Chapter 06 • Pilihan

538 84 7
                                    

Jika ada alur yang di rasa aneh dan tidak nyambung, tolong abaikan dulu, yang penting nanti tau tau lubang plot terisi ae.

________

Zean menutup panggilan dari Kenzio, setelah itu ia kembali menatap Luxin yang saat ini sedang duduk di hadapannya.

Zean butuh kejelasan tentang kondisi Lia, bagaimanapun Lia tinggal bersamanya jadi Zean ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi Luxin malah menyambutnya dengan riang, bahkan menyediakan teh dan camilan, sepertinya belum tahu arti kedatangannya.

Zean merasa ada yang tidak beres jadi langsung berucap tanpa basa basi, "Bagaimana kondisi Mama Lia?"

"Dia baik-baik saja, bahkan dia sudah mulai sering keluar untuk bersosialisasi dengan para istri kolega," jawab Luxin.

Zean mengangguk seakan ia mengerti lalu kembali bertanya karna bagaimanapun Zean bertanya tentang kondisi kesehatannya bukan kabar rutinitasnya.

"Bagaimana kondisi Mama Lia?"

"Eh... Kan sudah dijawab, apa tadi pikiranmu tidak disini?"

"Aku tidak begitu mendengarnya," ucap Zean sambil tersenyum.

"Dia baik-baik saja."

"Dimana dia sekarang?" tanya Zean seakan sudah kesal dengan ucapannya.

Luxin ini seperti sudah berubah, bukan seperti orang yang dulu selalu menggendong Zean waktu kecil dan mengajaknya bermain.

"Dia sedang keluar, mungkin bertemu dengan teman-temannya, ah dia itu memang sangat suka mencoba hal baru."

Mendengar itu Zean mengepalkan jemarinya dan menatap Luxin marah, "Ku dengar Mama Lia sakit."

"Sakit? Jangan bercanda! Aku selalu menemaninya setiap hari, terakhir kali aku lihat, dia terlihat baik dan masih secantik dulu, Ibumu itu sangat bahagia," jawab Luxin sambil mencoba tertawa walau begitu matanya tidak fokus dan sering menghindar.

Sikap Luxin ini mengingatkannya pada seorang teman yang selalu merasa dirinya tau segalanya dan menghindari kontak mata jika merasa rahasianya akan terbongkar bahkan itu dipersulit dengan melakukan gerakan gerakan kecil yang tidak berguna.

Zean sangat membenci sikap seperti itu dan ia berbicara dengan blak-blakan, "Bukankah Mama Lia tidak pernah suka bersosialisasi? Ia selalu bekerja dirumah, membaca dan menulis adalah hobinya."

"Zean, setiap orang itu akan berubah seiring waktu, ibumu sekarang mencoba hal baru," jawab Luxin dengan menggelengkan kepala tak habis pikir.

Zean terdiam sebentar, mungkin itu benar tetapi ketika Zean hendak berbicara lagi, dari pintu utama rumah seseorang masuk dengan santai dan ekspresi senang.

"Sayangg! Aku datang..." ucapnya dan berjalan dengan wajah tersenyum.

Zean menatapnya antara terkejut sebelum akhirnya bertanya-tanya dan sedikit marah dengan pemikiran lainnya. Wanita ini memakai gaun hijau mint 10 cm diatas lutut, gaun itu bergaya sabrina dengan hiasan daun kecil dibagian atas seakan menyiratkan itu di desain dengan memikirkan musim gugur, rambutnya sepunggung bergelombang, wajahnya di make up mengikuti gaya anak muda sekarang.

"Sayangg..." Panggil Wanita itu lagi.

Zean semakin merasa marah sedangkan Luxin langsung panik dan menoleh kebelakang, ia mengisyaratkan Lusi untuk diam.

"Ah, ini ad--"

Belum selesai Luxin berbicara, sebuah tinju mengenai sudut bibirnya sampai sobek dan berdarah, Zean meninjunya sekali sebelum menarik kerahnya dengan marah.

KENZE: The First And Last Love [END]Where stories live. Discover now