihkan.

Zean tidak mendengar jawaban dari Kenzio jadi ia mencoba menurunkan wajahnya kesamping untuk melihat ekspresi Kenzio tetapi itu hanya membuat tangan Kenzio menahan kepalanya dan memberikan sebuah kecupan singkat dibibirnya.

"Siapa yang kamu temui disana?" tanya Kenzio yang tangannya masih menahan kepala Zean.

"Menemui Gege, Keisya ada disana jadi aku harus kesana dulu."

Zean menutup kepalanya dan merentangkan tangannya di kedua bahu Kenzio, ia sebenarnya tidak ingin membahas itu dengannya, ia hanya ingin Kenzio bersikap baik dan menerima perlakuannya.

Zean memegang rambut Kenzio dan merasa bahwa rambutnya sudah hampir kering, ia menyimpan handuk di sisinya dan berdiri.

"Ayo tidur," ucap Zean dan melangkah menuju kasur. Kenzio belum bergerak sama sekali tetapi setelah Zean merentangkan tangannya, ia segera berjalan dan memeluknya.

Zean tidak berharap bahwa Kenzio akan memeluknya dengan cepat, mereka akhirnya terjatuh bersama di kasur.

Zean sudah bertekad untuk memperbaiki semuanya.

"Ken, besok ada waktu luang?" tanya Zean sambil menatapnya.

"Besok? Aku ada waktu setelah pertemuan pagi, bagaimana dengan itu?" jawab Kenzio sambil diakhiri pertanyaan. Ia menghirup tubuh Zean dan memainkan jari jarinya.

Zean mengangguk dan tangan yang terbebas mengelus rambut Kenzio, "oke."

Lalu setelah itu mereka membenarkan posisi tidurnya dan mulai bersiap untuk tidur, mereka memeluk satu sama lain dan mencari posisi ternyaman.

KENZE: The First And Last Love [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें