31. Apa sih keluarga itu?

Mulai dari awal
                                    

“Loh, ada Ayen,” belum genap satu menit sejak kepergian Seungmin kini sosok yang ditunggunya muncul di ujung lorong dan berjalan santai ke arahnya. “Sedang apa?”

Mata Jeongin berbinar menyambut kedatangan Minho. Ia menunggu Minho sampai di hadapannya terlebih dahulu sebelum menjawab, “Aku ingin bicara, Hyung.”

Sebelah alis Minho terangkat. Separuh merasa penasaran dengan apa yang akan adiknya bicarakan sepagi ini. “Penting ya? Kita bicara di dalam kamar Hyung saja, ayo.”

Selanjutnya Minho membuka pintu kamarnya dan tentu saja Jeongin membuntutinya. Kamar Minho masih remang-remang. Semua tirainya masih tertutup rapat. Hanya lampu tidur dengan cahaya kekuningan di atas nakas saja yang menyala.

Minho mengambil duduk di ujung kasurnya. Melipat lengan di depan dadanya sambil menatap penasaran pada adik bungsunya. “Nah, Ayen mau bicara apa?”

Jeongin masih berdiri di hadapan Minho dengan jarak yang cukup jauh. Seharusnya Jeongin tidak perlu segugup ini. Lagipula tidak ada salahnya seorang adik meminta uang kepada kakaknya. Sebenarnya situasi ini pasti sering terjadi di keluarga manapun tapi di keluarga ini uang jajan setiap anaknya sudah sangat terpenuhi oleh kepala keluarga. Jadi, situasi seperti ini hampir tidak pernah terjadi.

“Ayen, kok malah melamun?”

“Hah?”

“Mau bicara apa?”

“Ah…. itu–”

“Cepat, Hyung tidak punya banyak waktu, Hyung ada pemotretan satu jam lagi. Kau juga harus segera bersiap untuk sekolah. Jangan terlambat nanti Chris Hyung marah.”

“Jadi begini –” Jeongin menjeda untuk mengambil nafas dalam. “Aku mau minta uang, Hyung.”

Keheningan yang terjadi selanjutnya malah membuat Jeongin semakin ingin menghilang dari rumah ini. Ia juga sebenarnya tidak mau terjebak di situasi seperti ini –lagi. Namun mau bagaimana lagi, masih ada satu minggu lagi sebelum Namjoon memberikan uang jajan bulanannya. Kelaparan dan tidak memegang uang sepeserpun tidak pernah ada dalam rencananya.

“Berapa?”

“Hah?”

“Mau minta berapa?”

Oke, ini cukup mengejutkan sebab reaksi Minho tidak seperti Chris beberapa hari yang lalu. Minho cenderung tenang dan tidak banyak bertanya untuk apa uangnya. Baiknya, ia tidak perlu repot-repot merangkai kebohongan lainnya. Jeongin mengulum senyumnya tanpa sadar.

“Ayen!” Suara Minho cukup keras, cukup untuk kembali membawa Jeongin ke realita. “Melamun terus, sih. Mau minta berapa? Cepat, Hyung harus segera siap-siap.”

Yah sepertinya Jeongin bisa tenang sampai awal bulan nanti.

“Felix? belum tidur?”

Namjoon dibuat sedikit terkejut begitu memasuki rumah dan menemukan Felix sedang duduk sendirian di ruang tamu. Felix hanya menoleh singkat seraya menyapanya dengan suara pelan. Namjoon terheran kenapa puteranya masih terjaga selarut ini, jadi ia memutuskan untuk bergabung duduk dengan Felix di sofa.

“Kenapa baru pulang, Dad?” tanya Felix begitu Namjoon duduk di sebelahnya.

Namjoon menyandarkan tubuh sepenuhnya di sofa. Ia menghembuskan nafas panjang sebelum menjawab, “Daddy sedang mengejar pekerjaan agar bisa menonton perlombaan Jisung nanti.”

“Oh. Pasti lelah ya? Istirahat saja, Dad.”

Jarum jam menunjuk tepat di jam dua belas saat ini. Udara malamnya tidak begitu dingin. Suasananya sunyi sebab yang lainnya sudah beristirahat di kamar masing-masing. Jam dan suasana yang tepat untuk mendalami emosi yang sedang dirasakan, sebenarnya. Emosi Felix sedang biru hari ini. Ia banyak termenung dalam sendirinya.

Brothers - SKZ x BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang