Chapter 15 • Menjadi Sebuah Trauma

472 66 3
                                    

Zean, Mama Lia dan Keisya sudah berada di pesawat, mereka mengambil penerbangan malam hari lagi. Mereka berdua sudah tertidur sedangkan Zean masih memikirkan obrolannya dengan ayah kandung Keisya.

"Dia memang lahir pada saat festival lentera beberapa tahun yang lalu, aku memasukkannya kesekolah lebih awal, mengubah hari kelahiran dan umurnya. Saat itu untuk orang tua tunggal akan ada akomodasi dan keringan untuk mereka yang menyekolahkan anaknya, mendapat tempat tinggal sendiri, karena dia home schooling jadi memudahkan dalam memasukkannya ke tingkat sekolah menengah, aku salah waktu itu tapi apa boleh buat? Bukankah sekarang dia sudah bisa mengejar belajarnya?"

Ucapan itu masih terngiang di otaknya, jika Keisya lahir di festival lentera maka umur dia saat ini baru 11 tahun tapi dia sudah harus masuk SMA? Demi akomodasi dan keringanan? Ini seperti yang selalu disuruh mengerjakan soal jauh dari tingkatannya.

Ada rasa marah di dirinya, Zean menatap Keisya dan ia sudah memutuskan untuk menunda Keisya bersekolah SMA, bagaimanapun umurnya belum cukup dan Zean akan kembali mengubah apa yang telah di ubah orang tuanya menjadi yang dokumen yang asli.

***

Beberapa jam kemudian, Zean sudah tiba di kantor, Lie Corp sudah resmi menjadi milik Lia, sedangkan Luxin? Sesuai kesepakatan, proyek besar Liu corp menjadi miliknya, Zean bingung harus tertawa atau menangis, andai Luxin membaca persyaratannya dengan benar, andai saja.

Walau begitu Zean secara pribadi memberikan sebuah rumah di pinggir kota yang udaranya masih bersih, ia juga mendekor satu ruangan untuk Luxin kembali mulai lagi melukis seperti dulu.

Zean memberi tepuk tangan untuk Lia yang sekarang menjadi presiden Lie corp, bahkan katanya Lia hendak mengubah nama perusahaannya.

Setelah menghabiskan beberapa jam bersamanya, Zean sudah bersiap untuk pergi ke bandara bersama Keisya.

"Ayah, aku dengar Ken Gege menikah hari ini, bisakah kita datang untuk yang terakhir kalinya?" tanya Keiya ketika mereka berada di mobil.

"Apa harus?" tanya Zean balik.

Keisya mengangguk dengan semangat, kali ini Zean melunak pada Keisya, setelah mengetahui fakta tentangnya, setidaknya ini seperti kompensasi untuk Keisya yang sudah dengan rela menunda SMA nya, bahkan ia memikirkan untuk memilih home schooling dan langsung melanjutkan ke perguruan tinggi.

Awalnya Zean memilih untuk membiarkan Lei yang mengantarkan Keisya tetapi Keisya ingin dirinyalah yang mengantarnya, karna tidak ingin berdebat akhirnya Zean mengalah.

Setelah sampai di salah satu hotel bintang 5, Zean mencari parkiran yang sayangnya ternyata hampir penuh, jadi ia terpaksa harus parkir di basement bawah tanah, ia harus menaiki tangga untuk mencapai lantai lobi.

"Kamu tidak bisa pergi dengan tangan kosong, apa yang kamu bawa?" tanya Zean.

"Aku tidak membawa apapun," jawab Keisya sambil menatap Ayahnya menyesal.

"Baiklah, kamu tunggu disini sebentar dan ayah akan mencari hadiah untukmu," ucap Zean dan ia kembali turun ke basement.

Untungnya hotel ini bersebelahan dengan mall, jadi Zean bisa dengan cepat membelinya. Zean tidak tahu harus membeli apa tetapi mengingat ini sudah hampir memasuki musim dingin, Zean memikirkan untuk membeli syal, syal berwarna abu abu dan memintanya untuk menjadikannya kado, setelah membayar Zean menerima aksesoris boneka kecil yang sepertinya edisi terbatas untuk pembelian syal.

Karna ukurannya kecil, Zean langsung menyimpannya di saku long coat nya dan langsung pergi. Ketika sampai disana, ia tidak melihat Keisya, apakah dia sudah pergi? Tapi untuk masuk harus menunjukkan id card yang di desain khusus untuk ini.

KENZE: The First And Last Love [END]Where stories live. Discover now